Pembagian Etika
Pada: November 23, 2012
Dalam referensi sebelumnya mengenai pengertian etika, disebutkan bahwa ada banyak kata yang mirip dan diserupakan maknanya dengan etika, meskipun secara bahasa berbeda. Dari hal tersebut, oleh para ahli membagi etika kepada etika deskriptif, etika normatif, dan metaetika.
Etika deskriptif
Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu-individu tertentu, dalam kebudayaan-kebudayaan atau subkultur-subkultur yang tertentu, dalam suatu periode sejarah dan sebagainya.
Sebagai contoh, seorang etikawan akan membentuk suatu pendirian yang berbobot tentang masalah korupsi, maka dia harus mengetahui bagaimana korupsi dalam masyarakatnya sendiri dan dalam masyarakat-masyarakat lain, baik di zaman sekarang atau di masa lampau. Dengan kata lain, untuk mengemukakan pandangan filosofisnya tentang korupsi, ia harus mengetahui latar belakang sosiologis dan historisnya. Dan sebaliknya seorang antropolog, sosiolog, psikolog dan sejarahwan yang menyoroti fenomena moral harus mendalami cukup mendalam tentang teori etis. Bila ia dapat menguasai tersebut pandangan dan penelitiannya tentang masalah moral akan lebih terarah dan berbobot.
Etika Normatif
Etika normatif merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang dimana diskusi-diskusi yang paling menarik tentang masalah-masalah moral. Di sini ahli bersangkutan tidak bertindak sebagai penonton netral, seperti halnya dalam etika deskriptif, tapi ia melibatkan diri dengan mengemukakan tentang perilaku manusia. Ia tidak lagi membatasi diri dengan memandang fungsi prostitusi dalam suatu masyarakat, tapi menolak prostitusi sebagai suatu lembaga yang bertentangan dengan martabat wanita, biarpun dalam praktek tidak bisa diberantas secara tuntas. “Martabat manusia harus dihormati” dapat dianggap sebagai contoh tentang norma semacam itu.
Etika normatif meninggalkan sifat netral, dengan mendasarkan pendiriannya atas norma. Dan tentang norma-norma yang diterima dalam suatu masyarakat atau diterima oleh seorang filsuf lain ia berani bertanya apakah norma-norma itu benar atau tidak. Hal ini berarti bisa dirumuskan bahwa etika normatif tidak deskriptif melainkan preskriptif, tidak melukiskan melainkan menentukan benar tidaknya tingkah laku atau anggapan moral. Tentunya dengan argumentasi-argumentasi yang menjadi dasar dalam menyalahkan atau membenarkan suatu tingkah laku atau anggapan moral.
Secara singkat dapat dikatakan, etika normatif bertujuan merumuskan prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan dengan cara rasional dan dapat digunakan dalam praktek.
Selanjutnya, etika normatif dibagi menjadi etika umum dan etika khusus.
- Etika Umum, yaitu memandang tema-tema umum, Tema-tema inilah yang menjadi objek penyelidikan etika umum.
- Etika Khusus, yaitu menerapkan prinsip-prinsip etis yang umum atas wilayah perilaku manusia yang khusus. Etika khusus mempunyai tradisi panjang dalam sejarah filsafat moral. Kini tradisi ini kerap kali dilanjutkan dengan memakai suatu nama baru, yaitu “etika terapan” (applied ethics). Dapat dikatakan juga bahwa dalam etika khusus itu premis normatif dikaitkan dengan premis faktual untuk sampai pada kesimpulan etis yang bersifat normatif juga.
Metaetika
Dalam bahasa Yunani meta mempunyai arti “melebihi”, “melampui”. Istilah ini diciptakan untuk menunjukkan bahwa yang dibahas di sini bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapanucapan kita di bidang moralitas. Metaetika seolah-olah bergerak pada taraf lebih tinggi dari pada perilaku etis, yaitu pada taraf “bahasa etis”. Atau bahasa yang kita gunakan dalam bidang moral.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari ’ah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009). K. Bertens, Etika, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007). Ketut Rindjin, Etika Bisnis dan Implementasinya, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008). Johan Arifin, Etika Bisnis Islami, (Semarang: Walisongo Press, 2009).