Biografi Muhammad Ibn Abdul Wahhab; Pendiri Gerakan Wahabi
Pada: July 03, 2012
Nama lengkapnya adalah Syeikh al-Islam al-Imam Muhammad Ibn Abdil Wahhab bin Sulaiman bin Ali Muhammad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin al-Masyariat at-Tamimi al-Hambali an-Najdie. Beliau lahir pada tahun 1115 H atau 1703 M. di desa U’yainah (Najed), kurang lebih 70 km ke arah barat laut kota Riadh ibu kota Arab Saudi sekarang.
Muhammad bin Abdul Wahhab dibesarkan dalam lingkungan terpelajar, ayahnya adalah Ketua Jawatan Agama setempat. Sedangkan kakeknya adalah seorang Qadhi (Mufti besar) tempat di mana masyarakat Najeb menanyakan segala sesuatu yang menyangkut masalah keagamaan. Oleh sebab itu tidak mengherankan apabila kelak Muhammad bin Abdul Wahhab juga menjadi seorang ulama besar seperti kakeknya.
Sebagaimana lazimnya keluarga ulama, maka Muhammad bin Abdul Wahhab sejak kanak-kanak digembleng dan ditempa jiwanya dengan pendidikan agama, yang langsung ditanganinya sendiri oleh ayahnya yakni tuan Syekh Abdil Wahhab. Muhammad bin Abdul Wahhab sejak kecil sudah kelihatan tanda-tanda kecerdasannya beliau tidak suka membuang-buang waktu dengan percuma seperti lazimnya tingkah laku kebanyakan anak-anak lain yang sebaya dengannya.
Setelah mencapai usia dewasa, Muhammad bin Abdil Wahhab diajak oleh ayahnya untuk bersama-sama pergi ke tanah suci Mekah untuk menunaikan rukun islam yang kelima yakni berhaji ke Baitullah. Dan setelah selesai menunaikan ibadah Haji, ayahnya kembali pulang ke kampung halamannya. Sedangkan Muhammad bin Abdul Wahhab menetap di Mekah untuk beberapa waktu lamanya.
Muhammad bin Abdul Wahhab kemudian melanjutkan mengembara ke Basrah selama 4 tahun, dan Bagdad 5 tahun. Di kota inilah beliau memperisteri seorang wanita yang kaya raya. Setelah isterinya meninggal dunia, Muhammad bin Abdul Wahhab memperoleh warisan sebanyak 2000 dinar, suatu jumlah yang sangat besar. Sepeninggal isterinya, beliau melanjutkan mengembara selama 2 tahun, dan juga beliau pernah berkunjung ke Isfahan, Qum (Iran).
Setelah beberapa tahun mengadakan perlawatan, beliau kemudian pulang ke tempat kelahirannya di desa U’yainah dan selama beberapa bulan ia merenung dan mengadakan orientasi kemudian mengajarkan faham-fahamnya.
Muhammad bin Abdul Wahhab bukan hanya seorang yang teoritis, akan tetapi beliau adalah pemimpin yang aktif untuk berusaha mewujudkan pemikirannya. Hingga pada tahun 1787 M. Muhammad bin Abdul Wahhab meninggal dunia akan tetapi ajaran-ajarannya tetap hidup dan merupakan beban berat yang harus dipikul oleh generasi penerus demi kelangsungan hidup Islam.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Zainal Abidin Shihab, Wahabi dan Reformasi Islam Internasional (Cet. I; Jakarta: Pustaka Dian, 1986). Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Islam (Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo, 1996). A. Hanafi, Pengantar Theologi Islam (Cet. II; Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1980). Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka judul asli Bundred Great Muslims (Cet. II; Jakarta: Pustaka Firdaus, 1984).