Temujin Nama Kecil Jengis Khan
Pada: September 12, 2011
Jengis Khan merupakan tokoh sentral dalam sejarah kehidupan bangsa Mongol. Ia telah berhasil memimpin bangsa Mongol dan menaklukkan daratan Asia, mengantarkan bangsa Mongol menjadi bangsa yang besar. (Sebelumnya penulis akan mengklarifikasi bahwa batasan tokoh dalam rangkaian label tulisan kami, tidak hanya terpaut pada ketokohan sepihak. dalam artian; ketokohan diukur dari sejauhmana perubahan yang dilakukan).
Nama kecil Jengis Khan adalah Temujin atau Timujin, kadang juga disebut dengan Bitujin. Ayahnya seorang khan bernama Yesugei. Sang ayah merupakan Khan (raja) yang mengepalai 13 kelompok suku Borjigin. Sedangkan ibunya bernama Holun dari suku Olkhunut versi lain menyebutkan Helena Khatun. Tempat kelahirannya yaitu di daerah pegunungan Burhan Khaldun, dekat dengan sungai Onon dan Herlen. Dilahirkan dan dibesarkan di antara ganasnya kehidupan padang rumput Mongolia menjadikan Jengis Khan tumbuh menjadi orang yang kuat dan perkasa.
Usia 13 tahun, ia telah menyaksikan perebutan kekuasaan dalam suku Borjigin. Perang sengit pun terjadi. Dengan mata kepalanya sendiri Timujin melihat kepala terpenggal. Bahkan ia menjadi saksi atas tewasnya sang ayah, terkena panah beracun dari lawan politiknya. Ayahnya Yesugei meninggal, ketika usia Timujin masih sangat muda, sehingga meskipun kepemimpinan diserahkan kepadanya akan tetapi dia tidak diakui karena dianggap masih kecil bahkan hendak dibunuh oleh para lawan politik dari mendiang ayahnya. Karena itu ia diusir dari sukunya.
Timujin banyak belajar dalam perantauannya, sehingga pada tahun 1182 M namanya mulai melambung sebagai seorang remaja yang tangkas dan kuat dalam medan perang. Pada tahun ini ia juga berhasil mempersunting seorang putri dari suku ternama, yaitu Bortai.
Selama 30 tahun ia berusaha memperkuat angkatan perangnya dengan menyatukan bangsa Mongol dengan bangsa lain menjadi pasukan yang teratur dan tangguh.
Pada tahun 1206 M, Temujin mengadakan pesta besar-besaran bersama kepala suku yang berada dalam persekutuannya yang dihadiri oleh pemuka agama dan tokoh masyarakat. Pada saat itulah pemuka agama mengatakan bahwa “langit” telah memberikan gelar “Jengis Khan” pada Temujin yang berarti raja yang kuat dan perkasa.
Untuk mengatur kehidupan rakyatnya, maka pada masa pemerintahannya ia menetapkan suatu undang-undang yang disebut Alyasak dan Alyasah. Wanita mempunyai kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam kemiliteran. Pasukan perang dibagi dalam beberapa kelompok besar-kecil, seribu, dua ratus dan sepuluh orang. Dan tiap-tiap kelompok dipimpin oleh seorang komandan. Dengan demikian bangsa Mongol mengalami kemajuan pesat di bidang kemiliteran.
Setelah pasukannya terorganisir dengan baik, maka Jengis Khan mengadakan perluasan wilayah dengan menaklukkan daerah-daerah di sekitarnya. Serangan pertama ditujukan ke kerajaan Cina, dan berhasil menaklukkan Peking pada tahun 1215 M dikarenakan sang Kaisar Cina telah menarik diri ke sebelah Selatan, sehingga kota tersebut mudah ditaklukkan. Penyerbuan selanjutnya diarahkan kepada negara-negara Islam.
Tahun 1219 M tentara Mongol bergerak ke Barat menuju daerah Turki dan Ferghana, dan terus ke Samarkand. Awalnya mereka mendapat perlawanan berat dari penguasa Khawarizm, Sultan Ala al-Din di Turkistan. Karena kedudukan seimbang, maka kedua belah pihak kembali ke negara masing-masing. Sepuluh tahun kemudian, tentara Jengis Khan memasuki kota Bukhara, Samarkhan, Khurasan, Hamadzan, Quzwain, dan sampai ke perbatasan Irak. Di Bukhara, ibu kota dari Khawarizm mereka kembali mendapat perlawanan dari pasukan Sultan Ala al-Din, akan tetapi kali ini mereka berhasil mengalahkan tentara Khawarizm. Sultan Ala al-Din tewas dalam pertempuran di Mazindaran tahun 1220 M, kemudian digantikan oleh putrnya, Jalal al-Din yang melarikan diri ke India karena terdesak dalam pertempuran di dekat Attock tahun 1224 M. Dari sana pasukan Mongol melanjutkan perjalanan ke Azerbaijan. Setiap daerah yang dilaluinya, pembunuhan besar-besaran terjadi, bangunan-bangunan dihancurkan, sekolah, dan mesjid dibakar.
Jengis Khan dan pasukannya selama lima tahun (1220-1225 M) melakukan dan menghancurkan Persia Timur sehingga daerah itu menjadi padang yang tak berpenduduk. Daerah Khurasan dan Transoxiana, untuk berabad-abad lamanya merupakan negara yang kaya dan makmur, akan tetapi pasca penyerangan dan penaklukan bangsa Mongol, semua kemakmuran dan kebudayaan, kesenian, perpustakaan, istana, sistem irigasi, taman, dan sebagainya hancur tanpa sisa hanya tinggal puing-puing yang tak berarti.
Beberapa saat sebelum wafatnya (624 H/1227), Jengis Khan membagi wilayah kekuasaannya kepada 4 orang anaknya. Juchi, putra sulungnya mendapat Siberia bagian Barat dari Stepa Qipchaq membentang hingga ke Rusia Selatan. Namun ia meninggal dunia sebelum ayahnya wafat, dan wilayah warisannya itu diberikan kepada anak Juchi yang bernama Batu atau Orda. Batu mendirikan orde (kelompok) Biru di Rusia Selatan sebagai dasar berkembangnya Orde Putih di Siberia barat. Kedua kelompok itu bergabung dalam abad ke 14 yang kemudian muncul sebagai khanan yang bermacam ragamnya di Rusia, Tiumen, Bukhara , dan khiva. Syaibaniyah atau ozbeg, salah satu cabang keturunan Jochi berkuasa di khawarazam dan transoxania dalam abad ke XV dan XVI.
Wilayah yang membentang ke Timur, dari Transoxonia hingga Turkistan Timur dan Turkistan Cina diberikan kepada putra keduanya yang bernama Chagatai. Putra ketiga, Ogotai dipilih oleh Dewan Pemimpin Mongol untuk mengantikan ayahnya sebagai Khan Agung yang mempunyai wilayah kekuasaan meliputi Dipomirs dan Tien Syaguas. Dan putra bungsunya, Toley mendapat bagian Mongolia sendiri. Karena kerajaan-kerajaan Islam sudah terpecah belah dan kekuatannya sudah lemah, maka Toley dengan mudah menguasai Irak. Toley meninggal tahun 654 H/1256 M yang kemudian digantikan oleh putranya Hulagu Khan.
Kepustakaan:
Thomas W. Arnold, The Preaching of Islam, terj. A. Nawawi Rambe, Sejarah Dakwah Islam Jakarta: Widjaya, 1985, Orhan Basarab, Jengis Khan Penakluk Dunia dari Timur Yogyakarta: Navila Idea, 2008, Ahmad al-Usaiyr, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX Jakarta: Akbar, 2008,Yusran Asmuni, Dirasah Islamiyah II: Pengantar Sejarah Kebudayaan Islam dan Pemikiran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998, Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008.