Definisi Konflik
Pada: December 23, 2012
Konflik menurut Winardi adalah adanya oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok atau pun organisasi-organisasi.
Menurut Alo Liliweri konflik adalah bentuk perasaan yang tidak beres yang melanda hubungan antara satu bagian dengan bagian lain, satu orang dengan orang lain, satu kelompok dengan kelompok lain. Konflik dapat secara positif fungsional sejauh ia memperkuat kelompok dan secara negatif fungsional sejauh ia bergerak melawan struktur.
Konflik didefinisikan sebagai interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain saling bergantung namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan dimana setidaknya salah satu dari pihak-pihak tersebut menyadari perbedaan tersebut dan melakukan tindakan terhadap tindakan tersebut.
Implikasi dari definisi konflik adalah :
- Konflik dapat terjadi di dalam atau di luar sebuah system kerja peraturan.
- Konflik harus disadari oleh setidaknya salah satu pihak yang terlibat dalam konflik tersebut.
- Keberlanjutan bukan suatu hal yang penting karena akan terhenti ketika suatu tujuan telah tercapai
- Tindakan bisa jadi menahan diri dari untuk tidak bertindak
Definisi konflik tersebut, bukan berarti menjadi definisi keseluruhan karena perbedaan pihak-pihak yang terlibat akan menyebabkan perbedaan pandangan terhadap konflik tersebut. Definisi ini tidak termasuk kekerasan, perang dan kegiatan pengrusakan
Konflik dapat dikelompokkkan menjadi dua macam, yaitu: 1) konflik emosional (emotional conflick), timbul karena perasaan-perasaan marah, ketidakpercayaan, ketidak senangan, takut dan sikap menentang maupun bentrokan-bentrokan kepribadian. 2) konflik substantife (substantive conflick) meliputi ketidaksesuaian paham, seperti tujuan, alokasi sumber daya, distribusi, imbalan, kebijaksanaan, serta penugasan kerja. Konflik jenis ini bisa disebabkan karena permasalahan ekonomi dan sosial.
Menurut Indrio Gito Sudarmo dan I Nyoman Sudita, banyak Tokoh yang membahas mengenai “Teori Konflik” seperti Karl Marx, Durkheim, Simmel, dan lain-lain yang dilatarbelakangi oleh permasalahan ekonomi dan sosial.
Karl Marx melihat masyarakat manusia sebagai sebuah proses perkembangan yang akan menyudahi konflik melalui konflik. Ia mengantisipasi bahwa kedamaian dan harmoni akan menjadi hasil akhir sejarah perang dan revolusi kekerasan. Namun bentrokan kepentingan-kepentingan ekonomi ini akan berakhir di dalam sebuah masyarakat yang tanpa kelas, tanpa konflik dan kreatifitas yang disebut komunisme.
Simmel dan Durkheim melihat latarbelakang konflik dari sudut sosial, lawan dari persatuan bukanlah konflik tetapi ketidakterlibatan (noninvolvement); artinya tidak ada satupun bentuk interaksi timbal-balik). Perspektif Simmel mengenai konflik dan persatuan sebagai alternatif, kecuali sama pentingnya dan merupakan bentuk-bentuk interaksi yang sangat saling tergantung, merupakan juga suatu alternatif yang menjembatani Marx yang memusatkan pada konflik sosial dan Durkheim yang memberikan tekanan pada integrasi dan solidaritas sosial.
Durkheim menekankan proses sosial yang meningkatkan integritas sosial dan kekompakan. Meskipun dia mengakui bahwa konflik terjadi dalam kehidupan sosial, dia cenderung untuk memperlakukan konflik yang berlebih-lebihan sebagai sesuatu yang tidak normal dalam integrasi masyarakat.
Hubungan saling ketergantungan antara konflik dan kekompakan dinyatakan juga dalam dinamika di dalam hubungan kelompok dalam (in-group) dan kelompok luar (out-group). Suatu kelompok atau masyarakat cenderung memiliki sumber yang dapat dikerahkan dan solidaritasnya diperkuat bila kelompok itu terlibat dalam konflik dengan kelompok atau masyarakat lain. Selama masa dimana ada ancaman atau konflik dengan organisasi luar, percekcokan atau konflik dalam kelompok cenderung rendah dan menurun.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Doyle Paul Johnson, Teori Sosial; Klasik dan Modern, penterjemah: Robert M.Z. Lawang, (Jakarta: PT.Gramedia, 1986). Tom Campbell, Tujuh Teori Sosial; Sketsa, Pemikiran, Perbandingan, Penterjemah: F. Budi Hardiman, (Yogyakarta: Kanisius, 1994). John L. Esposito, Ensiklopedi Oxford; Dunia Islam Modern, (Bandung: Penerbit Mizan, 2001). Johnson, Doyle Paul, Teori Sosial; Klasik dan Modern, penterjemah: Robert M.Z. Lawang, (Jakarta: PT.Gramedia, 1986). Alo Liliweri, Sosiologi Organisasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997). Winardi, Manajemen Konflik; Konflik Perubahan dan Pengembangan, (Bandung: Mandar Maju, 1994).