Biografi Karl Theodor Jasper
Pada: October 31, 2012
Karl Theodor Jaspers, filsuf eksistensialisme, dilahirkan di Oldenburg, Jerman Utara pada tanggal 23 Februari tahun 1883. Karl Jaspers terlahir dari pasangan Carl Wilhelm Jaspers dan Henriette Tantzen. Ayahnya mempunyai beberapa pekerjaan yang antara lain sebagai Direktur Bank dan pemimpin Dewan Kota.
Karl Theodor Jaspers dilahirkan dari keluarga protestan liberal, tetapi keluarga Karl Jaspers bukanlah keluarga yang taat beragama, praktis Jaspers mendapatkan pelajaran agama hanya dari sekolahan saja. Pada dasarnya pemikiran Jaspers dipengaruhi oleh agama kristen, tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai seorang kristen yang percaya, sehingga dalam perjalanan kehidupan Karl Jaspers tidak banyak disinggung sisi keagamaannya.
Karl Theodor Jaspers sekolah di Gymnasium di Oldenberg dari tahun 1892 sampai tahun 1902. Masa muda Karl Jaspers sudah terlihat mempunyai garis pemikiran tersendiri, mulai dari penolakannya terhadap peraturan– peraturan yang ada di Gymnasium yang mewajibkan semua siswa untuk mengikuti organisasi-organisasi siswa dengan struktur yang hirarkis. Selain alasan diatas, Karl Jaspers juga sering sakit-sakitan yang menyebabkan ia menjauhi kegiatan sosial dan lingkungannya, pada akhirnya mengakibatkan Karl Theodor Jaspers mengalami kesendirian.
Kondisi Karl Theodor Jaspers yang sering sakit-sakitan, memaksa dia menjadi orang yang hidup teratur, akan tetapi keteraturannya ini menjadikan Karl Jaspers menjadi orang yang mempunyai produktifitas yang luar biasa. Kehidupan sehari-hari Karl Jaspers diisi dengan mendalami berbagai ilmu seni, sastra, dan alam. Karl Jaspers melanjutkan pendidikan ilmu hukum di Universitas Heidelberg, tetapi kemudian ia belajar ilmu kedokteran di Munchen, dengan pilihan spesialisasi psikiatri. Pada awalnya Karl Jaspers bekerja sebagai Psikiater di Universitas Heidelberg, tetapi ditempat yang sama, tahun 1916 ia menjadi Dosen Psikologi dan tahun 1922 ia menjadi guru besar untuk filsafat.
Tahun 1930 Karl Theodor Jaspers mulai memusatkan perhatiannya pada dunia filsafat, banyak buku yang telah ditulis Karl Jaspers. Meskipun kondisi sosial politik tidak mendukung kehidupan Jaspers tetapi tidak membuat surut semangat Jaspers untuk menuliskan dan menyebarkan gagasannya. Setelah Perang Dunia II terjadi, adalah masa keemasan Karl Jaspers. Ia pindah ke Swiss dan menulis banyak masalah tentang perang damai, masalah politik, iman filosofis dan sejarah filsafat seluruh dunia. Tahun 1969 Karl Jaspers menghembuskan nafas terakhirnya setelah ia menyelesaikan Karya-karya filsafatnya.
Karl Theodor Jaspers hidup pada awal abad 20. Masa itu merupakan masa yang penuh dengan gejolak. Terjadinya Revolusi Bolshevik tahun 1917 dan meletusnya Perang Dunia I tahun 1918. Akibat dari adanya Perang Dunia I di negara-negara Eropa muncul konsep Negara Bangsa.. Adanya Revolusi Bolshevik dan Perang dunia I, menjadikan negara-negara Eropa merapatkan barisan memperebutkan negara-negara jajahan untuk kepentingan kapitalisme. Tahun 1930 terjadi dua blok kekuasaan antara Axis (Jerman dan Jepang) dan blok Allies (sekutu).
Jerman sebagai salah satu negara yang terlibat dalam Perang Dunia I, mengalami perubahan yang besar. Adolf Hitler sebagai pemimpin negara Jerman memberlakukan Fasisme sebagai idiologi negara melalui politik Nazi. Kehidupan di zaman politik Nazi di Jerman adalah model kepemimpinan diktator atau pemerintahan satu arah. Hal ini dilakukan Adolf Hitler untuk membangkitkan Jerman dari krisis ekonomi karena menanggung kekalahan perang. Akibat dari politik Nazi tersebut, masyarakat Jerman harus tunduk dan taat pada pemerintahan yang ada. Dapat dikatakan demokrasi di negara Jerman saat itu sangat lemah, karena demokrasi berdasarkan kebebasan individu di negara Jerman nyaris tidak ada.
Keterkungkungan kondisi politik di Jerman mengakibatkan banyaknya persoalan yang dihadapi masyarakat Jerman, berkaitan dengan hak individu dari masyarakat yang sulit direalisasikan di negara tersebut. Jaspers sendiri seringkali terhambat oleh kondisi politik negara Jerman.
Beberapa kali Karl Theodor Jaspers mengalami hambatan dalam pengembangan pemikirannya, sampai Jaspers dilarang keluar dari negara Jerman. Permasalahan ini yang menjadi titik keberangkatan Jaspers dalam pemikiran kebebasan manusia dalam eksistensinya. Pemikiran Jaspers ini sekaligus merupakan jawaban atas kritik pemerintahan Jerman yang fasis. Adanya kebebasan individu merupakan pondasi manusia untuk dapat merealisasikan hak-haknya, sekaligus menjalankan peranannya sebagai individu yang berkemampuan di dunia. Gejolak sosial politik negara Jerman telah menarik Jaspers untuk memikirkan manusia pada sisi manusia sebagai subyek yang “ada’ dan ber”ada” . Pengalaman tersebut telah mewarnai pemikiran Karl Jaspers.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
K. Bertens, Filsafat Barat Abad XX Inggris Jerman, (PT. Gramedia Jakarta, 1983). Harry Hamersma, Filsafat Eksistensi Karl Jaspers, (PT. Gramedia, Jakarta, 1985). Harry Hamersma, Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern, (PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1991). Hasyim Wahid, dkk, Telikungan Kapitalisme Global dalam Sejarah Kebangsaan Indonesia, (Lkis, Yogyakarta, 1999).