Material Makalah; Pengertian al-Hulul
Pada: January 26, 2012
Kata al-hulul adalah bentuk masdar dari kata kerja halla yang berarti tinggal atau berdiam diri. Secara terminologis kata al-hulul diartikan dengan paham bahwa Tuhan dapat menitis ke dalam makhluk atau benda. Di samping itu, al-hulul berasal dari kata halla yang berarti menempati suatu tempat (halla bi al-makani). Jadi pengertian hulul secara garis besarnya adalah menmpati suatu tempat.
Paham al-hulul dalam tasawuf, yang pertama kali dikemukakan oleh Husain ibn Mansur al-Hallaj. pada abad ke 9 (ke 3 H). Paham al-hulul inilah yang diajarkan al-Hallajn sebagai bentuk tersendiri dalam persatuan Tuhan dengan hamba (ittihad). Menurutnya bahwa manusia dapat ittihad, bersatu dengan Tuhan, dan Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu, yaitu manusia yang telah dapat melenyepakan sifat-sifat kemanusiannya melalui fana. Sebab menurut al-Hallaj, manusia itu mempunyai sifat dasar yang ganda, yaitu sifat ketuhanan dan sifat kemanusiaan (nasut), demikian pula Allah, juga mempunyai sifat dasar ketuhanan (lahut), inilah kedua sifat saling mengambil tempat. Apabila sifat-sifat kemanusiaan itu telah dapat dilenyapkan melaui fana dan sifat-sifat ketuhanan dikembangkan, maka akan tercapailah persatuan atau ittihad (menyatu)dengan Tuhan dengan bentuk hulul.
Sebagaimana telah digambarkan terdahulu bahwa al-Hallaj penganut paham hulul dan paham itulah merupakan pokok ajarannya yang ia kembanmgkan pada masa hidupnya. Dikatakan bahwa hulul merupaka salah satu bentuk kemanunggalan antara Allah swt dan manusia. Dalam bukunya yang berjudul kitab al-Tawazin, ia mengemukakan teori tentang kejadian manusia, bahwa tatkala Allah swt dalam kesendiriannya (Fil ‘ama), ia melihat dirinya sendiri (Tajalli al-Haqq Li Nafsihi). Lalu terjadilah dialog antara Allah dan diriNya tanpa kata-kata atau huruf. Allah swt melihat ketinggian dan kemuliaan diriNya, cinta yang disifatkan tak ada bandingannya. Cinta ini merupakan energi yang menjadi sebab wujud selain wujud Allah swt sendiri. Karena cinta itu Allah swt mengeluarkan “gambaran” diri-Nya (صورة من نفسه) yang mempunyai segala sifat dan namaNya. al-Hallaj berpendapat bahwa “gambaran” diri Allah swt itu adalah Adam, setelah Allah menciptakan Adam dengan cara seperti itu, maka Allah memuliakan dan mengagungkannya serta mencintainya, karena itu, pada diri Adam Allah swt muncul dalam bentuk-Nya.
Menurut al-Hallaj bahwa bersatunya antara orang yang cinta dengan yang dicintai adalah persatuan dimana sifat kemanusiaan orang yang cinta itu hilang dan diganti dengan sifat ketuhanan. Ketika manusia hilang sifat kemanusiaanya, maka yang tinggal adalah sifat ke-Tuhan-an pada dirinya.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus Arab – Indonesia al-Munawwir, Yogyakarta : Pustaka Progresif, t. Th. Libni Mandhur, Lisanu al-‘Arab, Al qahirat Korisy al-Nil: Dar al-Ma’rif t. Th. Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1992. Abd. Kadir Mahmud, al-Falsafah al-Sufiyah al-Isam Mesir : Dar al-Fikr, 1966.