Syiah Gulat dan Ajaran Pokoknya
Pada: August 23, 2012
Syi’ah Ghulat adalah sekte yang ekstrim pemuja Ali ibn Abi Thalib serta para imam lainnya, dan menganggap mereka bukan manusia biasa tetapi penjelmaan tuhan bahkan, tuhan itu sendiri. Mayoritas ulama mengklaim sesat aliran ini disebabkan pendiriannya yang terlalu jauh menyimpang dari prinsip tauhid.
Syi’ah Ghulat terdiri dari dua kelompok, yaitu :
Syiah Saba’iyyah, pengikut Abdullah bin Saba’; seorang Yahudi yang telah menyatakan dirinya masuk Islam. Ia termasuk seseorang yang paling keras menentang kekhalifaan Usman bin Affan, dan pejabatnya dan menyuarakan bahwa Ali-lah yang lebih berhak atas kekhalifaan tersebut. Ia menyatakan bahwa “sebagaimana dimuat dalam Taurat bahwa setiap Nabi mempunyai penerima wasiat begitu juga dengan Nabi Muhammad saw; sebagai Nabi terbaik, ia juga mewasiatkan kenabian itu pada sosok yang terbaik, dan itu adalah Ali bin Abi Thalib”.
Ketika Ali bin Abi Thalib telah terbunuh, Abdullah menumbuhkan kembali rasa kecintaan rakyat atas diri Ali yang telah teraniaya dan terbunuh, sekaligus memasukkan pandangan-pandangan sesat. Ia mengatakan, “yang terbunuh itu bukanlah Ali, tetapi setan yang menyerupai Ali, sedangkan Ali sendiri naik ke langit sebagaimana naiknya Isa ibn Maryam”.
Syiah Ghurabiyyah, kelompok yang menyanjung Ali bin Abi thalib, namun tidak sefanatik Saba’iyyah. Jika Sabaiyyah mempertuhankan Ali, maka kelompok ini hanya menganggap lebih mulia dari Nabi Muhammad saw, sehingga Malaikat Jibril dinilai salah dalam menyampaikan wahyu yang diberikan kepada Muhammad saw, padahal seharusnya diberikan kepada Ali bin Abi Thalib.
Kalangan Syi’ah secara umum, menolak keberadaan kedua golongan dari Syiah Ghulat ini. Tidak terdapat seorangpun penganut Syi’ah yang mempertuhankan para imam secara terbuka, sebagaimana juga menyatakan Jibril keliru dalam wahyu Allah swt.
Paham Syi’ah Ghulat berkisar pada empat ajaran pokok, yaitu: Tasybih, ialah menyerupakan imam dengan Tuha, yaitu Tuhan menjelma dalam diri imam sehingga ia wajib disembah. Tanasukh, ialah keluarnya ruh dari jasad dan menempati jasad lain. Raj’ah, ialah imam (al-Mahdi al-Muntazar) akan muncul (baca konsep raja, di sini). Bada’, ialah Allah berkuasa merubah kehendaknya sesuai perubahan ilmunya serta dapat memerintahkan perbuatan yang saling berlawanan.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Muhammad Kamil al-Hasyimiy, Aqaidu al-Syi’ah fil Mizan, diterjemahkan oleh H. M. Rasjidi dengan judul Hakikat Aqidah Syi’ah, (Cet. I; Jakarta: Bulang Bintang, 1989). Ali Musatafa al-Ghurabiy, Tarikh al-Firaq al-Islamiyah, (Mesir: Maktabah Muhammad ibn Shabih, 1968). al-Syahrastaniy, al-Milal wa al-Nihal, Jilid I, (Beirut: Dar al-Ma’arif, 1980). Mustafa Muhammad al-Syak’ah, Islam Bilaa Mazhahib, diterjemahkan oleh A. M. Basalamah dengan judul Islam Tidak Bermazhab, (Cet. I; Jakarta: Gema Insani Press, 1994). Ahmad Amin, Fajr al-Islam, (Cet. 11; Mesir: maktabah al-Nahdiyyah al-Mishriyyah, 1975).