Biografi Ahmad Reza; Tokoh Gerakan Turki Muda
Pada: February 09, 2012
Ahmed Reza adalah anak seorang bekas anggota Parlemen Pertama bernama Injiliz Ali. Di masa mudanya Ahmed Reza pernah berkunjung ke desa-desa di Turki dan kemelaratan yang diderita kaum petani menusuk hatinya. Ia pun bertekad akan melanjutkan studi di Sekolah Pertanian untuk kelak dapat bekerja dan berusaha merubah nasib kaum petani yang malang itu. Studi mengenai pertanian dilanjutkan di Paris.
Sekembalinya dari Paris Ahmed Reza bekerja di Kementerian Pertanian, tetapi ternyata baginya bahwa hubungan Kementerian ini dengan hidup dan kemelaratan kaum petani sedikit sekali. Kementerian itu lebih banyak disibukkan dengan hal-hal yang bersangkutan dengan birokrasi. Kemudian ia pindah ke Kementerian Pendidikan, karena dengan pendidikanlah, mata rakyat dapat dibuka dan dengan demikian perubahan nasib mereka dapat diwujudkan. Tapi ternyata, pengalamannya di Kementerian ini sama. Orang sibuk dengan soal-soal birokrasi dan bukan dengan soal-soal pendidikan.
Dengan adanya kekangan dari pihak penguasa, Ahmed Reza merasa tidak sanggup lagi menghadapi sistem pemerintahan Sultan Abdul Hamid II yang bersifat absolutisme. Ia meninggalkan Turki dan kembali ke Paris untuk bergabung dengan teman-temannya yang terlebih dahulu menghindar dari kekuasaan Sultan yang absolut. Di kota Paris, ia menerbitkan sebuah surat kabar dengan bebahasa Turki Musveret pada tahun 1897. Karena pengaruh penguasa dan segannya rakyat terhadap penguasa, maka koran tersebut tidak dapat ditemukan secara langsung dan terang-terangan, tetapi diselundupkan melalui kota Istanbul untuk dapat dibaca oleh orang-orang Turki di tanah air.
Di kota Paris, Ahmed Reza banyak dipengaruhi pemikiran positivisme Auguste Comte (1798-1857). Dari perjalanan intelektualnya ia berkesimpulan bahwa jalan yang harus ditempuh untuk menyelamatkan kerajaan Usmani dari keruntuhannya ialah dengan jalan pendidikan dan ilmu pengetahuan positif. Pendidikan adalah jalan yang terbaik untuk memberikan penerangan berpikir terhadap penduduk Turki.
Dengan terlaksananya program pendidikan yang baik dan berhajat pada pemerintahan konstitusional. Menurut Ahmed Reza, pemerintahan konstitusional tidak bertentangan dengan Islam, karena dalam Islam terdapat ajaran musyawarah dan musyawarah adalah dasar pemerintahan konstitusional. Kemudian ia mencoba meyakinkan ide-idenya itu kepada rakyat Turki dengan mengangkat contoh-contoh masa Nabi Muhammad saw, Abu Bakar al-Siddiq dan masa Padisa Usmania.
Dalam memorandum yang ia terbitkan di Eropa, Ahmed Reza mengajak Sultan Abdul Hamid II supaya merubah sikap serta politik, dan menghidupkan kembali pemerintahan konstitusional, agar pecahnya revolusi di Kerajaan Usmani dapat dielakkan.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Cet. XI; Jakarta: Bulan Bintang, 1996). Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki (Cet. I; Jakarta: Logos, 1997). Niyazi Berkiz, The Development of Secularism in Turkey (Mc. Gill University Press All Right Reserved 1964). Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Departemen Agama RI, 1985).