Khauf dan Raja' dalam Tasawuf
Pada: January 14, 2013
Khauf dan raja’ dalam tasawuf digolongkan oleh sebagian sufi sebagai bagian dari ahwal perjalanan spiritual, yaitu sesuatu yang menempati atau menghiasi hati yang merupakan karunia. Sedangkan sebagian sufi yang lain menggolongkan khauf dan raja’ sebagai tahapan dalam maqamat. Maqam adalah tahapan adab seorang hamba dalam wusul kepada Allah melaui jalan ibadah, riyadah dan mujahadah.
Al-Qusyairy merupakan salah satu sufi yang menggolongkan khauf dan raja’ ke dalam maqamat. Sedangkan menurut al-Sarraj al-Thusi, khauf dan raja’ merupakan bagian dari ahwal.
Berikut berbagai tanggapan para sufi mengenai khauf dan raja’:
Al-Wasithy menegaskan, Takut (khauf) dan harap (raja’) adalah kendali bagi diri agar ia tidak dibiarkan dengan kesia-siaannya. Ia juga berkata, Jika Tuhan menguasai wujud manusia yang paling dalam (sirr), maka harapan dan ketakutan tidak akan tersisa lagi. Sebab takut dan harap itu sendiri merupakan akibat-akibat belaka dari rasa indera hukum kemanusiaan.
Abu Ali ar-Rudbary berkomentar, Khauf dan raja’ adalah seperti sepasang sayap burung. Manakala kedua belah sayap itu seimbang, si burung pun akan terbang dengan sempurna dan seimbang. Tetapi manakala salah satunya kurang berfungsi, maka hal ini akan menjadikan si burung kehilangan kemampuannya untuk terbang. Apabila khauf dan raja’ keduanya tidak ada, maka si burung akan terlempar ke jurang kematiannya.
Al-Husain bin Manshur al-Hallaj berkata, Barangsiapa takut akan sesuatu selain Allah atau berharap sesuatu selain Dia, maka semua pintu akan tertutup baginya dan rasa takut akan mendominasinya, menabiri hatinya dengan tujuhpuluh tabir, yang paling tipis diantaranya adalah keraguan. Yang membuatnya takut adalah perenungannya atas akibat- akibat nanti dan perasaan khasyyah jika perilakunya berubah.
Imam Ahmad bin Ato’, dalam khauf dan raja’, ada dua hal yang harus diperhatikan hingga ia menjemput maut, yaitu jangan sampai ia terlalu merasa aman secara berlebihan dalam harapan dan jangan sampai putus asa akan kepastian Allah.
Abu Bakar Al-Wasity menyatakan bahwa khauf dan raja’ adalah pasangan yang saling beriringan. Saat hati dalam tahanan khauf, maka saat pancaran cahaya bintang menembus, cahaya raja’ pun jadi penguasa yang menerangi. Cinta, takut dan harapan akan senantiasa berjalan beriringan secara bergantian.
Manakala khauf dilengkapi dengan raja’, seseorang akan menemukan keberanian yang mampu menghancurkan penyakit-penyakit dalam dirinya. Khauf kepada Allah membawa pengetahuan tentang Allah yang membuka pintu cinta kepada Allah. Menurut al-Muhasibi, khauf dan raja’ penting dalam perjalanan spiritual seseorang membersihkan jiwa.
Al-Muhasibi mengaitkan khauf dan raja’ dengan etika-etika keagamaan lainnya. Menurutnya, ketika disifati dengan dua sifat tersebut, seseorang secara bersamaan disifati pula dengan sifat-sifat lainnya. Khauf berhubungan dengan sikap wara’, karena sikap wara’ adalah buahnya.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf, (Penerbit Amzah, 2005). Al-Qusyairy An-Naisabury, Ar-Risalah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi At-Tasawufi, terj. Mohammad Luqman Hakim dengan judul Risalatul Qusyairiyyah: Induk Ilmu Tasawuf, (Surabaya: Risalah Gusti, 2000). Abdullah bin Ali As-Sarraj At-Thusi, Al-Luma’ fî Tarikh At-Tasawuf Al-Islami, (Libanon: Dar Al-Qatab Al-Ilmiyah, 2007). J. P. Chaplin, Dictionary of Psychology, terj. Kartini Kartono dengan judul: Kamus Lengkap Psikologi, cet. V, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999).