Riwayat Pendidikan AG. KH. Abd. Rahman Ambo Dalle
Pada: June 21, 2012
AG. KH. Abd. Rahman Ambo Dalle mengawali pendidikannya dengan belajar membaca al-Quran di kampung halamannya, baik di rumahnya sendiri maupun di rumah tantenya, Imaddi. Lalu dilanjutkan dengan massara’ baca (melancarkan dan memperbaiki bacaan al-Quran menurut kaedah tajwid) di rumah neneknya, La Caco, imam UjungngE. Ia juga mempelajari baca pitu (qira’at tujuh) dan ilmu-ilmu alat lainnya, seperti nahwu dan sharaf serta menghafal al-Quran pada seorang hafiz al-Quran, Ustaz H. Muhammad Ishaq.
Kemudian AG. KH. Abd. Rahman Ambo Dalle melanjutkan pendidikannya menuju kota Sengkang, ibukota Kabupaten Wajo, selain masuk ke Volk-School juga mengikuti kursus di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Sengkang.
Setelah itu,
AG. KH. Abd. Rahman Ambo Dalle melanjutkan pendidikannya pada Sekolah Guru Syarikat Islam (SI) di Makassar. Tidak lama kemudian, beliau berhasrat memutar haluan pendidikannya dengan memusatkan perhatiannya pada pendidikan agama, maka beliau kembali ke Sengkang sambil memasuki sekolah Darul ‘Ulum yang pimpinan oleh Sayyid Muhammad al-Mahdaliy, juga mengikuti pengajian kitab (kuning) dengan tekun pada Syekh H. Syamsuddin, Syekh H. Ambo Amme, Syekh Abd. Rasyid Muhmud al-Jawwad, dan Sayyid ‘Abdullah Dahlan, serta Sayyid Hasan al-Yamani.
Kemudian pada tahun 1928, ketika itu umurnya sekitar 28 tahun bergabung dengan pengajian yang didirikan dan dipimpin langsung oleh al-Mukarram K.H. Muhammad As‘ad, yang akrab disebut oleh para santri dan masyarakat Bugis pada umumnya “Gurutta Sade”, yang baru datang dari tanah suci Mekkah. Gurutta Sade pada ketika itu baru berusia 21 tahun, masih sangat muda, tetapi ilmu agamanya amat luas karena beliau sejak lahir sudah berada di tanah suci Mekkah (gudangnya ilmu pengetahuan agama saat itu).
Suatu ketika, H. As’ad (Anregurutta Sade’) mengunjungi tempat Ambo Dalle (nama sapaan AG. KH. Abd. Rahman Ambo Dalle), memberikan pengajian al-Qur’an, saat itu, selain mengajar mengaji Ambo Dalle juga telah diangkat sebagai juru tulis pembantu pada kerajaan bawahan (Sullewatang) Tancung. Ini karena ia mempunyai kelebihan di antara kelebihan lainnya, yakni kemahiran dan kecepatan tangan kirinya menulis indah sama dengan tangan kanannya.
Melihat Ambo Dalle, Anregurutta As’ad mempunyai firasat bahwa orang ini bakal menjadi ulama besar. Ia lantas mengajaknya bergabung dalam pengajiannya, hal mana ternyata dipenuhi oleh Ambo Dalle.
Walaupun usia gurunya lebih muda sekitar 7 tahun dibanding dengan usia al-Mukarram tetapi karena beliau memang sudah memiliki ilmu agama yang cukup, ditambah dengan pengalamannya dalam mengikuti pendidikan di berbagai tempat, apalagi tekun mengikuti pengajian Gurutta Sade, sehingga tidak lama kemudian beliau diangkat oleh Gurutta Sade sebagai pembantunya mengajar di pengajiannya, karena kedalaman ilmu beliau sudah dianggap setaraf dengan kedalaman ilmu gurunya.
Akhirnya, pada tahun 1935, AG. KH. Abd. Rahman Ambo Dalle berangkat ke tanah suci Mekkah untuk pertama kalinya, selain tujuan utamanya untuk menunaikan ibadah haji, juga untuk mengikuti pengajian di Masjidil Haram. Pada masa beliau belajar di Mekkah selama 9 bulan, salah seorang gurunya bernama Syekh Ahmad Sanusi, yang selalu dipuji kehebatan ilmunya. Sebagai contoh, ketika sedang mengalami kesulitan, maka secara tiba-tiba saja Syekh Ahmad (gurunya) datang, melalui mimpi untuk memberikan bantuan.
Pada masa belajar di Mekkah itu, ia diberi sebuah kitab oleh gurunya, yaitu kitab Razinat al-Asrar al-Kubra. Menurut gurunya, di dalam kitab itu sudah tercantum semua yang ingin diketahui tentang masalah yang ghaib. Dan ternyata betul apa kata gurunya, sebab dari kitab itulah ia mendapatkan dan mengamalkan rahasia kehidupan para Waliyyullah (Wali Allah) di masa silam. Oleh sebab itulah sehingga dia memiliki sifat-sifat kewalian, yang tidak dimiliki oleh banyak ulama lain, termasuk muridnya sendiri yang sudah bertaraf ulama atau kiyai umumnya.
Keistimewaan yang dimiliki oleh
AG. KH. Abd. Rahman Ambo Dalle dalam hal ini amatlah banyak, antara lain, memiliki tingkat kecerdasan akal, dan kecerdasan kalbu yang sangat tinggi; misalnya sekali saja membaca suatu kitab langsung menghafal semua isinya, sebelum terjadi sesuatu peristiwa, sudah mengetahui akibatnya. Belum lagi hal-hal lain yang dialami dalam kehidupan kesehariannya, yang senantiasa mendapat kiriman berupa santunan dana segar langsung dari Allah, terutama untuk kepentingan kemajuan organisasi DDI dan lembaga pendidikan yang dibinanya secara langsung, maupun untuk kelangsungan hidup bersama keluarga dan para santri yang ikut tinggal (mondok) bersamanya, yang jumlahnya tidak sedikit. (Hal semacam itu, penulis saksikan langsung dalam kehidupan beliau di Pondok Pesantren DDI Ujung Lare Parepare pada tahun 70-an).
Referensi Makalah®
*Berbagai Sumber