Biografi Imam Hambali (Ahmad Ibnu Hambal)
Pada: January 01, 2013
Ahmad Ibn Hambal adalah pendiri Madzhab Hambali mempunyai nama lengkap Ahmad ibn Muhammad Ibn Hambal bin Hilal Asad al-Syaibani Abu Abdillah al-Marwazi al-Baghdadi. Kata Hambal termasyhur dengan nama datuknya Hambal, dan karena itu orang menyebutnya dengan nama Hambal.
Ayahnya bernama Muhammad. Sedangkan ibunya bernama Syarifah Maimunah binti Abd al-Malik ibn Sawadah ibn Hindun al-Syaibaniy. Jadi baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu, Imam Ahmad Ibn Hambal berasal dari keturunan Bani Syaiban salah satu kabilah yang berdomisili di semenanjung Arabia. Keturunan Ahmad Ibn Hambal bertemu dengan keturunan Rasulullah saw pada Mazin ibn Mu’ad ibn Adnan.
Ahmad Ibn Hambal dilahirkan di Baghdad pada bulan Rabi’ul awal tahun 164 H (780 M). ia dibesarkan dalam keadaan yatim oleh ibunya karena ayahnya meninggal ketika beliau masih bayi. Sejak kecil beliau telah menunjukkan minat yang besar kepada ilmu pengetahuan. Kebetulan pada saat itu Baghdad merupakan kota pusat ilmu pengetahuan. Beliau memulai dengan belajar menghafal al-Quran, kemudian belajar bahasa Arab, Hadits, sejarah Nabi dan sahabat serta para tabi’in.
Ahmad Ibn Hambal terkenal seorang yang wara’, zuhud dan sangat kuat berpegang kepada yang haq. Dia hafal al-Quran dan mempelajari bahasa dan juga belajar menulis dan mengarang ketika berusia empat belas tahun. Ahmad Ibn Hambal hidup sebagai seorang yang cinta untuk menuntut ilmu.
Pada mulanya Ahmad Ibn Hambal belajar ilmu fikih pada Abu Yusuf salah seorang murid Abu Hanifah. Kemudian beliau beralih untuk belajar hadits. Karena tidak henti-hentinya dalam belajar hadits, sehingga ia banyak bertemu dengan para Syaikh ahli Hadits. Ia menulis hadits dari guru-gurunya dalam sebuah buku, sehingga ia terkenal sebagai seorang Imam al-Sunnah pada masanya. Dia juga memperdalam ilmu fikih dan berguru pada Imam Syafi’iy, ia termasuk Akbar Talamidz al-Syafi’i al-Baghdadiyin.
Ahmad Ibn Hambal suka melakukan perjalanan ke berbagai daerah. Di antara daerah yang pernah dikunjunginya adalah Kuffah, Basrah, Makkah, Madinah, Syam, Yaman dan Arabia untuk mengumpulkan hadits. Karena banyak negeri yang dikunjunginya dalam rangka mengumpulkan hadits, maka ia dijuluki imam rihalah sebagaimana halnya Imam Syafi’iy. Ia berhasil mengumpulkan sejumlah besar hadis Nabi. Kumpulan hadisnya itu disebut dengan musnad Imam Ahmad. Imam Ahmad memperoleh guru-guru hadis terkenal di antaranya Sufyan ibn Uyainah, Ibrahim ibn Sa’ad dan Yahya ibn Qathan.
Imam Ahmad mempunyai daya ingat yang kuat dan itu adalah kemampuan yang umum terdapat pada ahli-ahli hadis. Dia juga sangat sabar dan ulet memiliki keinginan yang kuat dan teguh dalam pendirian. Maka tidak aneh jika dia menentang dengan keras terhadap pendapat yang menyatakan bahwa al-Quran itu adalah makhluk. Ini terjadi pada masa pemerintahan al-Muttasim.
Imam Ahmad Ibn Hambal adalah seorang pemuka Ahlu al-Hadis yang telah disepakati oleh para ulama. Namun sebagai seorang ahli fikih masih diperselisihkan. Imam Ahmad pada dasarnya tidak menulis kitab fikih secara khusus, karena semua masalah fikih yang dikaitkan dengannya sebenarnya berasal dari fatwanya sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang pernah ditanyakan kepadanya. Sedangkan yang menyusunnya hingga menjadi sebuah kitab fikih adalah para pengikutnya.
Imam Ahmad tidak menulis kitab-kitabnya sendiri, meskipun beliau mempunyai banyak catatan tentang hadits. Kitab Musnad Ahmad Ibn Hambal dalam Hadits disusun dan dikumpulkan oleh putranya yang bernama Abdullah bin Ahmad, Abu Bakar al-Asdom, Abdul Malik al-Malmuny, Ibrahim bin Ishak al-Hazbi dan lain-lain. Murid-murid inilah yang menulis risalah-risalah dan melaksanakannya berdasarkan fikih yang diterima dari Imam Ahmad. Adapun yang mengembangkan madzhab Hambali yang terkenal serta pengaruhnya terasa di dunia Islam sekarang adalah muridnya yaitu Ibn Taimiyah.
Imam Ahmad Ibn Hambal adalah seorang yang dihormati dan disegani dan diturut perkataan-perkataannya oleh orang. Bahkan guru-gurunya sendiri memandang hebat dirinya. Ahmad memperoleh muhibah ini dari Allah. al-Qasim ibn Salam berkata,
“Aku pernah duduk di majelis Abu Yusuf, Muhammad ibn al-Hasan, Yahya ibn Sa’id, Abdurrahman ibn Mahdi. Tak ada yang hebat di mataku seperti kehebatan Ahmad. “Bagaimana tidak bertambah-tambah kehebatannya dia tidak pernah bersenda-gurau, dia selalu berdiam diri, tidak memperkatakan selain ilmu.”
Dalam bidang hadis Imam Ahmad diarahkan oleh Husyin ibn Basyir ibn Abi Hazim, inilah guru Imam Ahmad yang pertama dan utama dalam bidang hadis. Lima tahun lamanya Ahmad Ibn Hambal ditempa oleh Husyin. Dialah boleh dikatakan yang banyak mempengaruhi pola pikir Ahmad. Untuk mendalami cara-cara istinbath dan membina fikih, Ahmad Ibn Hambal berguru kepada asy-Syafi’iy.
Melalui keahlian Imam Ahmad Ibn Hambal dalam bidang hadis, sebenarnya adalah Atsar Ahmad tidak menulis kitab dalam bidang fiqih yang dapat dijadikan pegangan pokok yang merupakan sumber madzhabnya. Risalah-risalahnya yang berkembang dalam masyarakat semuanya merupakan kitab hadits tak ada di dalamnya sesuatu istinbath fikih. Demikian pula kitab-kitab An-Nasikh Wal Mansukh, at-Tarikh, al-Mu qaddam Wal Muakkhar Fii Kitabillahi Ta’ala. Fadla Ilus Shahabah, Al-Manasikhul Kabir, Al-Manasikhus Shaghir, dan kitab Azzud, semuanya dalam bidang hadis.
Musnad Ahmad adalah koleksi terbesar yang mengumpulkan hadis-hadis yang diriwayatkan Ahmad. Dialah saripati hadis yang diterima Ahmad dan didewankan dengan menyebutkan sanad-sanadnya. Kitab-kitab ini mulai dikumpulkan sejak dia menghadapi hadits pada umur 16 tahun. Musnad ini terdiri dari empat jilid dan memuat lebih dari 40.000 hadits. Para ulama’ Sunnah menetapkan bahwa Ahmad memulai usaha mengumpulkan musnad pada tahun 180 H.
Imam Ahmad Ibn Hambal meninggalkan beberapa karya besar yang menjadi standar dalam madzhab ini. Imam Ahmad selain seorang ahli mengajar dan ahli mendidik, ia juga seorang pengarang. Ia mempunyai beberapa kitab yang telah disusun dan direncanakannya, yang isinya sangat berharga bagi masyarakat umat yang hidup sesudahnya. Di antara kitab-kitabnya adalah sebagai berikut :
- Kitab al-Musnad
- Kitab Tafsir al-Quran
- Kitab al-Nasikh Wa al-Mansukh.
- Kitab al-Muqaddam Wa al-Muakkhar Fi al-Quran.
- Kitab Jawabatu al-Quran
- Kitab al-Tarikh
- Kitab Mansiku al-Kabir
- Kitab Manasiku al-Shaghir
- Kitab Tha’atu al-Rasul
- Kitab al-’Illijh
- Kitab al-Shalah
Ulama-ulama besar yang pernah mengambil dari Imam Ahmad ibn Hambal antara lain: Imam Bukhari, Imam Muslim, Ibn Abi al-Dunya dan Ahmad ibn Abi Hawarimy. Di antara ulama yang telah berjasa mengembangkan madzhabnya adalah: al-Stram Abu Bakar Ahmad ibn Haniy al-Khurazaniy, Ahmad ibn Muhammad ibn al-Hajjaj al-Marwaniy, ibn Ishaq al-Harby, al-Qasim Umar ibn Abi Ali al-Husein al-Khiraqiy, Abd al-Aziz ibn Ja’far dan sebagai penerus mereka yaitu Muwaffaqu al-Din, Ibn Qudamah dan Syamsu al-Din Ibn Al-Qudamah Al-Maqdisiy.
Ketika Ahmad Ibn Hambal dipanggil untuk ditanya tentang apakah al-Quran itu makhluk atau bukan. Ia tidak menjawab, bahwa al-Quran itu makhluk sebagaimana yang dikehendaki al-Muttasim. Sehingga dia dipukul dan dipenjara. Bertahun-tahun lamanya Imam Ahmad berada dalam penjara. Hukuman tersebut berakhir pada pemerintahan al-Watsiq. Setelah al-Watsiq wafat, jabatan kekhalifahan digantikan oleh al-Mutawakil. Atas kebijakan al-Mutawakil, Imam Ahmad dibebaskan dari penjara.
Ketika dia keluar dari penjara, usianya sudah lanjut dan keadaan tubuhnya yang sering mendapatkan penyiksaan membuat beliau sering jatuh sakit. Kesehatannya semakin hari semakin memburuk dan akhirnya beliau wafat pada hari Jum’at pada tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun 241 H/ 855 M dalam usia 77 tahun dan dimakamkan di Baghdad.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Diretorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1992/1993.). Khuzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Madzhab, (Jakarta: Logos, 1997). Muhammad Jawad Mughniyah, al-Fiqh ‘Ala al-Madzahib al-Khamsah, terj. Masykur A.B. Afif Muhammad dan Idrus al-Kaff, Fiqh Lima Madzhab: Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hambali, (Jakarta: Lentera, 2000). Jaih Mubarok, Sejarah Dan Perkembangan Hukum Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000). Djazuli, Ilmu Fiqh Penggalian, Perkembangan, Dan Penetapan Hukum Islam, (Jakarta: Kencana, 2005). Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Pokok-Pokok Pegangan Imam Madzhab, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997).