Jumlah Amtsal (perumpamaan) dalam al-Quran
Pada: February 15, 2012
Adapun tentang jumlah amstal dalam al-Quran, Ibn al-Qayyim sebagaimana dikutip oleh al-Khidr Husayn menemukan Amtsal al-Quran lebih dari 40 ungkapan (tempat). Bahkan abu al-Hassan al-Mawardi menerbitkan karya khusus tentang amtsal al-Quran, sedangkan al-Suyuti membuatkan satu kajian tersendiri dalam kitabnya A’lam al-Muwaqqi’in.
Namun diantara ulama ada juga yang menolak majaz (Matsal termasuk majaz) dalam al-Quran seperti kaum al-Zhahiriyyat Ibn al-Qashsh dari al-Syafi’iyah, dan Ibn al-Khuwayz.Mandad dari al-Malikiyyah dengan alasan bahwa al-Quran bersih dari berita bohong.seseorang tidak akan menggunakan majaz tersebut kecuali bila sudah terdesak tak ada lagi perkataan yang dapat digunakan selain itu. Kondisi ini mustahil bagi Allah. Namun jumhur ulama menolak pendapat itu dan menegaskan bahwa didalam al-Quran memang ada ayat-ayat yang berisi majaz; bahkan mereka berkata bahwa pendapat sebagian ulama itu batal dengan alas an, jika majaz dibuang dari al-Quran maka akan terbuanglah sebagian ayat-ayat al-Quran.
Para ahli ilmu balaghah juga berpendapat bahwa kata-kata majazi lebih terang maknanya daripada kenyataan. Seumpama kata-kata majazi harus disingkirkan dalam al-Quran maka harus disingkirkan juga al-hadzf (huruf yang perlu dibuang dari lafaz untuk keindahan sastra), taukid (penambahan huruf tertentu pada lafadz untuk enekankan makna), ulangan sejarah dan lain sebagainya.
Pertentangan tersebut juga ditanggapi oleh al-Qadhi Abd. Al-Jabbar dengan mengatakan adanya perluasan makna tidak berarti bahwa makna tersebut rusak ataupun berantakan dari makna aslinya sehingga majaz dapat dianggap sebagai implikasi dari kesepakatan makna yang muncul diatas makna yang sebenarnya.
Jika kita mencermati secara seksama, penolakan adanya majaz dalam al-Quran oleh sebagian ulama dimaksudkan untuk membersihkan al-Quran dari hal-hal yang akan mengurangi kesuciannya, sementara jumhur ulama, tidak melihat bahwa adanya majaz akan merusak jumhur ulama lebih kuat karena didukung oleh fakta dan bukti yang nyata bahwa dalam al-Quran memang ada majaz dan tidak mungkin kita bisa menghlangkannya atau membuangnya.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Nashruddin Baidan, wawasan baru Ilmu Tafsir (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005). Subhi al-Shalih, mabahis fi Ulumil Qur’an, diterjemahkan olh Tim Pustaka Firdaus, dengan judul Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an (Cet. IX; Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004). Nashr Hamid Abu Zaid, Ittijah al-Aqli fi al-Tafsir; Dirasah fi Qadhiyyat al-majaz fi Qur’an inda al-Muntazilah, Diterjemahkan oleh Abdurrahman Kasdi dengan Judul menalar Firman Tuhan; Wacana Majaz dalam al-Qur’an menurut Mu’tazilah (Cet. I; Bandung, Mizan, 2003).