Model Pembelajaran Klasikal
Pada: June 15, 2012
Model pembelajaran klasikal merupakan kegiatan pembelajaran yang tergolong efisien. Pembelajaran klasikal ini memberi arti bahwa kegiatan seorang guru, yaitu mengelola kelas dan mengelola pembelajaran. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan pemebelajaran secara baik dan menyenangkan yang dilakukan di dalam kelas bersama sejumlah peserta didik yang dibimbing oleh seorang guru.
Dalam hal ini, guru dituntut kemampuannya menggunakan teknik-teknik penguatan dalam pembelajaran agar ketertiban belajar dapat diwujudkan. Pengajaran klasikal dirasa lebih sesuai dengn kurikulum yang uniform, yang dinilai melalui ujian uniform pula. J.H. Pestelozzi (1746-1827) memopulerkan pengajaran klasikal ini sebagai pengganti pangajaran individual oleh seorang tutor. Pembelajaran klasikal merupakan keharusan dalam menghadapi jumlah murid yang banyak membaniri sekoah sebagai akibat dari demokrasi, industrialisasi, pemerataan pendidikan dan kewajiban belajar setiap warga Negara.
Konsekuensi dari
pembelajaran klasiskal, buku pelajaran yang diterbitkan oleh pemerintah harus seragam. Buku-bulu lain boleh digunakan asalkan mengacu pada kurikulum yang diterbitkan oleh pemerintah.
Patalozzi sebagai toko yang melahirkan gagasan-gagasan besar tentang pendidikan antara lain: (1) mendemokrasikan pendidikan dengan menyatakan hak mutlak dari setiap anak untuk mengenbangkan potensi drinya sepenuhnya; (2) memposisikan antara teori dan praktek pendidikan harus didasarkqan pada psikologi individu manusia; (3) mendasarkan pendidikan pada perkembangan organik daripada pemindahan gagasan-gagasan; (4) pendidikan mulai dengan persepsi tentang obyek-obyek yang konkrit, pembentukan tindaka-tindakan yang konkrit, dan pengalaman terhadap respon-respon emosional yang aktual, (5) perkembangan adalah sebauah pembangaunan potensi secara beransur-ansur. Setiap bentuk pengajaran harus dilakukan dengan perlahan-lahan, melalui perjalanan yang yang sesuai dengan perkembangan kemampuan dari peserta didik; (6) perasaan-perasaan keagamaan dibentuk mendahului dari kata-kata atau symbol-simbol yang dimiliki peserta didik; (7) perlu ada pandangan yang revolusioner tentang disiplin yang disarkan pada kemauan baik dan kerjasama antar peserta didik dan pendidik; dan (8) diperlukan alat baru dalam pendidikan guru dan studi tentang pendidikan sebagai sebuah ilmu.
Pendapat Pestalozzi tersebut implementasinya dalam pendidikan dilakukan dalam
pembelajaran klasikal jangan sampai merugikan kepentingan peserta didik sebagai individu dalam belajr, hal yang diperhatikan adalah kelas sebagai keseluruan, guru harus menyesuaikan pengajarannya dengan kemampuan rata-rata peserta didik, akibatnya terpaisa menghamtbat kamajuan peserta didik yang cepat seta mengabaikan peserta didik yang lambat. Pengajaran klasikal ini ini cenderuang menempatkan peserta didik pada posisi yang passif.
Penerapan model pembelajaran klasikal ini dimaksudkan untuk melaksanakan unsur perbedaan perseorangan dengan tetap menghargai tugas-tugas bersama dan hak-hak orang lain. Model ini memberikan metode langsung untuk mengelola suasana pengajaran atau ”Instruksional setting” dan untuk mengorganisasian peserta didik agar dapat bertanggung jawab atas situasi kelas dalam proses pembelajaran. Model ini sering disebut dengan ”Classroom Managemen Model”. Model ini memiliki karakteristik yang memberikan suasana belajar individual dan kelompok, serta pencapaian keterampilan sosial.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (cet. V, Bandung: Alfabeta, 2007). S. Nasution, Berbagai Pendekatam dalam Proses Belajar Mengajar, (cet., VII, Jakarta: Bumi Aksara, 2000).