Pengertian Hanif dalam al-Quran
Pada: November 29, 2012
Menurut bahasa, istilah hanif berasal dari kata kerja hanafa yang mempunyai arti cenderung dan jamaknya dari hunafa berarti yang lurus atau betul. Dalam bentuk lain berarti lurus.
Hanif biasa diartikan setiap orang yang mengikuti agamanya Nabi Ibrahim. Hanif juga diartikan ikhlas, jujur tiada bercampur dengan ingatan yang lain sebab mustahil bahwa ada yang lain yang bersekutu denganNya.
Hanif juga dapat diartikan dengan orang yang menyerahkan urusannya kepada Allah dan tidak mengalihkannya pada yang lain. Artinya setiap orang yang berserah diri kepada perintah Allah dan tidak berpaling sedikit pun dinamakan hanif. Selain itu, hanif juga diartikan suatu proses pencarian kebenaran secara tulus dan murni. Sejalan dengan sikap manusia yang memihak pada yang benar dan yang baik (fitrah).
Pencarian kebenaran secara tulus dan murni dengan sendirinya menghasilkan sikap pasrah kepada kebenaran dan sikap keberagaman yang benar akan memberikan kebahagiaan yang sejati. Menurut istilah, hanif memiliki banyak makna, namun dalam hal ini penulis akan mengemukakan pengertian menurut muffassir, yaitu:
Secara historis Nabi Ibrahim tampil lebih dulu dari Nabi Musa dan Isa, dan ketika disebutkan bahwa Ibrahim itu seorang hanif dan muslim, maka pengertiannya ialah ia mengikuti jalan hidup kebenaran yang asli yang tidak berubah sepanjang masa. Kemudian Nabi Muhammad diperintah untuk mengikuti ajaran Nabi Ibrahim itu.
Dan barang siapa membenci agama Ibrahim ia berarti membenci dirinya sendiri. Karena dikatakan dalam sabda Nabi bahwa sebaik-baik agama di sisi Allah adalah al-hanifiyyah al-samhah. Maka agama Islam disebut disebut juga al-din al-hanif karena ia bersih dari segala bentuk kesyirikan. Dalam suatu hadits dinyatakan:
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Idrus H. al-Kaff, Kamus Pelik-pelik al-Quran (Bandung: Pustaka, 1993). Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir, (Yogyakarta: Krapyak, 1984). W. Mont Gomery Watt, Pengantar Studi al-Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 1991). Khalil Abdul Karim, Hegemoni Quraisy,Agama, Budaya dan Kekuasaan, (Yogyakarta: LKiS, 2002). Allamah Abi Fadhil Jamaluddin Muhammad bin Mukaram, Lisanul Arab, Jilid 9, (Beirut: Daar-Shodr, t.th). Budi Munawar Rahman, Dialog Kritik dan Identitas Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1993). M. Dawam Raharjo, Ensiklopedia al-Quran, (Jakarta: Paramadina, 2002). Mahmud Ayyub, Quran dan Para Penafsirnya, terj. Nick G. Dharma Putra (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994).
Hanif biasa diartikan setiap orang yang mengikuti agamanya Nabi Ibrahim. Hanif juga diartikan ikhlas, jujur tiada bercampur dengan ingatan yang lain sebab mustahil bahwa ada yang lain yang bersekutu denganNya.
Hanif juga dapat diartikan dengan orang yang menyerahkan urusannya kepada Allah dan tidak mengalihkannya pada yang lain. Artinya setiap orang yang berserah diri kepada perintah Allah dan tidak berpaling sedikit pun dinamakan hanif. Selain itu, hanif juga diartikan suatu proses pencarian kebenaran secara tulus dan murni. Sejalan dengan sikap manusia yang memihak pada yang benar dan yang baik (fitrah).
Pencarian kebenaran secara tulus dan murni dengan sendirinya menghasilkan sikap pasrah kepada kebenaran dan sikap keberagaman yang benar akan memberikan kebahagiaan yang sejati. Menurut istilah, hanif memiliki banyak makna, namun dalam hal ini penulis akan mengemukakan pengertian menurut muffassir, yaitu:
- Orang yang meninggalkan atau menjauhi kesalahan dan mengarahkan dirinya kepada petunjuk.
- Orang yang secara terus menerus mengikuti kepercayaan yang benar tanpa keinginan untuk berpaling dari padanya.
- Seseorang yang cenderung menata perilakunya secara sempurna menurut Islam dan terus menerus mempertahankannnya secara teguh.
- Seseorang yang mengikuti agama Nabi Ibrahim. Karena agama Ibrahim itu disebut juga hanafiyah atau hanifiyyah.
Secara historis Nabi Ibrahim tampil lebih dulu dari Nabi Musa dan Isa, dan ketika disebutkan bahwa Ibrahim itu seorang hanif dan muslim, maka pengertiannya ialah ia mengikuti jalan hidup kebenaran yang asli yang tidak berubah sepanjang masa. Kemudian Nabi Muhammad diperintah untuk mengikuti ajaran Nabi Ibrahim itu.
Dan barang siapa membenci agama Ibrahim ia berarti membenci dirinya sendiri. Karena dikatakan dalam sabda Nabi bahwa sebaik-baik agama di sisi Allah adalah al-hanifiyyah al-samhah. Maka agama Islam disebut disebut juga al-din al-hanif karena ia bersih dari segala bentuk kesyirikan. Dalam suatu hadits dinyatakan:
Aku (Muhammad) diutus membawa al-hanifiyah al-samhah (agama hanif yang mudah). (H.R Ahmad).Menurut Hamka, agama hanif diartikan lurus maksudnya yaitu menuju Tuhan, tidak musyrik, tidak mempersekutukan yang lain dengan Allah karena yang lain tidak ada.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Idrus H. al-Kaff, Kamus Pelik-pelik al-Quran (Bandung: Pustaka, 1993). Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir, (Yogyakarta: Krapyak, 1984). W. Mont Gomery Watt, Pengantar Studi al-Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 1991). Khalil Abdul Karim, Hegemoni Quraisy,Agama, Budaya dan Kekuasaan, (Yogyakarta: LKiS, 2002). Allamah Abi Fadhil Jamaluddin Muhammad bin Mukaram, Lisanul Arab, Jilid 9, (Beirut: Daar-Shodr, t.th). Budi Munawar Rahman, Dialog Kritik dan Identitas Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1993). M. Dawam Raharjo, Ensiklopedia al-Quran, (Jakarta: Paramadina, 2002). Mahmud Ayyub, Quran dan Para Penafsirnya, terj. Nick G. Dharma Putra (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994).