Maqasid al-Syariah Menurut al-Syatibi
Pada: August 21, 2012
Maqashid artinya tujuan-tujuan atau maksud, sedangkan pengertian syariah telah diuraikan sebelumnya. al-Syatibi menguraikan bahwa Maqashid al-Syari’ah (lihat pengertiannya di sini), ditinjau dari dua bagian. Menurutnya :
المقاصد التي ينظر قسمين : أحدهما يرجع إلى قصد الشارع والأخر يرجع إلى قصد المكلف فالأول يعتبر من جهة قصد الشارع في وضع الشريعة ابتداء ومن جهة قصد وضعها للتكليف بمقتضاها ومن جهة قصد فى دخول المكلف تحت حكمتها
Tujuan-tujuan syariat dalam Maqashid al-Syari’ah menurut al-Syatibi ditinjau dari dua bagian. Pertama, berdasar pada tujuan Tuhan selaku pembuat syariat. Kedua, berdasar pada tujuan manusia yang dibebani syariat. Pada tujuan awal, yang pertama, berkenaan dengan segi tujuan Tuhan dalam menetapkan prinsip ajaran syariat, dan dari segi ini Tuhan bertujuan menetapkannya untuk dipahami, juga agar manusia yang dibebani syariat dapat melaksanakan, juga agar mereka memahami esensi hikmah syariat tersebut.
Untuk dapat memahami Maqashid al-Syari’ah atau tujuan syari’ah itu secara sempurna, maka terlebih dahulu paparkan beberapa unsur dari maqashid syari’ah, yaitu Hakim, Hukum, Mahkum Fih dan Mahkum Alaih
Dalam syariat Islam, maka tujuan syariat Islam (Maqashid al-Syariah al-Islam) lebih tinggi dan bersifat abadi. Artinya tidak terbatas kepada lapangan materil saja yang bersifat sementara, karena faktor-faktor individu, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya selalu diperhatikan dan dirangkaikan satu sama lain, dan dengan hukum Islam dimaksudkan agar kebaikan umat manusia dapat terwujud.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Abu Ishaq Ibrahim Ibn Musa al-Gharnatiy al-Syatibi, al-Muwaffaqat fi Usul al-Syari’ah, juz II(Cet. III; Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiah, 1424 H). Nasrun Haroen, Ushul Fiqh (Cet. II; Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1997). Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqhi (Cet. VIII; Kairo: t.p, 1992). Faturrahman Jamil, Model Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah (Jakarta: Logos, 1995). Wahbah al-Zuhaili, Muqaranah ma’a al-Qanun al-Wadli’i, diterjemahkan oleh Said Aqil Husain al-Munawar dengan judul Konsep Darurat Dalam Hukum Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997). Hamka Haq, Dialog Pemikiran Islam (Ujungpandang: Ahkam, 1995). Abu Ishaq al-Syatiby, al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari’ah, Juz II,