Sejarah Perkembangan Penemuan Kebenaran
Pada: January 25, 2012
Penerimaan pengetahuan sebagai kebenaran, dipengaruhi juga oleh cara mengungkapkan atau menemukannya. Untuk sampai pada cara penemuan kebenaran seperti sekarang ini sebagai proses yang berencana, sistematik, teliti, dan terarah, sebenarnya telah memakan waktu yang cukup lama dan bertingkat-tingkat. Perkembangan cara mengungkapkan kebenaran yang bertahap tersebut, dapat dilihat sebagai berikut.
1. Penemuan Kebenaran Secara Kebetulan
Suatu peristiwa yang tidak disengaja, terkadang menghasilkan suatu kebenaran yang menambah perbendaharaan pengetahuan manusia, karena sebelumnya kebenaran itu tidak diketahui. Cara menemukan kebenaran seperti ini bukan cara yang baik, sebab manusia akan bersifat passif dan menunggu. Dari segi ilmiah, cara seperti itu tidak mungkin membawa perkembangan seperti yang diharapkan, karena sesuatu yang kebetulan, selalu berada pada posisi yang tidak pasti. Begitu pula datangnya tidak dapat diperhitungkan secara terencana dan terarah. Dengan demikian, cara seperti ini tidak dapat diterima sebagai cara ilmiah dalam metode keilmuan untuk menggali kebenaran pengetahuan.
2. Penemuan Kebenaran dengan Trial and Error
Mencoba sesuatu secara berulang-ulang, meski selalu menemukan kegagalan dan akhirnya menemukan suatu kebenran. Cara seperti ini disebut dengan trial and error. Dengan cara ini, seseorang selalu aktif melakukan usaha untuk menemukan sesuatu, meski sebenarnya tidak mengetahui dengan pasti sesuatu yang ingin dicapainya sebagai tujuan dalam melakukan percobaan itu.
Cara seperti di atas sudah menunjukkan adanya aktivitas manusia dalam mencari kebenaran, meski dalam usahanya itu banyak mengandung unsur untung-untungan. Di samping itu, cara tersebut memerlukan waktu yang lama, karena kegiatan mencoba-coba itu tidak direncanakan dan tidak terarah tujuannya. Oleh karena itu, cara tersebut tidak diterima sebagai metode keilmuan, karena tidak memberikan jaminan untuk sampai pada penemuan kebenaran yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan.
3. Penemuan Kebenaran dengan Cara Spekulatif
Cara seperti ini memiliki kemiripan dengan trial and error, karena mengandung unsur untung-untungan dalam mencari kebenaran. Dalam prakteknya, seseorang telah memulai dengan menyadari masalah yang dihadapinya, kemudian meramalkan berbagai kemungkinan dan alternatif pemecahannya. Namun, tanpa meyakini betul ketepatan salah satu alternatif yang dipilihnya, ternyata mencapai hasil yang memuaskan sebagai suatu kebenaran.
Karena sifatnya masih untung-untungan, maka menemukan kebenaran dengan cara seperti itu tidak efektif untuk digunakan dalam metode ilmiah, karena kebenaran yang diperolehnya bersifat meraba-raba, sehingga kegagalan mungkin lebih besar daripada keberhailan yang dicapainya.
4. Penemuan Kebenaran dengan Cara Berpikir Kritis dan Mendalam
Kemampuan berpikir yang dimiliki manusia, ternyata telah banyak menghasilkan kebenaran, baik yang bertolak dari pengalaman maupun yang melampaui pengalaman. Kebenaran itu diungkapkan melalui proses berpikir rasional, kritis, dan logis. Dalam proses berpikir itu, seseorang menghadapi masalah, berusaha menganalisisnya dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya untuk sampai pada pemecahan masalah yang tepat.
Dalam sejarah perkembangan pemikiran, ternyata cara menemukan kebenaran seperti ini sudah bersifat obyektif, sehngga dalam perkembangan selanjutnya melahirkan kegiatan penelitian ilmiah.
5. Penemuan Kebenaran dengan Cara Penelitian Ilmiah
Dewasa ini, penemuan kebenaran yang paling mungkin memberikan pengetahuan yang obyektif, dialkukan melalui kegiatan penyelidikan atau penelitian. Kegiatan penelitian tersebut dilakukan sebagai usaha untuk menjawab pertanyaan: Mengapa sesuatu demikian? Atau mengapa harus demikian? Kegiatan itu pada dasarnya bermaksud membentengi dalam menarik kesimpulan sebagai suatu kebenaran dengan mengajukan bukti-bukti yang meyakinkan, yang dikumpulkan melalui prosedur yang sistematik, jelas, terkontrol, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2001. Thomas F. O’dea, The Sociology of Religion, diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Yasogama dengan judul Sosiologi Agama: Suatu Pengenalan Awal, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995