Pengertian Wacana menurut Pakar
Pada: January 10, 2012
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa wacana yaitu (1) komunikasi verbal; percakapan; (2) lingkungan keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan; (3) lingkungan satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato atau khutbah; (4) lingkungan atau prosedur berpikir secara sistematis; kemampuan atau proses memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat; (5) pertukaran ide secara verbal.
Al-Bisri mengemukakan bahwa kata wacana dalam bahasa Arab adalah محاضرة, كلام , محادثة yang berarti perkataan, percakapan, dan ceramah atau kuliah. Dalam kamus Al-Maurid dinyatakan bahwa kata discourse dalam bahasa Arab yakni;
١) حديث : محادثة, ٢) كتابة اوخطابة, ٣) مقالة, حطبة: محاضرة
Marahim mengartikan wacana sebagai kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urut-urutan yang teratur dan semestinya, dan komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur. Jika defenisi ini kita pakai sebagai pegangan, maka dengan sendirinya semua tulisan yang teratur, yang menurut urut-urutan yang semestinya, atau logis, adalah wacana. Karena itu, sebuah wacana harus punya dua unsur penting, yakni kesatuan (unity) dan kepaduan (coherence).
Beberapa pakar memerikan pengertian wacana, yaitu antara lain:
Collins Concise English Dictionary (1988)
Wacana adalah (1) komunikasi verbal, ucapan, percakapan; (2) sebuah perlakuan formal dari subjek dalam ucapan atau tulisan; (3) sebuah unit teks yang digunakan oleh linguis untuk menganalisis satuan lebih dari kalimat.
Longman Dictionary of the English Language (1984)
Wacana adalah (1) sebuah percakapan khusus yang alamiah formal dan pengungkapannya diatur pada ide dalam ucapan dan tulisan; (2) pengungkapan dalam bentuk sebuah nasihat, risalah dan sebagainya; sebuah unit yang dihubungkan ucapan atau tulisan.
J.S. Badudu (2000)
Wacana adalah (1) rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu; (2) kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis.
Hawthorn (1992)
Wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di anatara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di amna bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya.
Roger Fowler (1977)
Wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai dan kategori yang masuk di dalamnya; kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia; sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman.
Foucault (1972)
Wacana adalah kadang kala sebagai bidang dari semua pernyatan (statement), kadang kala sebagai sebuah individualisasi kelompok pernyataan, dan kadang kala sebagai praktik regulatif yang dilihat dari sejumlah pernyataan.
Proses berpikir seseorang sangat erat kaitannya dengan ada tidaknya kesatuan dan koherensi dalam tulisan yang disajikannya. Makin baik cara atau pola berpikir seseorang, pada umumnya makin terlihat jelas adanya kesatuan dan koherensi itu.
Istilah wacana sekarang ini dipakai sebagai terjemahan dari perkataan bahasa Inggris discourse. Kata “discourse” berasal dari bahasa latin discursus yang berarti lari kian-kemari (yang dituturkan dari dis- ‘dari, dalam arah yang berbeda, ‘dan currere ‘lari).
Komunikasi pikiran dengan kata-kata; ekspresi ide-ide atau gagasan-gagasan; konversi atau percakapan. Komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu subjek studi atau pokok telaah. Risalat tulis; disertasi formal; kuliah; ceramah; khotbah.
Kemudian, Moeliono menyatakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat itu atau rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lain, membentuk satu kesatuan.
Menurut Djajasudarma, wacana adalah (1) perkataan, ucapan, tutur yang merupakan satu kesatuan; (2) keseluruhan tutur. Tarigan mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koheresi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tertulis.
Ba’dulu menyatakan bahwa pada dasarnya wacana adalah kumpulan paragraph yang saling berhubungan yang mengembangkan topic tunggal yang luas secara efektif. Menurut Kridalaksana, wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan kesatuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.), paragraph, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap.
Lull memberikan pengertian yang lebih sederhana mengenai wacana yang berarti cara objek atau ide diperbincangkan secara terbuka kepada public sehingga menimbulkan pemahaman tertentu yang tersebar luas. Kleden menyebut wacana sebagai ucapan dalam mana seorang pembicara menyampaikan sesuatu tentang sesuatu kepada pendengar. Wacana itu sendiri, seperti dikatakan Tarigan, mencakup keempat tujuan penggunaan bahasa, yaitu ekspresi diri sendiri, eksposisi, sastra, dan persuasi.
Samsuri dalam Sudjiman menyatakan bahwa wacana ialah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang lain. Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula memakai bahasa tulisan.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, agaknya dapat dirangkum pengertian wacana itu sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa.
Lebih jauh, pengertian wacana dapat dibatasi dari dua sudut yang berlainan. Pertama dari sudut bentuk bahasa, dan kedua, dari sudut tujuan umum sebuah karangan yang utuh atau sebagai bentuk sebuah komposisi.
Dari sudut bentuk bahasa, atau yang bertalian dengan hierarki bahasa, yang dimaksud dengan wacana adalah bentuk bahasa di atas kalimat yang mengandung tema ini biasanya terdiri atas alinea-alinea, anak-anak bab, bab-bab, atau karangan-karangan utuh, baik yang terdiri atas bab-bab maupun tidak.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Adib Bisri dan Munawwir A. Fattah, Al-Bisri Kamus Indonesia-Arab Arab-Indonesia. Surabaya. Pustaka Progressif, 1999. Munir Al Ba’laba’kiy, Al-Maurid A Moderen English-Arabic Dictionary. Baerut Libanon. Dar El-Ilm Lil-malayein, 1995. Ismail marahimin, Menulis Secara Populer. Jakarta. Pustaka Jaya, 1994. Riyono Pratikto, Kreatif Menulis Feature. Bandung. Alumi, 1984. Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framin. Bandung. Remaja Rosdakarya, 2001. Saodah nasution, Kamus Umum Lengkap: Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris. Jakarta. Mutiara Sumber Widya, 1999. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed. 3. Jakarta. Balai Pustaka, 2001. Anton M. Moeliono dan Soenjono Dardjowidjojo, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Cet. 4. Jakarta. Balai Pustaka, 1993. T. Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung. PT. Eresco, 1993. Abdul Muis Ba’dulu, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Makassar. Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, 2001. Kridalaksana, Kamus Linguistik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama, 2001. Lull, Media Komunikasi Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global. Penerjemah A. Setiawan Abadi. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia, 1998. Sunarto, Analisis Wacana Ideologi Gender Media Anak-Anak. Semarang. Diterbitkan atas Kerjasama Penerbit Mimbar dan Yayasan Adikarya Ikapi serta Ford Foundation, 2001.