Biografi Mansour Fakih
Pada: November 28, 2012
Mansour Fakih lahir di desa Ngawi, Bojonegoro, Jawa Timur, 10 Oktober 1953. Dia merupakan anak pertama di antara sembilan bersaudara yang semuanya adalah laki-laki dari pasangan Mansur bin Yahya dan Siti Maryam binti Imam Fakih. Mansour Fakih menikah dengan Nena Lam'anah dan dikaruniai dua putra, Farabi Fakih, dan Fariz Fakih.
Dalam Obituari untuk Mansour karya Puthet Ea, kehidupan Mansour Fakih tergolong sederhana. Tapi, komitmennya terhadap pemberdayaan jangan diremehkan. Bahkan, penyuka film The Burning Season dan Apocalypse Now tersebut sangat tidak setuju menggunakan istilah "penyandang cacat" atau tidak mampu. Dia betah menggunakan diffable, singkatan dari different ability. Dia selalu bersemangat membahas diffable sebagai bagian integral dari keseluruhan hak-hak asasi manusia.
Mansour Fakih banyak terlibat dalam organisasi kelompok-kelompok marginal. Hidup dan perjalanan intelektualnya yang sarat dengan pergolakan pemikiran menentang ketidakadilan serta gerakan sosial menjadikan pribadi Mansour dikenal khalayak luas.
Karir Mansour Fakih dimulai ketika dia lulus sebagai sarjana dari Fakultas Ushuluddin IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, awal 1970-an. Ketika teman-temannya berkiprah di arena politik, dia memilih memusatkan pemikirannya pada proses-proses pendidikan dan mulai menggumuli rasionalisme Islam, dan aktif di Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Pengembangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).
Karir pendidikannya diteruskan pada tahun 1990. Mansour Fakih meraih master of education dari University of Massachussetts dalam bidang pendidikan dan perubahan sosial. Karena kemampuannya yang tinggi, almamater dia di Amherst memberikan kesempatan bagi dirinya untuk meraih gelar doktor pada 1994.
Kiprah Mansour Fakih tercatat di Lembaga Studi Pembangunan (LSP). Pengalamannya bertemu kalangan intelektual yang memperkuat pemikiran kritisnya kemudian memicu dirinya untuk mendirikan Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) serta turut menyimak sekolah akar rumput Institut Pengembangan Masyarakat (IPM).
Mansour Fakih sempat terlibat mengembangkan kelompok pendidikan nonformal di Pusat Pelatihan Pendidikan Masyarakat, Jayagiri, Lembang. Dia bekerja bersama dua aktivis dari Volunteers in Asia (VIA), yakni Russ Dilts dan Craig Thorburn. Bekerja sama dengan Direktorat Pendidikan Luar Sekolah Depdikbud, kelompok itu turut mengembangkan metodologi pelatihan partisipatif. Di Cirebon, dia juga sempat menularkan pengetahuannya kepada para pengurus Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) pada 1983.
Bersama kawan-kawannya, Mansour Fakih mendirikan Institute for Social Transformation (Insist) pada 1997 di Yogyakarta. Sebelumnya, pada 1994, dia terlibat mendirikan Resource Management & Development Consultants di Jakarta. Terakhir, Mansour tercatat sebagai anggota Komnas HAM. Sebelumnya, dia terpilih sebagai anggota "Helsinki Process", suatu forum internasional yang diprakarsai Kementerian Luar Negeri Finlandia, beberapa negara Selatan, dan LSM internasional.
Di samping itu, Mansour Fakih juga pernah menjabat sebagai Country Representative OXFAMGB di Indonesia. Juga keaktifan lain sebagai fasilitator penelitian, pengarah penelitian di ReaD, redaktur jurnal Wacana, menyunting dan menulis buku terbitan Insist press dan Pustaka Pelajar Yogyakarta.
Pemikiran Mansour Fakih seakan mewakili pemikiran Karl Marx. Namun pemikiran yang banyak diintrodusir oleh Mansour sendiri lebih condong pada gagasan Antonio Gramsci pengikut Marxisme yang terkenal dengan gagasan hegemoni sebagai kritik atas aliran Marxisme tradisional. Kemudian juga dipengaruhi oleh Paulo Freire penggagas pendidikan kaum tertindas, serta Michel Foucoult salah seorang tokoh Posmodernisme yang mengupas relasi kekuasaan dan pengetahuan. Dan Jurgen Habermas salah seorang penganut Kritisisme Mazhab Frankfurt.
Mansour Fakih termasuk sosok pemikir yang produktif. Banyak ide-ide yang dia miliki telah diterbitkan menjadi sebuah buku. Karya-karyanya terinspirasi oleh aktivitasnya yang intens bergaul, diskusi dengan berbagai kalangan dan khususnya kaum-kaum marginal. Kegiatan pendampingan yang dia lakukan seperti pendidikan kerakyatan dan sebagainya memberikan penjelasan yang utuh mengenai persoalan kemiskinan, bias gender dan tentang ketidakadilan pendidikan.
Tulisan Mansour sangat mengalir dalam menjelaskan pemikirannya dan mudah dimengerti. Teori-teori perubahan sosial yang banyak dia geluti dan pendampinganpendampingan yang dia lakukan seperti menjadi fasilitator program pendidikan kerakyatan banyak memberikan masukan terhadap bingkai teori sosial yang sudah ada khususnya di Indonesia. Dan sebagaimana perjalanan intelektualnya yang sering bersinggungan dengan pemikiran-pemikiran kiri, menjadikan karya-karyanya terasa keras tetapi realistis.
Karya-karya Mansour Fakih tersebut antara lain adalah;
Pertama, Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Sosial; Pergolakan Ideologi LSM di Indonesia, Kedua, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Ketiga, Runtuhnya Teori Pembangunan Dan Globalisasi, Keempat, Jalan Lain: Manifesto Intelektual Organik. Banyak juga tulisan Mansour yang tersebar dalam pengantar sebuah buku seperti dalam ‘Ideologi-ideologi Pendidikan’ karya William F. Oneill dengan judul ‘Ideologi Dalam Pendidikan’. Ada juga tulisannya yang berjudul ‘Komodifikasi Pendidikan Sebagai Ancaman Kemanusiaan’ menjadi pengantar buku Francis Wahono (Kapitalisme Pendidikan Antara Kompetisi dan Keadilan).
Mansour Fakih wafat di RS Bethesda Yogyakarta pukul 23.55 pada Minggu 2004, setelah sebelumnya dirawat intensif 10 hari. Sebelum menjalani perawatan, tokoh yang kali pertama stroke pada 1998 itu tampak sehat, bahkan mengemudikan mobil menuju rumah sakit. Namun, beberapa saat kemudian, aktivis sosial tersebut langsung koma dan tidak pernah sadar hingga meninggal.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Mansour Fakih, Jalan Lain: Manifesto Intelektual Organik, (Yogyakarta: INSIST, 2002). Mansour Fakih, Pendidikan Popular, Membangun Kesadaran Kritis, (Yogyakarta: Insist, 2001). Roger Simon, Gagasan-gagasan Politik Gramsci, (Yogyakarta: Insist dan Pustaka Pelajar, 1999). Listiyono Santoso dan I Ketut Wisarja, Epistemologi Jurgen Habemas, dalam Listiyono Santoso dkk, Epistemologi Kiri, (Yogyakata: ArRuzz Press, 2003.