Biografi Karl Raimund Popper
Pada: February 25, 2012
Karl Raimund Popper dilahirkan pada 28 Juli 1902 di Vienna, yang pada waktu itu diklaim sebagai pusat kebudayaan dunia Barat. Ayahnya, Dr. Simon Siegmund Carl Popper, seorang Yahudi yang membawanya pada suasana yang belakangan ia lukiskan sebagai “sangat kebuku-bukuan” (decidedly bookish). Ayahnya bekerja sebagai pengacara profesional, tapi dia juga tertarik pada karya-karya sastra Yunani-Romawi Kuno dan filsafat, serta menginformasikan kepada anaknya minat pada masalah sosial dan politik yang lepas dari dirinya. Ibunya menanamkan pada ketertarikan pada musik, hingga dia sempat ingin mengambil karir di bidang ini dan sungguh-sungguh pada awalnya memilih sejarah music sebagai subjek kedua untuk ujian Ph. D.
Kemudian, kecintaanya terhadap musik menjadi kekuatan inspiratif dalam membangun pemikiran dan originalitas interpretasi antara dogmatis dan pemikiran kritis, kontribusinya dalam pembedaan objektifitas dan subjektivias, dan yang sangat penting, menumbuhkan perlawanan terhadap segala bentuk historisisme, termasuk ide-ide sejarawan tentang sifat alami “progresif” pada musik. Karl muda menghadiri Realgymnasium lokal, dimana ia merasa tidak senang dengan standar pengajaran, dan setelah sakit yang membuatnya tinggal di rumah beberapa bulan, dia masuk University of Vienna pada tahun 1918. Bagaimanapun, dia tidak mendaftar secara formal di Universitas dengan mengambil pengujian matrikulasi 4 tahun yang lain. Baru pada tahun 1922 ia diterima sebagai mahasiswa di sana. 1919 adalah tahun kehormatan formatif penting dalam kehidupan intelektualnya. Pada tahun itu, dia melibatkan diri dalam politik sayap kiri, bergabung dengan Association of Socialist School Students dan menjadi Marxis pada saat itu.
Dia juga menemukan Teori Psikoanalisis Freud dan Adler (hal ini terkait dengan aktivitasnya dalam kerja sosial dengan anak-anak yang serba kekurangan), dan terpesona mendengar kuliah yang diberikan Einstein di Vienna tentang teori relativitas kekuasaan semangat kritik pada Einstein dan kekurangan total pada Marx, Freud dan Adler, menyerang Popper sebagai kehadiran yang sangat penting: yang belakangan dia kembali berpikir, meletakkan teori-teori mereka dalam term-term yang bersedia untuk dikonfirmasi, sedangkan teori Einstein, dengan susah payah, memiliki implikasi yang dapat diuji, jika salah, teori itu bisa difalsifikasi.
Salah satu peristiwa yang mempengaruhi perkembangan intelektual Popper dalam filsafatnya adalah dengan tumbangnya teaori Newton dengan munculnya Teori tentang gaya berat dan kosmologi baru yang dikemukakan oleh Einstein. Dimana Popper terkesan dengan ungkapan Einstein yang mengatakan bahwa teorinya tak dapat dipertahankan kalau gagal dalm tes tertentu, dan ini sangat berlainan sekali dengan sikap kaum Marxis yang dogmatis dan selalu mencari verifikasi terhadap teori-teori kesayangannya.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Bernard Delfgaaw, Filsafat Abad XX, Diterjemahkan Soejono Soemargono, (Cet; IYogya: Tiara Wacana. 1988).