Biografi Muhammad Rasyid Ridha
Pada: September 17, 2012
Nama lengkapnya adalah Muhammad Rasyid Ibn Ali Ridha Ibn Muhammad Syams al-Din al-Qalamuni. Dilahirkkan pada tanggal 27 Jumad al-Ula 1282 H. atau tahun 1865 M. di sebuah desa yang bernama Qalamun sekitar empat kilometer dari Tripoli, Libanon.
Muhammad Rasyid Ridha adalah seorang bangsawan Arab yang mempunyai keturunan langsung dengan Saydina Husain.
Pada tahun 1299 H/1882 H, Muhammad Rasyid Ridha masuk ke sekolah Islam Negeri (al-Madrasah al-Wataniyah al-Islamiyah) yang merupakan sekolah terbaik saat itu dengan bahasa Arab sebagai pengantarnya di samping diajarkan pula bahasa Tuki dan Prancis, tetapi lebih menitik beratkan pada ilmu-ilmu Arab, Syariah, Logika, Ilmu Alam dan Filsafat. Sekolah ini didirikan oleh seorang ulama besar yakni Syekh Husain al-Jizri yang kemudian menajdi guru dari Rasyid Ridha.
Namun yang paling mempengaruhi pemikiran Muhammad Rasyid Ridha adalah Syekh Jamaluddin al-Afgani dan Syekh Muhammad Abduh, melalui majalah al-Urwah al-Wutsqa, majalah ini tersebar ke seluruh dunia sehingga Muhammad Rasyid Ridha dapat membacanya ketika itu.
Pertemuannya dengan Muhammad Abduh serta dialognya meninggalkan kesan cukup mendasar pada dirinya karena itu, Muhammad Rasyid Ridha mulai menjalankan ide-ide pembaharuannya ketika berada di Suria, tetapi usahanya mendapat tantangan dari kerajaan Utsmani karena merasa tidak bebas maka ia memutuskan untuk pindah ke Mesir, negeri gurunya (Muhammad Abduh).
Setelah beberapa bulan di Mesir, Muhammad Rasyid Ridha berhasil meyakinkan gurunya tentang amat perlunya diterbitkan sebuah majalah yang merupakan corong bagi pembaharuan Islam, maka diterbitkanlah majalah al-Manar.
Satu tahun kemudian, Rasyid Ridha kembali berhasil mendesak gurunya supaya menulis sebuah tafsir moderen dari al-Quran yang relevan dengan ide-ide yang dicetuskannya, tafsir itu diterbitkan secara berkala dalam majalah al-Manar dengan judul Tafsir al-Quran al-Hakim, dari situlah timbul apa yang kemudian dikenal dengan Tafsir al-Manar.
Sepeninggal Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha melanjutkan usaha gurunya dengan melakukan pembaharuan di bidang keagamaan dengan meneruskan penerbitan majalah al-Manar di samping itu ia juga mengarang beberapa kitab seta aktif dalam bidang politik.
Pada perjalanan pulang dari kota Zues ke Mesir, mobil yang ditumpangi Muhammad Rasyid Ridha mengalami kecelakaan dan ia menderita geger otak. Penyakit itulah yang mengantarkannya ke alam baka dalam keadaan wajah tersenyum pada tanggal 23 Jumadi al-Ula 1354 H. atau 22 Agustus 1935 M.
Referensi Makalah®
Kepustakaan: Mani Abd al-Halim Mahmud, Manahij al-Mufassirin, (Kairo: Dar al-Kitab al-Mishri, 1978). Ibrahim ahmad al-Adawi, Rasyid Ridha al-Imam al-Mujahid (Mesir: al-Muassasah al-Mishriyah al-Ama li al-Ta’lif wa al-Arabi wa al-Nasyir, t.th.), h. 19. Lihat pula Quraish Shihab, Studi Kritik Tafsir al-Manar (Bandung: Pustaka Hidayah, 1415 H/1997 M.). Tim Ensiklopedi Islam, Ensiklopedia Islam (Jilid 4, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, t.th.).
Muhammad Rasyid Ridha adalah seorang bangsawan Arab yang mempunyai keturunan langsung dengan Saydina Husain.
Pada tahun 1299 H/1882 H, Muhammad Rasyid Ridha masuk ke sekolah Islam Negeri (al-Madrasah al-Wataniyah al-Islamiyah) yang merupakan sekolah terbaik saat itu dengan bahasa Arab sebagai pengantarnya di samping diajarkan pula bahasa Tuki dan Prancis, tetapi lebih menitik beratkan pada ilmu-ilmu Arab, Syariah, Logika, Ilmu Alam dan Filsafat. Sekolah ini didirikan oleh seorang ulama besar yakni Syekh Husain al-Jizri yang kemudian menajdi guru dari Rasyid Ridha.
Namun yang paling mempengaruhi pemikiran Muhammad Rasyid Ridha adalah Syekh Jamaluddin al-Afgani dan Syekh Muhammad Abduh, melalui majalah al-Urwah al-Wutsqa, majalah ini tersebar ke seluruh dunia sehingga Muhammad Rasyid Ridha dapat membacanya ketika itu.
Pertemuannya dengan Muhammad Abduh serta dialognya meninggalkan kesan cukup mendasar pada dirinya karena itu, Muhammad Rasyid Ridha mulai menjalankan ide-ide pembaharuannya ketika berada di Suria, tetapi usahanya mendapat tantangan dari kerajaan Utsmani karena merasa tidak bebas maka ia memutuskan untuk pindah ke Mesir, negeri gurunya (Muhammad Abduh).
Setelah beberapa bulan di Mesir, Muhammad Rasyid Ridha berhasil meyakinkan gurunya tentang amat perlunya diterbitkan sebuah majalah yang merupakan corong bagi pembaharuan Islam, maka diterbitkanlah majalah al-Manar.
Satu tahun kemudian, Rasyid Ridha kembali berhasil mendesak gurunya supaya menulis sebuah tafsir moderen dari al-Quran yang relevan dengan ide-ide yang dicetuskannya, tafsir itu diterbitkan secara berkala dalam majalah al-Manar dengan judul Tafsir al-Quran al-Hakim, dari situlah timbul apa yang kemudian dikenal dengan Tafsir al-Manar.
Sepeninggal Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha melanjutkan usaha gurunya dengan melakukan pembaharuan di bidang keagamaan dengan meneruskan penerbitan majalah al-Manar di samping itu ia juga mengarang beberapa kitab seta aktif dalam bidang politik.
Pada perjalanan pulang dari kota Zues ke Mesir, mobil yang ditumpangi Muhammad Rasyid Ridha mengalami kecelakaan dan ia menderita geger otak. Penyakit itulah yang mengantarkannya ke alam baka dalam keadaan wajah tersenyum pada tanggal 23 Jumadi al-Ula 1354 H. atau 22 Agustus 1935 M.
Referensi Makalah®
Kepustakaan: Mani Abd al-Halim Mahmud, Manahij al-Mufassirin, (Kairo: Dar al-Kitab al-Mishri, 1978). Ibrahim ahmad al-Adawi, Rasyid Ridha al-Imam al-Mujahid (Mesir: al-Muassasah al-Mishriyah al-Ama li al-Ta’lif wa al-Arabi wa al-Nasyir, t.th.), h. 19. Lihat pula Quraish Shihab, Studi Kritik Tafsir al-Manar (Bandung: Pustaka Hidayah, 1415 H/1997 M.). Tim Ensiklopedi Islam, Ensiklopedia Islam (Jilid 4, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, t.th.).