Landasan Filosofis Logoterapi (Logoteraphy)
Pada: December 12, 2012
Landasan filosofis logoterapi memiliki tiga konsep, yaitu kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna dan makna hidup.
Logotherapy’s concept of man is based on three pillars, the freedom of will, the will to meaning, and the meaning of life.
Berikut ini uraian dari ketiga landasan filosofis logoterapi tersebut.
Kebebasan Berkeinginan (Freedom of Will)
Tema khas yang selalu ada dalam literatur eksistensial (termasuk logoterapi) adalah, bahwa orang itu bebas untuk menentukan pilihan di antara alternatif-alternatif yang ada, dan oleh karenanya mengambil peranan yang besar dalam menentukan nasibnya sendiri.
Dalam pandangan logoterapi, manusia memiliki kebebasan yang luas, tetapi sifatnya terbatas, karena manusia adalah makhluk yang serba terbatas. Sekurang-kurangnya ada dua hal yang membatasi kebebasan ini.
Pertama, kebebasan manusia bukan merupakan kebebasan dari kondisi-kondisi (biologis, psikologis dan sosiologis), melainkan kebebasan untuk menentukan sikap terhadap kondisi-kondisi tersebut.
Kedua, kebebasan harus disertai tanggung jawab (Responsibility). Tanpa tanggung jawab, kebebasan mudah sekali berkembang menjadi kesewenang-wenangan. Oleh sebab itu, Frankl menyarankan agar patung kemerdekaan (Statue of Liberty) yang ada di pantai timur Amerika diimbangi dengan mendirikan patung tanggung jawab di pantai barat Amerika.
Premis dasarnya adalah bahwa kebebasan itu diikat oleh keterbatasan tertentu, karena kita tidak bisa lepas dari kondisi. Dan kondisi-kondisi itu akan tergantung dari keputusan yang diambil.
Oleh karena itu, bagi kaum eksistensialis seperti Frankl, hidup bebas dan menjadi manusia adalah identik. Kebebasan dan tanggung jawab berjalan seiring. Kita pencipta hidup kita sendiri. Dalam arti bahwa kita, dan problema kita. Memikul tanggung jawab merupakan kondisi dasar adanya perubahan. Klien yang tidak mau mengakui tanggung jawab dirinya dengan selalu menyalahkan orang lain karena problema yang ia derita, tidak akan mendapat manfaat dari terapi.
Keinginan Akan Makna
Upaya manusia untuk mencari makna hidup merupakan motivator utama dalam hidupnya, dan bukan “rasionalisasi sekunder” yang muncul karena dorongan-dorongan naluriahnya. Makna hidup ini merupakan sesuatu yang unik dan khusus, artinya ia hanya bisa dipenuhi oleh yang bersangkutan; hanya dengan cara itulah ia bisa memiliki arti yang bisa memuaskan keinginan orang tersebut untuk mencari makna hidup.
Keinginan untuk mencari makna hidup, sangat berbeda dengan pleasure principle (prinsip kesengan atau lazim dikenal dengan keinginan untuk mencari kesenangan) yang merupakan dasar dari aliran psikoanalisis Freud dan juga berbeda dengan will to power (keinginan untuk mencari kekuasaan), dasar dari aliran psikologi Adler yang memusatkan perhatian pada striving for superiority (perjuangan untuk mencari keunggulan).
Makna Hidup
Makna hidup menurut Frankl adalah makna tersendiri dari sebuah situasi yang konkrit. Dan dia lebih mengartikan makna hidup sebagai kesadaran akan adanya suatu kesempatan atau kemungkinan yang dilatar belakangi oleh realitas, atau dalam kalimat yang sederhana, menyadari apa yang bisa dilakukan di dalam situasi tertentu.
Makna hidup yaitu hal-hal yang memberikan arti khusus bagi seseorang, yang apabila berhasil dipenuhi akan menyebabkan kehidupannya dirasakan berarti dan berharga, sehingga akan menimbulkan penghayatan bahagia (happiness).
Dengan menyatakan bahwa manusia bertanggung jawab dan harus mewujudkan berbagai potensi makna hidup, Frankl ingin menekankan bahwa makna hidup yang sebenarnya harus ditemukan di dalam dunia dan bukan di dalam batin atau jiwa orang tersebut. Dia membuat istilah khusus untuk menggambarkannya, yaitu ”transendensi diri” dalam keberadaan manusia” (the self transcendence of human existence).
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, perlu diungkapkan mengenai karakteristik makna hidup. Pertama, makna hidup itu sifatnya unik dan personal. Kedua, sifat lain dari makna hidup adalah spesifik dan konkrit..
Selanjutnya, sifat lain makna hidup adalah memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan, sehingga makna hidup seakan-akan menantang (challenging) dan mengundang (inviting) seseorang untuk memenuhinya. Begitu makna hidup ditemukan dan tujuan hidup ditentukan, maka seseorang seakan-akan terpanggil untuk melaksanakan dan memenuhinya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya pun menjadi terarah.
Di samping makna hidup yang sifatnya unik, personal, temporer dan spesifik, logoterapi juga mengakui makna hidup yang mutlak (absolut), semesta (universal) dan paripurna (ultimate) sifatnya. Bagi kalangan yang tidak beragama, mungkin saja beranggapan bahwa alam semesta, ekosistem, pandangan filsafat dan idiologi tertentu memiliki nilai universal dan paripurna.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Jamest, Coleman, C. Abnormal Psychology and Moder Life Serent Edition Scott, (Foresman and Comani, London-England, 1985). Hawari, Dadang, Al-Qur,an; Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 1997). Khan, Hazrat, Inayah, The Hearth of Sufisme, (Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002). Raleigh, Drake, Abnormal Psychology, (Utt Lefield dan Co. Patterson, New Jersey, 1962).