Asbāb al-Nuzul Ditinjau dari Aspek Bentuknya
Pada: February 14, 2012
Asbāb al-nuzūl jika ditinjau dari aspek bentuknya, terbagi atas dua yaitu: yang berbentuk peristiwa dan pertanyaan:
Pertama, peristiwa berupa pertengkaran. Sebagai contoh adalah QS Ali 'Imran (3): 100. Ayat ini dilatarbelakangi oleh perselisihan yang berkecamuk antara suku 'Aus dan suku Khazraj di Madinah. Ayat ini turun untuk mengingatkan umat Islam agar tidak mudah percaya kepada berita yang dibawa oleh orang-orang Yahudi, sekaligus merupakan cara terbaik untuk menjauhkan perselisihan di kalangan umat Islam, serta mendorong mereka untuk menumbuhkan rasa kasih sayang, persatuan, dan kesepakatan.
Kedua, peristiwa berupa kesalahan fatal. Sebagai contoh dikemukakan dalam sebuah riwayat bahwa, suatu ketika 'Abd al-Rahman ibn 'Auf mengundang 'Ali bin Abi Thalib dan kawan-kawannya makan malam. Dalam hidangan itu disiapkan juga minuman keras sehingga mereka pada mabuk. Ketika tiba waktu salat, 'Ali bin Abi Thalib ditunjuk sebagai imam dan ia membaca QS al-Kafirun dengan keliru أعبد ما تعبدون yang seharusnya لا أعبد ما تعبدون Dari peristiwa inilah turun QS al-Nisa' (4): 43
Ketiga, peristiwa berupa cita-cita atau keinginan. Sebagai contoh dikemukakan dalam satu riwayat bahwa 'Umar ibn al-Khattab berkata kepada Rasulullah: "Sesungguhnya telah masuk kepada isteri-isterimu orang-orang yang baik dan orang-orang yang jahat, bagaimana kalau engkau perintahkan mereka agar menggunakan hijab".
Sejalan dengan keinginan 'Umar ini, maka turunlah QS al-Ahzab (33): 53.
Pertama, pertanyaan yang diajukan berkenaan dengan peristiwa masa lalu. Misalnya riwayat yang dikemukakan oleh Qatadah bahwa orang-orang Yahudi bertanya kepada Nabi Muhammad tentang Dzul al-Qarnain,maka turunlah QS al-Kahfi (18): 83-98 untuk menjelaskan kisahnya,
Kedua, pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung saat itu. Sebagai contoh adalah pertanyaan yang terkait dengan fungsi bulan sabit. Dari pertanyaan itu, turunlah QS al-Baqarah (2): 189.5
Ketiga, pertanyaan yang berhubungan dengan peristiwa yang akan datang. Orang-orang musyrik misalnya bertanya kepada Rasulullah tentang hari kebangkitan, sehingga turunlah QS al-Ahzab (33): 63
Referensi Makalah®:
Kepustakaan: Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, Jakarta; Rajawali Pers, 1992. Abi al-Hasan ‘Ali ibn Ahmad al-Wahidi al-Naisaburiy, Asbab Nuzul al-Qur’an Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1991
Asbāb al-nuzūl dalam Bentuk Peristiwa
Latar belakang turunnya ayat dalam bentuk peristiwa, terbagi atas tiga macam:Pertama, peristiwa berupa pertengkaran. Sebagai contoh adalah QS Ali 'Imran (3): 100. Ayat ini dilatarbelakangi oleh perselisihan yang berkecamuk antara suku 'Aus dan suku Khazraj di Madinah. Ayat ini turun untuk mengingatkan umat Islam agar tidak mudah percaya kepada berita yang dibawa oleh orang-orang Yahudi, sekaligus merupakan cara terbaik untuk menjauhkan perselisihan di kalangan umat Islam, serta mendorong mereka untuk menumbuhkan rasa kasih sayang, persatuan, dan kesepakatan.
Kedua, peristiwa berupa kesalahan fatal. Sebagai contoh dikemukakan dalam sebuah riwayat bahwa, suatu ketika 'Abd al-Rahman ibn 'Auf mengundang 'Ali bin Abi Thalib dan kawan-kawannya makan malam. Dalam hidangan itu disiapkan juga minuman keras sehingga mereka pada mabuk. Ketika tiba waktu salat, 'Ali bin Abi Thalib ditunjuk sebagai imam dan ia membaca QS al-Kafirun dengan keliru أعبد ما تعبدون yang seharusnya لا أعبد ما تعبدون Dari peristiwa inilah turun QS al-Nisa' (4): 43
Ketiga, peristiwa berupa cita-cita atau keinginan. Sebagai contoh dikemukakan dalam satu riwayat bahwa 'Umar ibn al-Khattab berkata kepada Rasulullah: "Sesungguhnya telah masuk kepada isteri-isterimu orang-orang yang baik dan orang-orang yang jahat, bagaimana kalau engkau perintahkan mereka agar menggunakan hijab".
Sejalan dengan keinginan 'Umar ini, maka turunlah QS al-Ahzab (33): 53.
Asbāb al-nuzūl dalam Bentuk Pertanyaan
Latar belakang turunnya satu atau beberapa ayat terkadang didahului oleh pertanyaan. Pertanyaan tersebut terkadang diajukan oleh orang musyrik, terkadang oleh ahl al-kitab, dan terkadang pula oleh para sahabat sendiri. Bentuk-bentuk pertanyaan itu dapat dibagi atas tiga bentuk:Pertama, pertanyaan yang diajukan berkenaan dengan peristiwa masa lalu. Misalnya riwayat yang dikemukakan oleh Qatadah bahwa orang-orang Yahudi bertanya kepada Nabi Muhammad tentang Dzul al-Qarnain,maka turunlah QS al-Kahfi (18): 83-98 untuk menjelaskan kisahnya,
Kedua, pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung saat itu. Sebagai contoh adalah pertanyaan yang terkait dengan fungsi bulan sabit. Dari pertanyaan itu, turunlah QS al-Baqarah (2): 189.5
Ketiga, pertanyaan yang berhubungan dengan peristiwa yang akan datang. Orang-orang musyrik misalnya bertanya kepada Rasulullah tentang hari kebangkitan, sehingga turunlah QS al-Ahzab (33): 63
Referensi Makalah®:
Kepustakaan: Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, Jakarta; Rajawali Pers, 1992. Abi al-Hasan ‘Ali ibn Ahmad al-Wahidi al-Naisaburiy, Asbab Nuzul al-Qur’an Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1991