Ajaran dalam Tarekat Maulawiyah
Pada: November 04, 2012
Sebelum mengetahui ajaran dalam Tarekat Maulawiyah, lebih dahulu dipahami bahwa inti ajaran dalam tasawuf adalah maqamat, yang diambil dari pengertian tahalli, takhalli, dan tajalli. Tahalli adalah penghiasan diri dengan sifat-sifat terpuji, misalnya dengan cara tawakkal, qana ’ah dan tawadlu’. Takhalli adalah pengosongan diri dari sifat-sifat tercela, misalnya dengan cara zuhud, wara’ dan taubat. Sedangkan yang ketiga yaitu tajalli, adalah manifestasi, terbukanya tabir antara manusia dengan Illahi. Dalam kondisi ini seseorang telah mencapai ma’rifat sebagai insan kamil.
Ajaran dalam Tarekat Maulawiyah yang dibimbing oleh Jalaluddin Rumi, memiliki ajaran yang konsekuen pada kehidupan spiritual, yaitu tentang cinta Illahi. Cinta adalah kekuatan Ilahiah yang memunculkan eksistensi alam semesta, memunculkan semua aktivitas makhluk dan memenuhi hati manusia dalam mewujudkan kesatuan dengan Allah. Oleh karena itu cinta sesungguhnya adalah Tuhan itu sendiri, sebagai Pencipta, Pemelihara dan tujuan alam semesta. Cinta adalah realitas tunggal dan cinta yang ada dalam diri makhluk sesungguhnya adalah manifestasi Cinta Illahi.
Inti ajaran dalam Tarekat Maulawiyah Rumi, yaitu kesatuan dengan Allah, sehingga sudah seharusnya manusia menghadapi hidup dengan hati besar dan sadar akan tempat asal mula. Rumi memandang hubungan manusia dengan Tuhan sebagai suatu prinsip yang menyeluruh tentang dasar keberadaan bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan tentu saja akan kembali hanya kepada Allah swt.
Bagi Rumi, rasa cinta akan menimbulkan kerinduan yang akhirnya akan melahirkan sebuah ekspresi yang luar biasa. Dalam ajaran Tarekat Maulawiyah, hal ini diibaratkan dengan seruling bambu yang mampu melantunkan suara merdunya karena rasa rindu pada rumpunnya.
Adapun tarian spiritual sebagai bagian ajaran dalam Tarekat Maulawiyah adalah sebagai ekspresi kecintaan pada Illahi yang memunculkan gerakan-gerakan yang eksotik dengan iringan musik dan nyanyian-nyanyian sufi. Tarian ini sebagai sarana atau metode ritual Tarekat Maulawiyah dalam penyadaran spiritual para darwis .
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Fadhlalla Haeri, Jenjang-Jenjang Sufisme, Terj. Ibnu Burdah dan Shohifullah, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000). Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Al-Waah, Semarang, 1989). M. Muhsin Jamil, M. A., Tarekat dan Dinamika Sosial Politik; Tafsir Sosial Sufi Nusantara, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005). Ahmad Najib Burhani, (Editor), Manusia Modern Mendamba Allah; Renungan Tasawuf Positii (IMAN dan Hikmah, Jakarta, 2002).