Biografi al-Nawawi
Pada: August 18, 2012
Nama lengkapnya adalah Syaikh al-Islam Muhy al-Din Abu Zakariya Yahya ibn Syaraf ibn Murriy ibn Hasan ibn Husain ibn Hizam ibn Muhammad ibn Jum’ah al-Nawawiy. Lahir di Nawa sebuah daerah bagian dari Hawran, Damaskus pada bulan Muharram 631 H. selain al-Nawawiy ia juga bernisbah al-Hawraniy, al-Hizamiy, Dimasyqi dan al-Syafi’i. namun ia lebih populer dengan nisbah al-Nawawiy dan laqab Muhy al-Din.
Ketika berumur tujuh tahun, seperti yang diceritakan oleh ayahnya, al-Nawawiy tertidur disampingnya pada malam kedua puluh tujuh bulan Ramadhan. Al-Nawawiy terbangun pada waktu tengah malam dan bertanya tentang cahaya yang ia saksikan memenuhi seisi rumah. Semua penghuni rumah kemudian terbangun dan sama sekali tidak melihat ada cahaya. Ayahnya berkata bahwa yang terjadi kala itu adalah malam Lailatu al-Qadar.
Sejak kecil ia mencintai al-Quran dan tumbuh tidak seperti anak-anak pada masanya yang lebih senang bermain. Bila ia diajak bermain, ia akan menghindar dan berlari menangis. Umur sepuluh tahun ia dikerjakan oleh ayahnya sebagai penjaga di kedainya sendiri. Akan tetapi kesibukannya itu tidak membuatnya lalai untuk tetap menekuni al-Quran. Seorang ulama yaitu Syaikh Yasin ibn Yusuf al-Zarkasyi-selanjutnya menjadi guru tarikat al-Nawawiy-yang menyaksikan ketekunannya itu, memberi saran agar ia disekolahkan karena memiliki tanda dan ciri masa depan ilmiah yang cerah.
Dalam waktu relatif singkat ia telah banyak menghafal kitab. Setelah empat bulan setengah ia telah menghafal kitab al-Tanbih. Setahun kemudian, ia juga talah menghafal seperempat kitab al-Muhazzab. Khusus pada Syaikh Kamal al-Din Ishaq al-Maqribiy, al-Nawawiy memberi perhatian besar dengan mensyarah dan mengkritik pelajaran yang diberikannya. Hal ini membuatnya diangkat menjadi asisten Syaikh al-Magribiy untuk menjelaskan dan menyampaikan pelajaran pada sejumlah jama’ah.
Dahaga akan ilmu pengetahuan membuatnya juga ingin mempelajari masalah kedokteran. Untuk itu ia membeli kitab al-Qanun (karya Ibn Sina) dan mulai mempelajarinya. Akan tetapi jiwanya menjadi gulita dan tidak mampu berbuat apa-apa selama beberapa hari sejak ia membeli kitab tersebut. Karena itu ia menjual kitab tersebut dan jiwanya menjadi terang.
Setelah menguasai ilmu-ilmu fikih dan hadis, beliau mengajarkan kedua ilmu itu pada madrasah al-Iqbaliyyah yang didirikan oleh Jamal al-Din Iqbal pada tahun 603 H. beliau juga mengajar di Madrasah al-Rukniyyah yang didirikan oleh al-Din Mankuras serta madrasah al-Khalafiyyah yang didirikan oleh Khala Al-Din Sulaiman. Tahun 665 H, ketika berusia 34 tahun ia diangkat menjadi pemimpin Dar al-Hadis manggantikan Syaikh Syihab al-Din Abu Syamah. Di Dar al-Hadis ini, al-Nawawiy antara lain mengabdikan dirinya tanpa sedikitpun mengambil apa-apa sebagai imbalan dari pengabdian itu.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Izz al-Din ibn al-Asir al-Jazriy, al-Lubab fi Tahzib al-Ansab, jilid I (Beirut: dar al-sadir, 1980) hal. 400 dan Abu Sa’d Abd al-Karim al-Sam’aniy, al-Ansab, jilid II (t. tp: Dar al-Jinan, 1988). Muhy al-Din al-Nawawiy, al-Tibyan fi Adab Hamalat al-Qur’an, diterjemahkan oleh Tramana Ahmad Kasim dengan judul Adab Mengajarkan al-Qur’an (Jakarta: Penerbit Hikmah, 2001). Abu Nasr Abd al-Wahhab ibn Ali al-Subkiy, Tabaqat al-Syafi’iyyah al-Kubra, juz VIII, ditahqiqn oleh Mahmud Muhammad al-Tanahiy (al-Qahirah: Dar Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, t. th). Al-Nawawiy, al-Iyadh fi Manasik al-haj wa al- umrah, (cet. IV; makalah: al-maktabah al-imdadiyyah, 1997). Ensiklopedi Islam, jilid IV (cet. III; Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994).