Abraham Tidak Berani Sebut Century; Refleksi Terpilihnya Ketua KPK Baru
Pada: December 05, 2011
Terpilihnya Abraham Samad sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang baru tentunya selain memunculkan rasa optimis, tapi juga menimbulkan perasaan pesimis dan skeptis. Perasaan optimis bisa saja muncul dari sosok Abraham Samad yang terkesan keras, berjiwa muda, dan dari beberapa komentarnya setelah dia terpilih yang cukup membuat masyarakat menunggu hasil dari ucapannya.
Abraham Samad mengaku tak akan gentar dengan berbagai ancaman yang kemungkinan akan muncul saat dirinya memimpin pemberantasan korupsi. Dia mengaku sudah terbiasa mendapat ancaman semasa masih di Makassar, Sulawesi Selatan, mengaku tak menyangka jadi ketua KPK, tidak ada intervensi politis, sampai tak akan membuka akun facebook dan twetter. Berikut beberapa sesumbar (baca: ucapan) dari anak makassar tersebut yang dikutip dari berbagai media cetak dan online.
"Saya tidak takut. Rumah saya waktu di Makassar dilempari oleh koruptor. Saya punya wartel hancur, biasalah saya dengan yang begitu”. “Tidak ada urusan saya dengan tekanan atau intervensi politik. Karena saya punya sikap yang mandiri, independen, dan terlepas dari kepentingan-kepentingan yang ada di negara ini”. "Karena saya selama ini di Makassar, jadi tidak pernah kontak-kontak dengan teman di DPR. Mungkin teman-teman memilih saya karena dianggap orang dari kampung yang tidak punya kepentingan apa pun dan belum terkontaminasi". "Target saya datang dari Makassar untuk memberantas korupsi yang berskala besar. "Tapi takdir Tuhan berkata lain dan memilih saya menjadi pimpinan KPK." "Ekspektasi itu direpresentasikan oleh teman-teman di DPR untuk membawa KPK memberantas korupsi tanpa pandang bulu,". "Kami harus fokus memberantas korupsi yang berskala besar. Karena kalau kami garap semua korupsi, maka kami bisa kehabisan energi, karena KPK punya keterbatasan dari segi SDM dan infrastruktur, Oleh sebab itu, kami punya skala prioritas yang harus kami dahulukan yaitu korupsi yang berskala besar tanpa tebang pilih."
Dari berbagai ucapan tersebut, tercermin bahwa Abraham mengerti sekali dengan adanya harapan atau ekspektasi yang tinggi dari masyarakat untuk proses pemberantasan korupsi di Indonesia.
Namun, ada sedikit hal yang mengganjal sebagai refleksi admin dari semua ucapan ketua KPK tersebut. Apa itu?, jika melihat judul dari tulisan ini, sudah kelihatan. Yah, Abraham Samad tidak pernah menyebut kata “century” atau “akan menuntaskan kasus century.”
Dari beberapa pertanyaan menjurus yang dilontarkan wartawan, pembawa acara, maupun pakar, tak sekalipun dia berani dengan tegas menyebut kata “century”, sampai aksi tutup mulutnya sekarang. Hal ini berbeda ketika anak makassar ini berani menyebut kasus papua dan kasus-kasus lain.
Curiga boleh saja asal jangan menuduh, kata teman saya. Jika kita ingin menganalisa lebih jauh terpilihnya Abraham Samad yang mengungguli kandidat dari partai terbesar, seakan mustahil. Tapi itu telah terjadi, dan yang lebih mengherankan, adanya dukungan dari partai yang mendukung Yunus Husen, sehingga Abraham Samad berhasil mengungguli calon lain.
Apa hubungan pragraf di atas dengan luputnya kata “century’ dari sesumbar (baca: ucapan) Abraham Samad?. Silahkan pembaca menganalisa sendiri.
Referensi Makalah®
*Refleksi Admin