Skip to main content

Musik dalam Pandangan Sufi

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: November 07, 2012

Musik sebagai seni, mempunyai arti penting dari sudut pandang spiritual. Membaca al-Quran pun merupakan musik tradisional. Bahkan pengertian musik menurut sufi, adalah setiap getaran yang menimbulkan suara disebut musik.
Bacaan al-Quran sebagai musik dicontohkan oleh Abu Bakar ra. Ketika orang Arab Badui mendengar bacaan al-Quran untuk pertama kalinya, mereka sangat tersentuh. Kemudian Abu Bakar berkata bahwa dahulu beliau juga seperti itu, tetapi sekarang hatinya sudah mengeras. Demikian halnya orang yang pertama kali melaksanakan haji, mereka akan merasa takjub dengan melihat langsung kota suci itu. Tetapi lain dengan orang Arab yang tinggal di situ, mereka telah terbiasa dengan suasana dan keadaan kota itu sehingga tidak lagi merasa takjub.
Para sufi memiliki ekspresi kecintaan pada Ilahi yang bermacam-macam. Di antaranya yaitu dengan musik dan tarian spiritual. Musik dan tarian sufi merupakan tradisi sufi yang sangat produktif dalam teori maupun dalam prakteknya, karena bertujuan langsung kepada Allah. Kelompok sufi tertentu menggunakan musik dan tarian sebagai latihan memusatkan konsentrasi dan menghilangkan kekacauan pikiran.
Menurut sufi, musik akan berpengaruh pada jiwa seseorang, tepatnya pada debar jantung seseorang. Dengan demikian dapat menjadi sebuah penenang jiwa. Karena pada dasarnya setiap makhluk memiliki jiwa, maka memiliki kecenderungan untuk merasakan alunan musik spiritual.
Musik dalam pandangan sufi, adalah pengaruh dari Ilahi yang menggerakkan hati manusia kepada Allah. Bagi mereka yang mendengarkan musik secara spiritual dan memperhatikan secara hakikat serta tidak hanya sekedar suara lahirnya saja, maka mereka akan sampai kepada Allah yang merupakan pusat dari segala sesuatu, termasuk asal suara musik tersebut. Allah tidak hanya bisa dicapai melalui musik, dalam arti bahwa sebab mencapai Allah bukanlah musik, tetapi musik bisa dijadikan cara untuk mencapai Allah.Oleh karena itu musik banyak dimanfaatkan oleh kaum sufi sebagai medium untuk membangkitkan dan menguatkan rasa cinta kepada Allah, karena dalam tasawuf, musik berfungsi menyejukkan batin para sufi yang sedang melaksanakan perjalanan spiritualnya.
Menurut al-Ghazali, seperti yang dikutip oleh C. Ramli Bihar Anwar yang berjudul "Bertasawuf Tanpa Tarekat", bahwa secara kondisional sesuai dengan keadaan seorang yang mengamalkannya, musik dan tarian ini bisa menjadi lebih ampuh untuk menyibak hati manusia dalam hal mencapai ekstase dibandingkan dengan al-Quran sekalipun.
Perbedaan-perbedaan pendapat mengenai kebolehan dan keharaman musik terhadap sufi, ada sebuah pendapat yang menengahinya yaitu dari Dzun Nun sebagaimana dikutip oleh Nicholson : .
“Musik adalah pengaruh surga yang mendorong hati untuk mencari Tuhan. Karenanya barang siapa yang mendengarkan (dengan baik) secara rohaniah ia tengah mendekati Tuhan. Tetapi barang siapa mendengarkan hanya untuk sensasi, maka la term asuk orang yang tidak beriman”
Dari banyak sufi, Jalaluddin Rumi adalah satu sosok yang mampu mencapai ekstase luar biasa dengan musik. Dia selalu mengidentikkan suara-suara berirama yang didengar nya sebagai musik. Lalu akan didengarkan seperti mendengarkan asma-asma Allah dalam setiap hembusan nafasnya. Seperti suara denting palu seorang pandai di pasar pun dapat membuat Rumi bergerak spontan untuk melakukan tarian berputarnya selama berjam jam.
Dalam suatu riwayat, Qadhi Izzuddin, seorang yang tidak suka musik dan tarian, suatu hari didatangi Rumi dan masuk ke madrasah Rumi dengan tarian spiritual sedang dilakukan oleh para darwis di dalamnya. Kemudian Rumi berkata bahwa majelis suci itu sangat sesuai dengan kondisinya yang tidak berada dalam pengalaman spiritual. Lalu Qadhi pun dipenuhi dengan spiritualitas yang kuat dan ikut melantunkan kidung spiritual seperti murid-murid Rumi yang ada di dalam majelis itu.
Tetapi perlu dijelaskan bahwa hal ini hanya berlaku bagi orang pilihan saja. Semakin orang itu akrab dengan al-Quran, maka dia akan lebih terbiasa dan akhirnya menyebabkan daya rohani al-Quran terkadang terasa berkurang. Lain halnya jika orang awam yang mendengarkan al-Quran, selama mempunyai motivasi membuka hati dan dengan anugerah Allah swt. tentunya, maka hatinya akan tersentuh oleh gema al-Quran.
Beberapa hal inilah yang melatarbelakangi para sufi mengembangkan konser spiritual yang menggunakan musik dan tarian sebagai penunjang bagi kehidupan tasawuf mereka.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
William C. Chittick, Jalan Cinta Sang Sufi; Ajaran-Ajaran Spiritual Jalaluddin Rumi, terj. M. Sadat Ismail dan Achmad Nidjam, (Qalam, Yogyakarta, 2001). Reynold A. Nicholson, Aspek Rohaniah Peribadatan Islam di dalam Mencari Keridlaan Allah, terj. A. Nashir Budiman, Edisi I, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 1995). Mojdeh Bayat, Mohammad Ali Jamnia, Para Sufi Agung; Kisah dan Legenda, terj. Erna Novana, (Pustaka Sufi, 2003). Ibnu Usman Al-HUjwiri, Kasyf Al-Mahjub; Menyelami Samudra Tasawuf, terj. Ahmad Afandi. (Pustaka Sufi, Yogyakarta, 2003). Abdul Muhayya, Bersufi Melalui Musik; Sebuah Pembelaan Musik Sufi oleh Ahmad Ghazali, (Gama Media, Yogyakarta, 2003).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar