Implikasi Pendekatan Kompetensi terhadap Pembelajaran
Pada: June 19, 2012
Kompetensi menunjuk kepada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran dan latihan. Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran kompetensi menunjuk kepada perbuatan (performance) yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentudalam proses belajar. Dikatakan perbuatan, karena merupakan prilaku yang dapat diamati,meskipun demikian ada proses yang tidak tampak seperti pengambilan keputusan atau pilihan sebelum perbuatan dilakukan. Kay dalam E. Mulyasa mengemukakan bahwa ”Copentency based educatioan, an approach to instruction that aims to teach each student the basic knowledge, skill, attitudes, and values essential to competence”, kompetensi selalu dilandasi oleh rasionalitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran yang berorentasi pada “mengapa” dan “bagaimana” perbuatan tersebut dilakukan.
Kompetensi merupakan indikator yang menunjuk kepada perbuatan yang bisa diamati, dan sebagi konsep yang mencakaup aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap, serta tahap-tahap pelaksanaannya secara utuh. Pembentukan kompetensi secara bersifat transaksional, bergantung pada kondisi-kondisi dari pihak-pihak yang terlibat secara aktual.
Ada tiga landasan teoretis yang mendasari pendidikan berdasarkan pendekatan kompetensi. Pertama, adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok ke arah pembelajaran individual. Melalui pembelajaran individual peserta didik diharapkan belajar sendiri, tidak bergantung pada orang lain. Setiap peserta didik dapat belajar dengan cara dan berdasarkan kemampuan masing-masing. Hal ini membutuhkan pengaturan kelas yang fleksibel, baik sarana maupun waktu, karena dimungkinkan peserta didik belajar dengan kecepatan yang berbeda, penggunaan alat yang berbeda, serta mempelajari bahan ajar yang berbeda pula. Kedua, pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) atau belajar sebagai penguatan (learning for mastery) adalah suatu falsafah tentang pembelajran yang mengatakan bahwa dengan system pembelajran yang tepat semua peserta didik akan dapat belajar dengan hasil yang lebih baik dari seluruh bahan yang diberikan. Bloom dalam E.Mulyasa, menyatakan bahwa sebagian besar peserta didik dapat menguasai apa yang diajarkan kepadanya, dan tugas tugas pembelajaran adalah mengkondisikan lingkungan belajar yang memungkinkan peserta didik menguasai materi pembelajaran yang diberikan. Ketiga, perkembangan pendidikan berdasarkan kompetensi adalah usaha penyusunan kembali defenisi bakat. Dalam kaitan Carol dalam E. Mulyasa, menyatakan bahwa daengan waktu yang cukup semua peserta didik dapat mencapai penguasaan suatu tugas belajar. Jika asumsi tersebut diterima, maka perhatian harus dicurahkan kepada waktu yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas belajar.
Implikasi terhadap pembelajaran adalah sebagai berikut: Pertama, pembelajaran perlu lebih menekankan pada pembelajaran individual meskipun dilaksanakan secara klassikal, dalam hal ini, tugas diberikan kepada peserta didik secara individu, bukan secara kelompok. Kedua, perlu diadakan lingkungan belajar yang kondusip, dengan strategi dan media yang bervariasi yang memungkinkan setiap peserta didik mengikuti kegiatan belajar dengan tenang dan menyenangkan. Ketiga, pembelajaran perlu diberiian waktu yang cukup, terutama dalam penyelesaian tugas pembelajaran agar setiap peserta didik dapat mengerjakan tugas belajar dengan baik.
Dalama kaitannya dengan pengembangan pembelajaran berdasarkan pendekatan kompetensi, Ashan dalam E. Mulyasa, mengemukakan tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu menetapkan kompetensi yang ingin dicapai, mengembangkan strategi untuk mencapai kompetensi dan evaluasi.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
S. Nasutioan, Didaktik Asas-Asas Maengajar, (cet. II., Jakarta: Bumi Aksara, 2005). S. Nasution, Berbagai Pendekatam dalam Proses Belajar Mengajar, (cet., VII, Jakarta: Bumi Aksara, 2000). Lihat, E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (cet. III, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005).