Material Makalah; al-Nida (annida')
Pada: January 16, 2012
Al-Nida berasal dari kata kerja intransitif ندي yang mempunyai arti tertumpah (air), baik dan pemurah (prilaku manusia) dan tinggi dan panjang (suara). Dalam bentuk transitif beberapa arti al-Nida antara lain; tampak, kuat atau kokoh dan memanggil dan berteriak dengan suara keras. Sedangkan pengertian istilah adalah tuntutan pembicara (orang yang memanggil) kepada mukhatab (orang yang dipanggil) agar menghadap/datang kepada si pemanggil, dengan menggunakan huruf pengganti kalimat “aku memanggil” yang berubah dari bentuk khabar menjadi insya”
Huruf-huruf al-Nida ada 8 yang meliputi: يا – ا – اي – اي – ا – ايا - هيا – وا secara rinci terbagi kepada dua, yaitu pertama huruf al-Nida untuk memanggil orang dekat meliputi: ا – اي (hamzah dan ay), kedua, enam huruf al-Nida yang lainnya digunakan untuk memanggil orang jauh Selanjutnya, huruf al-Nida untuk orang jauh, sekalipun secara umum dapat dipakai memanggil semua yang jauh akan tetapi masing-masing memiliki fungsi khusus antara lain;
يا .1 termasuk adat al-Nida yang paling banyak dipakai, oleh karena itu sebagian ulama berpendapat يا ini dapat dipakai untuk memanggil orang jauh dan dekat. Sekalipun mayoritas ulama bahasa berpendapat يا untuk memanggil orang jauh saja. Contoh penggunaan huruf sangat banyak sebagaimana disebutkan di bagian terakhir makalah ini.
وا .2 kebanyakan digunakan untuk ratapan. Adapun contohnya seperti:
وا زوجي وا ولدي
Wahai suamiku dan wahai anakku.
Ungkapan di atas menerangkan tentang seorang isteri atau seorang ibu yang meratap karena ditinggal mati suami atau anak kesayangannya.
Huruf al-Nida lain; هيا – ا – اى – ايا sangat jarang digunakan jika dibandingkan dengan dua sebelumnya. Adapun contoh-contoh penggunaan nya dalam kalimat sebabagi berikut:
هيا .3. seperti dalam kalimat:
هيا محمد، تعا ل
Wahai Muhammad, ke sini !
Meskipun demikian, karena tujuan balagah, adakalanya orang yang jauh diletakkan menjadi orang dekat dengan menggunakan huruf memanggil dekat (huruf munadi qarib) sebagai isyarat kedekatannya dalam benak pembicara/pemanggil bahkan ia bagaikan hadir bersama dan menguasai hati dan pikiran serta menjelma di hadapannya, seperti ungkapan penyair:
اسكان نعمان الاراك تيقنوا بانكم فى ربع قبى سكان
Wahai penduduk nukman al-Arak , yakinlah bahwa sesungguhnya kalian adalah tambatan hatiku.
Kadang-kadang orang yang dekat dipanggil dengan menggunakan huruf munadi baid (huruf panggil jauh) karena pertimbangan:
Orang yang dipanggil memiliki kedudukan tinggi dan mulia sehingga seakan-akan berada di tempat yang jauh, sebagaimana ucapan Abu Nawas:
يارب ان عظمت ذنوبي كثرة ** فلقد علمت بان عفوك اعظم
"Wahai Rabb-ku, seandainya dosa-dosaku sangat besar, sesungguhnya aku tahu bahwa pengampunan-Mu jauh lebih besar."
Orang yang dipanggil memiliki kedudukan yang rendah dan hina, sebagaimana ucapan seseorang kepada orang yang berada di dekatnya:
يا مفرطا فى وطنك خبثت وخسرت
Orang yang mendengarkan pembicaraan lalai dan lengah, sehingga ia dianggap jauh dari tempat si pembicara, seperti ucapan:
يايها الغارقون فى لذاتكم المفتونون بعدوكم سيطلع الفجر
Makna balagah dari penggunaan huruf al-Nida selain yang telah dikemukakan di atas adalah sebagai berikut :
a. Hasutan (الاغراء
يا بلادي الوم فاستقبي النو روعيشي طليقة يا بلادي
b. Pengusiran(الزجر)
قَالَتْ يَا وَيْلَتَا أَأَلِدُ وَأَنَا عَجُوزٌ وَهَذَا بَعْلِي شَيْخاً إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عَجِيبٌ
c. Duka cita atau rasa iba (التحسروالتوجع) sebagaimana terdapat dalam surat yasin ayat 36:
يَا حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلاَّ كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُون
Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.
d. Minta tolong(الاستغاثة) seperti ungkapan yang terdapat dalam syair sebagai berikut:
يا لاهل الحي ، لمن التهمت النار بيوتهم وشردت اطفالهم ونسائهم
e. Ratapan(الندبة) Seperti ratapan seorang isteri kepada suami atau anak yang meninggal dunia:
وا زوجي وا ولدي
Rasa takjub (التعجب) sebagaimana huruf al-Nida yang terdapat dalam surat Hud ayat 72:
قَالَتْ يَا وَيْلَتَا أَأَلِدُ وَأَنَا عَجُوزٌ وَهَذَا بَعْلِي شَيْخاً إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عَجِيبٌ
"Isterinya berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh."
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Fadl Hasan Abbas, Al-Balagah Fununuha wa Afnanuha Ilmu al-Ma’ani, Jamiah al-Urduniyah; Dar al-Furqan li al-Nasyr wa al-Tauzi’, 1997. Muhammad Hamasah Abdu al-Lathif, Al-Nahwu al-Asasi Kuwait: Zatu al-Salasil, 1994. Abduh Abdu al-Aziz Qalqailah, Al-Balagah al-Istlahiyyah, Mesir: Dar al-Fikr al-‘Arabiy, 1992. Ali Jarim dan Mustafa Amin, Dalil al-Balagah al-Wadihah, Mesir; Dar al-Ma’arif t. th.