Biografi Imam Abu Daud
Pada: September 17, 2011
Namanya Abu Daud Sulaiman Ibn al-Asy’as Ibn Ishak Ibn Basyir Ibn Syidad Ibn Amr Ibn Amran al-Azdiy al-Sijistaniy. Ia dilahirkan di Sijistan (salah satu wilayah dalam kota Bashrah) pada 202 H/ 817 M. dan meninggal di Bashrah tanggal 15 Syawal 275 H/ 888 M.
Abu Daud adalah seorang ulama yang hafizd al-Qur’an dan ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan keislaman, terutama ilmu fikih dan hadis. Pendidikannya dimulai dengan belajar bahasa arab, al-Qur’an dan pengetahuan agama lainnya. Sampai usia 21 tahun ia bermukim di Bagdad. Setelah itu ia melanjutkan belajarnya keluar daerah seperti Hijaz, Syam (Syuriah), Mesir, Khurasan, Ray (Teheran), Harat, Kufah, Tarsus, dan Basrah.
Dalam perjalanannya itu ia berjumpa dan berguru kepada para pakar hadis, seperti Ibn Amr al-Darir, Ahmad Ibn Hanbal, al-Qa’nabiy, Muslim bin Ibrahim, Abdullah Ibn Raja’, Abu Walid al-Tayalisiy dan lain-lain. Sebagian gurunya ada pula yang menjadi guru Imam Bukhari dan Muslim, seperti Ahmad bin Hanbal, Usman Ibn Syaibah, dan Qutaibah Ibn Sa’id.
Setelah pengembaraannya yang panjang dalam studi tersebut, Abu Daud menghasilkan sebuah karya yang monumental, yakni Sunan Abu Daud. Banyak ulama hadis yang tercatat berguru kepadanya dan sekaligus mengambil serta menyebarluaskan hadis-hadis yang ada dalam sunannya itu. Diantara murid-muridnya adalah Imam al-Nasa’I, Abu Bakar bin Abu Daud, Abu Awanah, Abu Basyar al-Daulabiy, Abu Sa’id al-Arabiy, Abu Ali al-Lu’luiy, Abu Bakar bin Dasah, dan Abu Salim Muhammad bin Sa’id al-Jaludiy.
Selain kitab sunan, Abu Daud juga menulis karya-karyanya yang lain, seperti: al-Marasil, Masail al-Imam Ahmad, al-Nasikh wa al-Mansukh, Risalat fi Wasf kitab al-Sunan, al-Zuhd, Ijabat ‘an Shalawat al-Ajurriy, As’ilah ‘an Ahmad bin Hanbal, Tasmiyat al-Akhwan, Kitab al-Qadr, al-Ba’su wa al-Nusyur, Dalailu al-Nubuwwah, Fadhailu al-Anshar, Musnad Malik, al-Du’a, Ibtida’ al-Wahy, al-Tafarrud fi al-Sunan, Akhbar al-Khawarij, dan al-Masail al-latiy Khalafa ‘alaiha al-Imam Ahmad.
Banyak orang yang memuji Abu Daud sebagai orang yang wara’, cakap, dan berkemampuan tinggi, terpecaya serta termasuk seorang ulama yang terkemuka. Dia juga dianggap seorang faqih dan seorang ulama yang akurasi dalam penerimaan hadis patut diperhitungkan. Misalnya Musa ibn Harun menyatakan bahwa Abu Daud lahir ke dunia adalah untuk memelihara hadis, dan hidup di akhirat nanti akan di tempatkan di syurga. Tidaklah aku melihat seseorang pun yang melebihi dia (Abu Daud) dalam keutamaan.
Pujian lainnya juga datang dari Abu Bakar al-Khilal, ahli hadis dan fikih terkemuka yang bermazhab Hanbaliy. Dia menggambarkan Abu Daud Sulaiman bin al-‘Asy’as, imam terkemuka di zamannya adalah seorang tokoh yang telah menggali beberapa bidang ilmu dan mengetahui tempat-tempatnya, dan tiada seorang pun pada masanya yang dapat mendahului dan menandinginya. Abu Bakar al-Asbihaniy dan Abu Bakar Ibn Sadaqah senantiasa menyanjung-nyanjung Abu Daud karena ketinggian derajatnya, dan selalu menyebut-nyebutnya dengan pujian yang tidak pernah mereka berikan kepada siapapun di zamannya.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Muhammad Abu Zahwu, al-Hadis wa al-Muhaddisun, Beirut: Dar al-Fikr al-‘arabiy, 1984. Muhammad Muhy al-Din Abd. Hamid (tahqiq), Sunan Abu Daud I, Mesir: Maktabah Tijariah kubra, 1950. Muhammad, Muhammad Abu Syuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sihhah al-sittah, t. tp:Majma’ al-Buhus al-Islamiah, 1969. Raja Mustafa Hazin, I’lam al-Muhaddisun wa Manahijuhum fi al-Qarni al-Salis al-Hijriy, Kairo: al-Azhar, t. th. Kamil Muhammad Muhammad Uwaidhah, A’lamu al-Fuqaha’ wa al-Muhaddisin: Abu Daud, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1996.