Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society)
Pada: January 16, 2013
Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society), adalah kepanjangan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Dasar pendekatan ini, setelah menggunakan pendekatan ini siswa akan memiliki kemampuan memandang suatu cara terintegrasi dengan memperhatikan keempat unsur, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan. Urutan ringkasan pendekatan ini membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains (S-pertama) ke bentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (S-kedua) diperukan pemikiran tentang berbagai implikasinya pada lingkungan (E) secara fisik maupun mental. Secara tidak langsung, hal ini menggambarkan arah pendekatan SETS yang relatif memiliki kepedulian terhadap lingkungan kehidupan atau sistem kehidupan (manusia).
Jadi, pendidikan SETS (Science, Environment, Technology, and Society), bukan pendidikan angan-angan atau di atas kertas saja, melainkan benar-benar membahas sesuatu yang nyata yaitu, bisa dipahami, dapat dilihat dan dibahas dan bisa dipecahkan jalan keluarnya. Dengan kata lain, pendekatan ini didefinisikan sebagai belajar dan mengajar mengenai sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Ini berarti bahwa peserta didik dalam pembelajarannya selain mempelajari teori tentang sains (ilmu pengetahuan) mereka juga menengok kehidupan nyata mereka yang berhubungan dengan teori yang dipelajari, sehingga akan berdampak positif dalam pemahaman peserta didik.
Maka, dengan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society), hasil pembelajaran diharapkan mampu memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa dalam mengembangkan kehidupan sebagai manusia pribadi, anggota masyarakat, warga negara, sehingga siap untuk mengikuti pendidikan selanjutnya.
Adapun teori belajar yang digunakan dalam pendekatan SETS adalah konstruktivisme, behaviorisme, cognitive development, dan social cognitive.
Belajar berdasarkan konstruktivisme adalah “mengonstruk” pengetahuan. Belajar bermakna apabila peserta didik belajar mengkonstruksikan (membangun) pengetahuan, sikap, atau ketrampilannya sendiri.
Kegiatan konstruktivisme terlihat dalam pembelajaran dengan menggunakan SETS, peserta didik dituntut untuk bisa menghubungkaitkan antara unsur-unsur SETS. Ini bisa diawali dengan menggunakan contoh yang mereka alami sendiri atau yang mereka pahami mengenai kehidupan sehari-hari mereka.
Dengan adanya pemahaman itu mereka bisa mengkonstruk (membangun) pengetahuan yang baru, salah satunya adalah melalui interaksi, baik dengan pendidik maupun antar peserta didik.
Selain itu teori yang menjadi landasan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society), adalah cognitive development, atau sering diartikan dengan perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetika yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf.
Teori yang terakhir yang digunakan dalam pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) adalah teori behaviorisme. Menurut teori behaviorisme, manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang akan memberikan pengalaman-pengalaman belajar.
Dalam menerapkan teori behaviorisme, yang terpenting adalah para guru, perancang pembelajaran, dan pengembang program-program pembelajaran harus memahami karakteristik peserta didik dan karakteristik lingkungan belajar agar tingkat keberhasilan peserta didik selama kegiatan pembelajaran dapat diketahui. Tuntutan dari teori ini adalah pentingnya merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan spesifik supaya mudah dicapai dan diukur.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) menggunakan beberapa teori yang saling mendukung, sehingga terjadi keberhasilan dalam proses maupun hasil pembelajarannya.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Nono Sutarno, Materi Pokok dan Pembelajaran IPA SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008). Isah Cahyani, Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009). Agus Suprijono, Cooperative Learning; Teori & Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010). Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori belajar dan pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010). Bambang Warsito, Teknologi Pembelajaran; Landasan & Aplikasinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta). Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010). Sugianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010). Bambang Warsito, Teknologi Pembelajaran; Landasan & Aplikasinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008).