Pengertian Mistik
Pada: November 19, 2012
Kata mistik pada mulanya berasal dari agama Yunani, kemudian kata itu masuk dalam khazanah kepustakaan Eropa, sedangkan dalam bahasa Arab, Persia dan Turki, kata mistik itu merupakan bahasa identik dengan Islam, yang berkaitan dengan istilah Sufi.
Dalam kata mistik itu terkandung sesuatu yang misterius yang tidak bisa dicapai dengan cara-cara biasa atau dengan usaha intlektual. Misteri dan Mistik memang berasal dari kata Yunani “Myein” menutup mata, mistik telah disebut “arus besar kerohanian yang mengalir dalam semua agama” dalam artinya yang paling luas, mistik bisa didefinisikan sebagai kesadaran terhadap kenyataan tunggal yang mungkin disebut kearifan, Cahaya, Cinta, atau Nihil.
Mistik juga bisa diartikan sebagai cinta kepada yang mutlak, sebab kekuatan yang memisahkan mistik sejati dari sekedar tapa brata (asceticism) adalah cinta. Cinta Ilahi membuat sipencari mampu menyandang, bahkan menikmati segala sakit dan penderitaan yang dianugrahkan Tuhan kepadanya untuk mengujinya dan memurnikan jiwanya, cinta ini bisa menghantarkan jiwa siahli mistik kehadapan Ilahi “bagaikan Elang yang membawa mangsanya” yakni yang memisahkanya dari segala yang tercipta dalam waktu.
Beberapa pengertian berlainan mengenai arti mistik, seperti H. Clark seorang ahli psikologi (1969), memberikan pengertian mistik sebagai sebuah pengalaman subjektif tentang pemahaman akan kekuatan kosmik atau kekuatan yang lebih besar dari dirinya, pengalaman tersebut lebih bersifat intuitif daripada dapat dindra atau rasional.
Leuba (1971) mengatakan bahwa pengertian mistik sebagai pengalaman apa saja yang dianggap oleh orang yang mengalaminya merupakan kontak (tidak melalui panca indra, tetapi tiba-tiba, ituitif) atau kekuatan diri dengan sesuatu yang lebih besar darinya yang disebut dunia ruh, Tuhan, yang absolut atau lainnya. James B Pratt (1926) menulis bahwa mistisisme adalah perasaan akan kehadiran atau keberadaan sesuatu atau realitas melalui proses atau alasan perspektif yang tidak lazim yaitu pengalaman tiba-tiba dan intuitif.
Menurut Harun Nasution tasawuf dapat juga disebut dengan istilah Mistikisme Islam, jadi tasawuf dimiripkan dengan mistik. Begitu juga dengan karya-karya ilmiah pada umumnya mendefinisikan sufisme sebagai mistikisme Islam dan kita juga dengan segera mengambil julukan mistik untuk menunjukkan. bahwa itulah yang membedakan sufisma dari aspek keagamaan Islam yang sederhana jika kata itu tetap mengandung arti yang diberikan kepada para pendeta Yunani pada masa gereja Kristen awal dan mereka mengikuti garis rohani mereka.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Annimare Schimmel, Dimensi Mistik dalam Islam, (Pustaka Firddaus, Jakarta, 2000). Nils G. Holm, Berjumpa Tuhan, Faisar Pustaka Baru, (Yogya karta, 2002). Muhammad Damami, Tasawwuf Positif (dalam pemikiran HAMKA), (Adipura, Yogyakarta, 2000). Titus Burckhardt, Mengenal Ajaran Kaum Sufi, (Dunia Pustaka Jaya, Jakarta, 1984). Abdul Qadir Djaelani, Koreksi Terhadap Ajaran Tasawuf, (Gema Insani Press, Jakarta, 1996). Hasrat Inayat Khan, Kehidupan Sepiritual, (Putaka Sufi,Yogyakarta, 2002).