Pengertian Khauf dalam Tasawuf
Pada: January 12, 2013
Secara etimologi, khauf berasal dari bahasa arab yang berarti ketakutan. Dalam KBBI, khauf adalah kata benda yang memiliki arti ketakutan atau kekhawatiran. Khawatir sendiri merupakan kata sifat yang bermakna takut (gelisah, cemas) terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan pasti. Sedangkan takut adalah kata sifat yang memiliki beberapa makna seperti, merasa gentar menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana. Jadi khauf berarti perasaan gelisah atau cemas terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan pasti.
Adapun secara terminologi, sebagaimana diuraikan dalam kamus tasawuf, khauf adalah suatu sikap mental merasa takut kepada Allah karena kurang sempurna pengabdiannya, takut atau khawatir kalau-kalau Allah tidak senang padanya. Khauf timbul karena pengenalan dan cinta kepada Allah yang mendalam sehingga ia merasa khawatir kalau Allah melupakannya atau takut kepada siksa Allah.
Menurut Imam Qusyairy, takut kepada Allah berarti takut terhadap hukumNya. Menurutnya khauf adalah masalah yang berkaitan dengan kejadian yang akan datang, sebab seseorang hanya merasa takut jika apa yang dibenci tiba dan yang dicintai sirna. Dan realita demikian hanya terjadi di masa depan.
Menurut Sayyid Ahmad bin Zain al-Habsyi, khauf adalah:
“Suatu keadaan yang menggambarkan resahnya hati karena menunggu sesuatu yang tidak disukai yang diyakini akan terjadi dikemudian hari.”
Ibn Jalla’ berkata bahwa orang tidak dikatakan takut karena menangis dan megusap air matanya, tetapi karena takut melakukan sesuatu yang mengakibatkan ia disiksa karenanya.
Ibnu Khabiq berkata, “Makna khauf menurutku adalah berdasarkan waktunya, yaitu takut yang tetap ada pada Allah saat ia dalam keadaan aman.” Menurutnya, orang yang takut adalah seorang yang lebih takut akan dirinya sendiri dari pada hal-hal yang ditakutkan syaitan.
Imam Qonadi berkata, “Alamat dari pada khauf adalah ia tidak menyakitkan dirinya dengan banyak angan.” Sebagian Arifin berkata, “Alamat khauf yaitu beku dan layunya hati dari kesenangan.”
Al-Falluji berpendapat bahwa khauf adalah suatu bentuk kegelisahan ketika seseorang memperkirakan sesuatu yang ia benci akan menimpanya.
Dalam al-Quran, kata khauf diulang sebanyak seratus dua puluh kali. Diantaranya adalah dalam surah al-Qasas ayat 21;
“Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: "Ya Tuhanku, selamatkanlah Aku dari orang-orang yang zalim itu".
Ayat yang serupa dengan ayat tersebut yaitu surah al-Naml ayat 10 dan surah al-Qasas ayat 33. Ayat tentang khauf yang lain diantaranya dalam surah az-Zumar ayat 13, al-Nur ayat 37, al-Insan ayat 10 yang menunjukkan ketakutan pada siksaan hari akhir. Sedang khauf dalam surah Asy-Syuara’ ayat 14 menunjukkan ketakutan terhadap bahaya. Ayat-ayat tentang khauf ini, khauf bermakna ketakutan yang diikuti dengan perasaan cemas atau khawatir akan sesuatu.
Khauf berbeda dengan khasyyah dan haibah. Khauf merupakan salah satu syarat iman dan hukum-hukumnya, khasyyah adalah salah satu syarat pengetahuan, sedangkan haibah adalah salah satu syarat pengetahuan makrifat. Khasyyah merupakan ketakutan yang hanya diperuntukkan bagi Allah. Khasyyah adalah kekhawatiran yang disertai pengagungan, dan biasanya itu terjadi karena tahu dengan apa yang ia takutkan. Khasyyah lebih khusus daripada khauf, karena khasyyah hanya dimiliki oleh orang alim yang mengetahui Allah.
Haibah lebih tinggi lagi dari khasyyah, haibah berarti ketakutan yang terhormat, ketakutan dalam menghadapi keagungan Allah. Menurut Syekh Abu Ali ad-Daqqaq, ketiga ketakutan tersebut merupakan tahapan khauf.
Sedangkan menurut Abu al-Qasim al-Hakim khauf ada dua jenis, yaitu rahbah atau gentar dan khasyyah. Orang yang merasa gentar mencari perlindungan dengan cara lari ketika takut, tetapi orang yang merasa khasyyah akan berlindung kepada Allah.
Khasyyah di dalam al-Quran diantaranya disebutkan dalam surah al-Bayyinah ayat 7-8 dan surah al-Nisa ayat 77.
Huzn (kesedihan), qabdh (kesempitan), insyaq (kecemasan), dan kesyukuran adalah keadaan yang dinisbatkan kepada khauf. Semua itu termasuk jenis-jenis khauf.
Sikap khauf tidak akan hilang dalam diri seorang mukmin, karena apabila imannya kuat amalnya menjadi baik. Bahkan apabila iman sudah makin sempurna dan amal makin baik, pasti khauf akan semakin besar. Jika hati seseorang menyaksikan kedekatan dengan Allah sebagai tuan yang penuh dengan kewibawaan, keagungan (haibah) dan kekuasaannya, maka hal itu akan mendatangkan perasaan takut (khauf) dan malu yang menggetarkan.
Menurut al-Tusi, Khauf terbagi menjadi tiga macam, khauf Ajillah, khauf Ausat, dan khauf ‘Ammah. Khauf ajillah sebagaimana firman Allah bahwa khauf disandingkan dengan iman
Sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Said al-Kharraj, “Saya tidak sepakat tentang makna khauf pada sebagian ahli makrifat, merekapun memberi tahu bahwa mereka amat suka seandainya melihat seorang yang tahu kedudukan khauf di hadapan Allah.” Ia pun melanjutkan, “Sesungguhnya kebanyakan orang yang takut, lebih takut atas dirinya sendiri dari pada Allah, takut itu pun bisa menjadi syafaat dari siksa Allah yang ditakutinya dan akhirnya beramal dengan ikhlas karena Allah.”
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Husain Al-Habsyi, Kamus Al-Kautsar Lengkap, (Bangil: Yayasan Pesantren Islam, 1986). Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990). Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf, (Penerbit Amzah, 2005). Al-Qusyairy An-Naisabury, Ar-Risalah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi At-Tasawufi, terj. Mohammad Luqman Hakim dengan judul Risalatul Qusyairiyyah: Induk Ilmu Tasawuf, (Surabaya: Risalah Gusti, 2000). Abdullah bin Ali As-Sarraj At-Thusi, Al-Luma’ fî Tarikh At-Tasawuf Al-Islami, (Libanon: Dar Al-Qatab Al-Ilmiyah, 2007). Depag. RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: 2002).