Skip to main content

Material Makalah; Konsep Budi

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: January 28, 2012

Manusia tidak dapat mengetahui bentuk dari budi, namun manusia merasakan kekuatannya, yaitu: sinarnya. Orang yang waspada bisa mengetahui sinarnya budi yang ada pada orang lain. Budi dan rahasia mempunyai alam dan jaman yang berbeda. Manusia merupakan kesatuan tujuh unsur; jasad, budi, nafsu, ruh, sir (rahasia), nur dan hayyun (hidup).
Ketujuhnya saling berhubungan merupakan kesatuan. Gerakan badan dipengaruhi oleh budi, budi dipengaruhi oleh nafsu. Nafsu dipengaruhi oleh ruh atau suksma. Sukma mendapat pengaruh dari rahasia, dan rahasia menerima pengaruh dari nur. Nur menerima pengaruh dari hayyun, dan hayyu pelaksana dari af'al Dzat dan merupakan tajlli Dzat. (Simuh, 1988:314).
Manusia yang dapat mengembangkan kehidupan rohaninya, akan dapat memperlihatkan ketujuh martabat di bawah ini, dan akan menjadi insan kamil (manusia yang sempurna), di mana kehidupan dan tindak-tanduknya merupakan pencerminan kehidupan dan af'al (perbuatan) Tuhan di bumi. Dalam keadaan manunggal dengan Tuhan, maka manusia adalah rahasiaTuhan, dan Tuhan adalah rahasia manusia. Karena kalbu mukmin adalah baitullah (Rumah Tuhan) (Simuh, 1988:320), maka beberapa martabat yang dialami manuia; 1) Martabat Ahadiyat, yaitu martabat la ta'yun dan ithlaq. Artinya masih dalam wujud mutlak, tidak bisa dikenal hakikatnya. Karena sunyi dari segala sifat, sandaran dan hubungan dengan yang lain. 2) Martabat Wahdat, yaitu ibarat ilmu Tuhan terhadap Dzat dan sifatnya, serta terhadap segala perwujudan secara ijmal (keseluruhan) belum ada pemisahan antara satu dengan lainnya. 3) Martabat Wahidiyat, yaitu kesatuan yang mengandung kejamakan, tiap- tiap bagian telah jelas batas-batasnya. Sebagai hakekat manusia. Ibarat ilmu Tuhan terhadap segala sesuatu secara terperinci, sebagian terpisah dengan yang lain. 4) Martabat alam arwah. Merupakan aspek lahir yang dalam bentuk mujarad dan murni. 5) Martabat alam mitsal. Ibarat sesuatu yang telah tersusun dari bagian-bagian, tetapi masih bersifat halus, tidak bisa dipisah-pisahkan. 6) Martabat alam ajsam (tubuh) Yakni ibarat sesuatu dalam keadaan tersusun secara materiil telah menerima pemisahan dan dapat dibagi-bagi. Yaitu telah terukur tebal-tipisnya. 7) Martabat insan. Mencakup segala martabat di atasnya, sehingga dalam manusia terkumpul enam martabat yang bersifat batin dan bersifat lahir.
Wujud yang tampak sebenarnya hanya berupa gambar yang kelihatan pada cermin gaib, semua itu adanya hanya tiruan/ palsu, bisa ada-bisa tidak, serta adanya hanya sewaktu ketika saja, dan kemudian bisa hilang. Yang dimaksud berlian itu rasa yang bisa menyerap berbagai perwatakan, tetapi belum memuat wujud mumkin yang tetimbangan, jadi masih mempunyai rasa belum mantap, merasa diperhitungkan, merasa mempunyai peranan, apalagi merasa jadi isinya alam. Yang dimaksud bisa memuat/mencakup perwatakan itu adalah: berlian bisa berwarna abang, biru dsb, seperti warnanya merah yang berbeda-beda, karena masih mempunyai rasa ragu-ragu, seperti berlian membedakan wujudnya dengan wujud mirah, kupu, arang dan batu (Soejono, 1922:34). Dalam hal ini sangat sesuai dengan yang dikatakan Ibn al-Arabi bahwa, alam adalah cermin bagi Tuhan.
Alam mempunyai banyak bentuk yang jumlahnya tidak terbatas. Karena itu, dapat dikatakan bagi Tuhan terdapat banyak cermin yang jumlahnya tidak terbatas. Ibarat seseorang yang berdiri banyak cermin yang ada disekelilingnya, Tuhan adalah esa tetapi bentuk atau gambar-Nya banyak sebanyak cermin yang memantulkan bentuk atau gambar itu. Kejelasan gambar pada suatu cermin tergantung kepada kualitas kebeningan cermin itu. Semakin bening atau bersih suatu cermin, semakin jelas dan sempurna gambar yang dipantulkan. Cermin paling sempurna bagi Tuhan adalah Manusia Sempurna, karena ia memantulkan semua nama dan sifat Tuhan. Setiap makhluk adalah lokus penampakan diri Tuhan dan Manusia Sempurna adalah lokus penampakan diri Tuhan yang paling sempurna. Ini berarti gambar Tuhan terlihat secara sempurna pada Mamusia Sempurna karena ia menyerap semua nama dan sifat Tuhan secara sempurna dan seimbang (Noer, 1995:143). 
Referensi Makalah®
(Sebagian dikutip dari sudinco.blogspot.com)
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar