Biografi Ibnu Masarrah
Pada: December 30, 2011
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abdullah bin Masarrah bin Najih al-Qurtubi, ia lahir tahun 269 H/ 883 M di Cordova, Andalusia (Spanyol). Ibnu Masarrah seorang filosof muslim dan juga seorang sufi yang mengambil ajaran-ajaran neo-platonik Yunani dan sekaligus mengembangkannya, dimana ia memadukan pemikiran filsafat dan tasawuf. Ia merupakan pendahulu dari Ibnu ‘Arabi dan Imam al-Syadzili.
Ibnu Masarrah sebagai pendahulu dalam gerakan filosof Islam di Spanyol, mengikuti al-Kindi yang alim dan sezaman dengan ar-Razi yang radikal.
Ayahnya seorang pedagang yang berkesempatan mempelajari madzhab Mu’tazilah di Basrah dan temannya adalah salah seorang tokoh Mu’tazilah Andalusia yaitu Kkholil al-Guflah. Pada saat itu ide-ide Mu’tazilah, ilmu kalam dan filsafat sangat terkenal dan sangat berharga bagi para pemikir Andalusia.
Ibnu Masarrah mempelajari ilmu agama dan filsafat Muktazilah dari ayahnya. Ayahnya meninggal tahun 286 H/ 899 M, pada saat itu Ibnu Masarrah berumur 7 tahun, dan pada usia yang begitu dini ia sudah menjadi zahid dan sering menyendiri (i’tizal) bersama beberapa teman-temannya dan para pengikutnya di gunung Cordova. Ia mengajarkan gagasan-gagasan mu’tazilah tentang paham qadariyah, dan mengajarkan pula bahwa kenikmatan surga dan siksa neraka tidaklah berkaitan dengan jasmani, tetapi berkaitan dengan jiwa. Ajaran-ajarannya ini mendapatkan kecaman dan tantangan dari ahli madzhab Maliki yang bernama Ahmad bin Khalid al-Habbab, ia membuat buku untuk menentang pendapat Ibnu Masarrah.
Karena banyaknya tantangan dan kecaman, Ibnu Masarrah keluar dari Andalusia untuk menunaikan ibadah haji bersama dua muridnya yaitu Muhammad bin al-Madini dan Ibnu Suqail al-Qurtubi. Mereka singgah di Kairouan, kemudian setelah itu melanjutkan perjalanan ke Mekkah, dan disini mereka singgah di rumah Abi Sa’id bin al-‘Arabi (w. 341 H), yang merupakan salah seorang murid al-Junaid, tetapi Aba Sa’ad tidak setuju dengan gagasan-gagasan Ibnu Masarrah, maka ia membuat buku yang menentang Ibnu Masarrah. Dari perjalanannya ini Ibnu Masarrah telah mendapatkan banyak manfaat ilmu dari bermacam-macam madzhab teologi dan ajaran-ajaran sufi.
Setelah perjalanannya yang cukup panjang, Ibnu Masarrah kembali ke Cordova, ia ber’itizal sekali lagi di gunung dan mengajari murid-muridnya secara sembunyi-sembunyi. Ia beserta murid-muridnya ingin membuktikan kepada para ahli Fiqih bahwa ajaran mereka tidaklah bertentangan dengan agama, Ibnu Masarrah meninggal dunia tahun 319 H / 931 M, pada usia hampir 50 tahun.
Kepustakaan:
Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman, History Of Islamic Philosophy, London dan NewYork : Routledge, 1996. Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1991. Husayn Ahmad Amin, 100 Tokoh dalam Sejarah Islam, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2000. Cyrill Glasse, Ensiklopedi Islam, Jakarta : PT. Raja Ggrafindo Persada, 1999. MM. Syarif, Para Filosof Muslim, Bandung : Mizan, 1985. Harun Nasution, M. Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah, Jakarta : UI-Press, 1987. Al-Syaikh Kamil Muhammad Muhammad ‘Iwadhah, Ibnu Masarrah ; Filosof dan Zahid, (Cet.I: Beirut : Dar al-ulum, 1414 H/ 1993 M.