Islamisasi Ilmu Pengetahuan; Sebuah Pengantar
Pada: November 17, 2011
Pada masa pembangunan kota Bagdad, ilmu yang dinamakan falsafah atau filsafat belumlah muncul, akan tetapi ilmu itu muncul kemudian pada masa tenggang setengah abad sesudah itu. Menurut al-Kindi, seorang ahli filsafat Islam yang pertama, mengatakan bahwa ilmu filsafat, telah berkembang semerbak dalam dunia Islam semenjak abad ke 9 sampai abad ke 12.
Menurut Cicero, penulis Romawi (106-43 SM), orang yang pertama-tama memakai kata-kata filsafat Pythagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap orang-orang cendekiawan pada masanya yang menamakan dirinya "ahli pengetahuan". Jadi, pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa mencakup keseluruhannya.
Islamisasi ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari pandangan dunia dan sistem keyakinan, daripada mengislamkan disiplin yang telah berkembang dalam sosial, etik dan kultural Barat. maka, kaum cendekiawan muslim lebih baik mengarahkan energi mereka untuk menciptakan paradigma-paradigma Islam, karena dengan itulah tugas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan urgen masyarakat muslim bisa dilaksanakan.
Nasir Mahmud dalam bukunya Epistemologi Studi Islam Kontemporer mengemukakan beberapa proposisi tentang kemungkinan Islamisasi ilmu pengetahuan dilakukan dengan tetap teguh di atas prinsip-prinsip ilmiah sebagai berikut:
- Dalam pandangan Islam, alam semesta sebagai obyek ilmu pengetahuan tidaklah netral, melainkan menyandang nilai (value) dan maksud yang luhur.
- Ilmu pengetahuan adalah produk akal pikiran manusia sebagai hasil pemahaman atas fenomena di sekitarnya. Maka corak ilmu yang dihasilkan akan bercorak sistem sesuai fenomena yang diteliti.
- Dalam pandangan Islam, proses pencarian ilmu tidak hanya berfikir di sekitar rasio, dan empiris, tetapi juga melibatkan al-Qalb yakni intuisi batin yang suci, rasio empiris mendeskripsikan fakta dan al-Qalb memaknai fakta sehingga analisis dan konklusi sarat makna-makna atau nilai.
- Dalam pandangan Islam, realitas itu bukan realitas fisis akan tetapi juga realitas non fisis atau metafisis.
Konsep Islamisasi ilmu pengetahuan digagaskan oleh sejumlah cendekiawan muslim misalnya: Ismail al-Faruqi, Naquib al-Attas dan sebagainya. Lahirnya gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan ini didasarkan pada pandangan bahwa ilmu pengetahuan produk modern ini tidak berhasil mengantar manusia pada cita ilmu itu sendiri. Hal tersebut disebabkan karena ilmu dilepaskan dari akar "Ilahy" dan dikosongkan dari pertimbangan nilai.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Ahmad Hanafi, Filsafat Ilmu, Jakarta: Bulan Bintang, 1990. Zainuddin Sardar, Jihad Intelektual Merumuskan Parameter-parameter Sains Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 1998.