Pengertian Bahasa; Sebuah Pengantar
Pada: July 03, 2012
Sebelum mengemukakan referensi dan hasil penelitian berbagai pakar seputar yang terkait dengan bahasa terlebih dahulu dikemukakan pengertian bahasa. Dari sini diketahui apakah bahasa yang diilhamkan Tuhan atau menjadi kreativitas manusia atau justru dua-duanya. Maksudnya ada yang diilhamkan Tuhan secara langsung ada pula yang menjadi wilayah kretifitas manusia. Pengertian bahasa seperti dicatat ahli adalah:
Kumpulan kata-kata, arti kata-kata yang standar dan bentuk-bentuk ucapan yang digunakan sebagai metode komunikasi.
- Cara apa saja yang menyatakan kesadaran (rasa perasaan, emosi, keinginan, pikiran) dan pola arti yang konsisten.
- Kegiatan universal insani untuk membentuk sistem tanda-tanda sesuai aturan-aturan asosiasi yang diterima umum.
- Bahasa berarti bentuk-bentuk ucapan manusia yang dikondisikan secara historis dan sosial. Hal ini berkaitan dengan bahasa-bahasa tertentu.
- Bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol yang dapat digunakan untuk menyatakan atau menerangkan hal-hal seperti: (1) obyek material eksternal; (2) hal mental internal; (3) kualitas; (4) relasi; (5) tanda logika metematika; (6) fungsi; (7) keadaan; (8) proses; (9) kejadian.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia tertulis pengertian bahasa: 1) Sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasan dan pikiran; 2) Perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa (suku bangsa, nagara, daerah, dsb); 3) Percakapan (perkataan) yang baik; sopan santun; tingkah laku yang baik.
Definisi terakhir ini, bahasa diartikan sebagai pikiran dan ucapan verbal. Dengan menggabung dua definisi di atas jelas betapa sangat luas pengertian dan ruang lingkup bahasa.
Pembahasan tentang asal-usul bahasa, alih-alih menyimpulkan kapan bahasa pertama kali digunakan oleh manusia, para ahli bahas justru sepakat bahwa tidak seorangpun mengetahui secara pasti kapan bahasa awal mula ada, di mana, bagaimana membuat dan siapa yang mengawalinya. Ungkapan yang lazim mengatakan bahwa sejarah bahasa dimulai sejak awal keberadaan manusia. Dengan demikian sejarah bahasa berlangsung sepanjang sejarah manusia. Ada sedikit informasi dari para peneliti yang menyimpulkan bahwa bahasa muncul pertama kali lebih 3000 SM. Inipun dianggap kesimpulan yang spekulatif dan tanpa bukti yang kuat.
Berbeda dengan aliran-aliran primitive tersebut di atas, para filsuf Yunani kuno, seperti Pytagoras, Plato dan kaum Stoika berpendapat bahwa bahasa mmuncul karena “keharusan batin” atau karena “hukum alam” . Disebut keharusan batin karena bahasa hakikatnya adalah perwujudan atau ekspresi dunia batin penggunanya. Lihat saja bagaimana bahasa seseorang ketika sedang marah, bahagia, gelisah dan sebagainya. Semuanya tergambar dalam bahasa yang diucapkan. Pendapat yang cukup masuk akal dan menjadi dasar pemahaman orang tentang makna bahasa sampai saat ini muncul dari filsuf seperti Demokritus, Aristoteles dam kaum Epikureja yang mengatakan bahwa bahasa adalah hasil persetujuan dan perjanjian antar anggota masyarakat. Sebab sifat dasar manusia adalah keinginannya berinteraksi dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Kendati teori tentang asal-usul bahasa masih kabur dan demikian beragam, dari yang bersifat mitos, religious, mistis sampai yang agak ilmiah. Secara garis besar terdapat tiga perspektif mengenai asal-usul bahasa, yakni teologik, naturalis dan konvensional. Aliran teologik umumnya menyatakan bahwa kemampuan berbahasa merupakan anugerah Tuhan untuk membedakannya dengan makhluk lain. Dalam al-Qur’an Q.S. 2:31 Allah dengan tegas memerintahkan Adam untuk memberi nama benda-benda (tidak menghitung benda-benda). Para penganut aliran ini berpendapat kemampuan Adam untuk memberi nama benda disebut tidak saja sebagai peristiwa linguistik pertama kali dalam sejarah manusia, tetapi juga peristiwa social yang membedakan manusia dengan semua makhluk ciptaan-Nya. Yang lain. Tak bisa diingkari bahwa bahasa kemudian menjadi pembeda yang sangat jelas antara manusia (human) dengan makhluk yang bukan manusia (non-human). Tentu saja pendapat ini bersifat dogmatis dan karenanya tidak perlu dilakukan kajian secara ilmah dan serius tentang sal-usul bahasa. Karena bersifat teologis, maka aliran ini terkait dengan keimanan seseorang. Bagi yang beragama Islam perintah Allah kepada Adam a.s. di atas harus diterima sebagai kebenaran, karena tersurat dengan jelas di dalam kitab suci al-Qur’an. Sisi positif aliran ini adalah kebenarannya bersifat mutlak dan karenanya tidak perlu diperdebatkan karena berasal dari Allah swt. Tetapi sisi negatifnya, aliran ini menjadikan ilmu pengetahuan tentang bahasa tidak berkembang. Sebab tidak lagi ada kajian atau penelitian tentang asal-usul bahasa. Padahal penelitian merupakan aktivitas ilmiah yang sangat penting untuk menjelaskan dan mencari jawaban atas berbagai fenomena alam, social, dan kemanusiaan termasuk fenomena bahasa.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Loren Bagus, Kamus Filsafat, (cet. 4: 2005: PT. Gramedia, Jakarta). Tim Penyusun Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: 2008).