Eksistensi Perempuan sebagai Pembawa Amanah
Pada: August 09, 2011
Manusia dapat dikatakan sebagai sumber dari kekuatan alam semesta, dimana alam semesta bergerak, berputar berevolusi karena pengaruh energy dari dalam tubuh manusia. Ketahuilah alam semesta adalah tubuh kita, dimana seluruh unsur yang terkandung dalam alam semesta dan seisinya terdapat dalam tubuh kita, seperti zat besi, oksigen, listrik, atom dll. Selain daripada unsur-unsur tersebut, ada satu anugrah istimewa yang diberikan Tuhan kepada manusia dan tidak dimiliki oleh makhluk lainnya yaitu kekuatan pikiran, dimana kekuatan pikiran manusia merupakan kekuatan yang paling fenomenal yang bisa mengubah kehidupan dan alam semesta. Saat ini beberapa ahli menemukan fakta bahwa
kejadian fenomenal pada ekologi dan kehidupan di bumi adalah pengaruh langsung dari ‘pikiran manusia’!.
Kenapa pikiran manusia sangat ampuh?. Karena pikiran manusialah yang mengontrol chakra (energi kehidupan) menjadi kekuatan semesta yang luar-biasa.
Setiap manusia pada dasarnya mempunyai potensi, yakni kemampuan untuk memperoleh “pengetahuan” tanpa melalui proses indrawi dan inteleksi. Hanya saja potensi itu berbeda-beda pada setiap orang sesuai dengan syiddah dan du’af yang ada dalam dirinya. Bahkan seringkali potensi itu tersembunyi dalam sudut ketidak sadarannya, sehingga tidak mampu teraktualisasi. Meski tidak secara implisit disebutkan, M. Alfatih mengungkapkan bahwa wanita akan lebih mudah menggapai atau merintis perjalanan spiritual, dibandingkan laki-laki, asumsi mendasarnya, wanita cenderung lebih mengetengahkan persaannya dari pada rasionalitasnya, dan seperti yang telah dipahami, perjalanan spiritual mengedepankan rasa meskipun pengetahuan pengantar dari thariqatnya memakai akal.
Hipotesa ini bukanlah berarti Islam menolak penggunaan akal dan indera sebagai dua alat pengetahuan. Ia hanya menolak jika keduanya dipandang bersifat absolut. Karena Alquran sebagai sumber ajaran Islam memang mengakui keberadaan dan fungsi akal namun tidak melupakan peranan hati atau batin sebagai alat pertimbangan di antara baik dan buruk; cantik dan jelek. Itulah sebabnya dalam perjalanan kehidupan pemikiran manusia, setidaknya ditemukan dua istilah yaitu ahli filsafat dan ahli tasawuf yang sering saling diperhadapkan bahkan dipertentangkan namun terkadang keduanya bertemu di akhir perjalanan yang sama.
Manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan berdasarkan realita tidak memperoleh persamaan dalam mengepresikan potensinya. Bahkan bangsa-bangsa Romawi dan Yunani zaman dulu menganggap bahwa perempuan merupakan budak yang tidak memiliki hak sama dalam kehidupan, hal tersebut diamini oleh filosofi sekaliber Aristoteles dengan pendapat bahwa perempuan merupakan makhluk setengah jadi. Realita tersebut masih saja terlihat sampai saat ini. Apalagi kondisi tersebut didukung oleh teks-teks agama serta penafsiran yang cenderung tekstual dan sangat subyektif.
Menurut Muhammad al-Habsyi apa yang terjadi pada perempuan saat ini, menurutnya masih saja terasa sebagaimana yang terjadi pada masa lalu yaitu terkungkungnya kaumperempuan dalam kehidupan ritual agama yang sangat sacral dengan beberapa konsep dan aturannya, seperti adanya penindasan-penindasan bahkan mengarah pada usaha menyampingkan eksistensi kehidupan kaum perempuan dan hal itu terasa kuat dalam produk hukum Islam(syariat, fikih). Nyaris tidak ada asumsi kuat yang bisa disandangkan kepada kaum perempuan sebagai partner sempurna dalam kehidupan,tentu saja hal tersebut mempersulit di dalam usaha membudi dayakan kesetaraan bahkan mempersusah tumbuhnya emansipasi perempuan.
Sejarah pahit yang menimpa perempuan dan mengklaim sebagai beban hidup idealnya harus dibuang jauh-jauh dari ingatan setiap manusia saat ini. Karena itu perlu pengajaran akan keilmuan kepada perempuan untuk terus digalakkan sehingga anggapan bahwa wanita sebagai makhluk lemah akan dayanya dan seolah kurang berfikir dengan melihat realitas kurangnya pemikir yang termahsyur dari golongan perempuan.
Perlu disadari bahwa persoalan yang menjadikan kaum perempuan seakan terkekang oleh kehidupan kesehariannya adalah disebabkan oleh pola dan norma masyarakat sekitar yang terkesan adanya upaya pelembagaaan eksistensi kaum laki-laki. Sehingga persoalan yang ada dalam masyarakat harus ditangani oleh kaum laki-laki dan seakan tidak perlu campur tangan dari perempuan. Namun suatu kesyukuran karena anggapan tersebut sedikit demi sedikit mulai terkikis bahkan hampir hilang.
Olehnya itu, sekarang adalah saatnya untuk memperlihatkan eksistensi perempuan dengan kemanusiaannya dalam kehidupan keluarga dan sosial masyarakat. Wanita sebagai sosok yang luar biasa mampu mengembangkan diri dengan akal, hati dan jiwanya sehingga segala potensi yang terpendam dalam dirinya memancarkan cahaya Ilahi dan mampu memberi ketentraman bagi hamba-hamba di sekitarnya.
Dalam kehidupan, sang Pencipta memberikan anugerah, datangnya anugerah itu menurut kadar kesiapan jiwa, sedangkan pancaran cahayaNya menurut kadar kebeningan rahasia jiwa. Anugerah, berupa pahala dan ma’rifat serta yang lainnya, sesungguhnya tergatung kesiapan para hamba Allah. Rasulullah saw, bersabda:
“Allah swt berfirman di hari qiamat (kelak): “Masuklah kalian ke dalam syurga dengan rahmatKu dan saling menerima bagianlah kalian pada syurga itu melalui amal-amalmu.” Lalu Nabi saw, membaca firman Allah Ta’ala “Dan syurga yang kalian mewarisinya adalah dengan apa yang kalian amalkan.” (Az-Zukhruf: 72)
Adapan pancaran cahaya-cahayaNya berupa cahaya yaqin dan iman menurut kadar bersih dan beningnya hati dan rahasia hati. Beningnya rahasia hati diukur menurut kualitas wirid dan dzikir seseorang. Sejalan dengan pandangan Sayyid Qutub yang mengatakan bahwa dalam diri manusia terdapat “nur”, dan ibadah akan membuatnya lebih tajam dan terpancar.
Sosok permpuan karena unsur keperempuannya seperti kelembutan seorang ibu dalam mendidik anaknya, kesabaran seorang istri dalam mendampingi suaminya, keikhlasan serta kasih sayangnya yang selalu tercurah dalam keluarga akan mendekatkan kepada keilahian sehingga jika hal tersebut diletakkan sesuai dengan porsinya maka akan dinilai sebagai ibadah olehNya
Olehnya itu Kehidupan saat ini yang penuh kekerasan, ketidakadilan, penderitaan, kemiskinan harus dihapuskan dengan prinsip spiritual yang selalu mengedepankan kedamaian, kemanusiaan dan lebih mendekatkan diri pada sang Khalik sehingga tdk terjadi penindasan terhadap sesama.
Sekarang adalah waktunya bagi perempuan, memberikan hatinya untuk membangun dunia, membicarakan perdamaian, memberikan hati dan hasratnya yang penuh pada upaya menghapuskan kekerasan, ketidakdilan, kesewenang-wenangan agar kehidupan lebih manusiawi. Karena egoisme dan anarkisme bisa runtuh dengan cinta…
Referensi Makalah®
*Berbagai sumber