Pengertian dan Konsep Psikologi Islam
Pada: January 28, 2013
Hanna Djumhana Bastaman, menjelaskan bahwa Psikologi Islam adalah sebuah psikologi yang memiliki karakteristik dan identitas yang semuanya bermuara pada nilai-nilai Islam. Selain itu, psikologi Islam menggunakan akal dan keimanan sekaligus, yakni menggunakan secara optimal daya nalar yang obyektif-ilmiah dengan metodologi yang tepat.
Artinya, psikologi yang dibangun bercorak atau memiliki pola pikir sebagaimana yang berlaku pada tradisi keilmuan dalam Islam, sehingga dapat membentuk aliran tersendiri yang unik dan berbeda dengan psikologi kontemporer pada umumnya.
Kedua, bahwa Psikologi Islam membicarakan aspek-aspek dan perilaku kejiwaan manusia. Aspek-aspek kejiwaan dalam Islam berupa al-Ruh, al-Nafs, al-Kalb, al-` Aql, al-Damir, al-Lubb, al-Fu’ad, al-Sirr, al-Fitrah, dan sebagainya.
Masing-masing aspek tersebut memiliki eksistensi, dinamisme, proses, fungsi, dan perilaku yang perlu dikaji melalui al-Qur’an, al-Sunnah, serta dari khazanah pemikiran Islam. Psikologi Islam tidak hanya menekankan perilaku kejiwaan, melainkan juga apa hakekat jiwa sesungguhnya.
Ketiga, bahwa Psikologi Islam bukan netral etik, melainkan sarat akan nilai etik. Dikatakan demikian sebab Psikologi Islam memiliki tujuan yang hakiki, yaitu merangsang kesadaran diri agar mampu membentuk kualitas diri yang lebih sempurna untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Manusia dilahirkan dalam kondisi tidak mengetahui apa-apa, lalu ia tumbuh dan berkembang untuk mencapai kualitas hidup.
Sedang menurut Baharuddin, psikologi Islam adalah sebuah aliran baru dalam dunia psikologi yang mendasarkan seluruh bangunan teori-teori dan konsep-konsepnya kepada Islam.
Dari beberapa penjelasan tersebut, hemat penulis, psikologi Islam adalah suatu ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan manusia yang normal, dewasa dan beradab, dan didasarkan pada al-Quran sebagai sumber hukum Islam.
Pergulatan dalam pengembangan psikologi Islam masih terus terasa hingga sekarang. Memang sudah banyak forum ilmiah membicarakan hal ini. Paling tidak untuk konteks Indonesia, ada dua kelompok yang mencoba membangun konsep psikologi Islam ini.
Pertama, adalah mereka yang memiliki latar belakang pendidikan psikologi dan kemudian bersinggungan dengan konsep-konsep Islam mengenai psikologi. Di samping adanya ketidakpuasan atas bahasan psikologi yang dianggap terlalu sekularistik dan menafikan kondisi kejiwaan hakiki manusia.
Sedangkan kelompok kedua adalah mereka yang mencoba menggali khasanah klasik Islam (at-turat al-Islam) untuk pengembangan keilmuan psikologi Islam. Keduanya bukanlah psikolog dan tidak memiliki latar belakang pendidikan psikologi, namun memiliki akses terhadap literatur-literatur berbahasa Arab yang di situ terhampar pemikiran-pemikiran cendekiawan muslim klasik yang bersinggungan dengan psikologi, semacam Ibn Sina, al-Ghazali, dan Ibn Arabi
Psikologi Islam oleh sebagian peminat dan pakarnya sering diposisikan sebagai suatu aliran atau madzhab baru dalam kancah psikologi modern. Psikologi Islam disebut-sebut sebagai madzhab kelima setelah mazhab psychoanalysis, mazhab bihaviorisme, mazhab psikologi humanistik, dan madzhab psikologitranspersonal.
Setidaknya ada sejumlah alasan untuk berharap bahwa psikologi Islam yang didasarkan pada pandangan dunia Islam (Islamc world view) ini akan menjadi fajar baru yang prospektif dalam dunia psikologi.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005). Baharuddin, Aktualisasi Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005). Abdul Hayyie al Kattani, Rekayasa Masa Depan Islam: Dengan Revitalisasi Warisan Klasik Islam (Turats) Sebaga Illustrasi, http://www.kmnu.org/. Fuad Nashori, Agenda Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002).
Pengertian psikologi Islam
Psikologi Islam dalam tiga pengertian. Pertama, bahwa psikologi Islam merupakan salah satu dari kajian masalah-masalah keislaman. Ia memiliki kedudukan yang sama dengan disiplin ilmu keislaman yang lain, seperti Ekonomi Islam, Sosiologi Islam, Politik Islam, Kebudayaan Islam, dan sebagainya.Artinya, psikologi yang dibangun bercorak atau memiliki pola pikir sebagaimana yang berlaku pada tradisi keilmuan dalam Islam, sehingga dapat membentuk aliran tersendiri yang unik dan berbeda dengan psikologi kontemporer pada umumnya.
Kedua, bahwa Psikologi Islam membicarakan aspek-aspek dan perilaku kejiwaan manusia. Aspek-aspek kejiwaan dalam Islam berupa al-Ruh, al-Nafs, al-Kalb, al-` Aql, al-Damir, al-Lubb, al-Fu’ad, al-Sirr, al-Fitrah, dan sebagainya.
Masing-masing aspek tersebut memiliki eksistensi, dinamisme, proses, fungsi, dan perilaku yang perlu dikaji melalui al-Qur’an, al-Sunnah, serta dari khazanah pemikiran Islam. Psikologi Islam tidak hanya menekankan perilaku kejiwaan, melainkan juga apa hakekat jiwa sesungguhnya.
Ketiga, bahwa Psikologi Islam bukan netral etik, melainkan sarat akan nilai etik. Dikatakan demikian sebab Psikologi Islam memiliki tujuan yang hakiki, yaitu merangsang kesadaran diri agar mampu membentuk kualitas diri yang lebih sempurna untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Manusia dilahirkan dalam kondisi tidak mengetahui apa-apa, lalu ia tumbuh dan berkembang untuk mencapai kualitas hidup.
Sedang menurut Baharuddin, psikologi Islam adalah sebuah aliran baru dalam dunia psikologi yang mendasarkan seluruh bangunan teori-teori dan konsep-konsepnya kepada Islam.
Dari beberapa penjelasan tersebut, hemat penulis, psikologi Islam adalah suatu ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan manusia yang normal, dewasa dan beradab, dan didasarkan pada al-Quran sebagai sumber hukum Islam.
Konsep Psikologi Islam
Psikologi Islam sudah sepatutnya menjadi wacana sains yang objektif, bahkan boleh dikatakan telah mencapai derajat supra ilmiah. Anggapan bahwa Psikologi Islam masih bertaraf pseudo-ilmiah adalah tidak benar, sebab Psikologi Islam telah melampaui batas-batas ilmiah. Obyektivitas suatu ilmu hanyalah persoalan kesepakatan, yang kriterianya bukan hanya kuantitatif melainkan juga kualitatif. Psikologi Kontemporer telah mendapatkan kesepakatan dari kalangannya sendiri. Demikian juga Psikologi Islam telah mendapatkan kesepakatan dari kalangan kaum muslimin.Pergulatan dalam pengembangan psikologi Islam masih terus terasa hingga sekarang. Memang sudah banyak forum ilmiah membicarakan hal ini. Paling tidak untuk konteks Indonesia, ada dua kelompok yang mencoba membangun konsep psikologi Islam ini.
Pertama, adalah mereka yang memiliki latar belakang pendidikan psikologi dan kemudian bersinggungan dengan konsep-konsep Islam mengenai psikologi. Di samping adanya ketidakpuasan atas bahasan psikologi yang dianggap terlalu sekularistik dan menafikan kondisi kejiwaan hakiki manusia.
Sedangkan kelompok kedua adalah mereka yang mencoba menggali khasanah klasik Islam (at-turat al-Islam) untuk pengembangan keilmuan psikologi Islam. Keduanya bukanlah psikolog dan tidak memiliki latar belakang pendidikan psikologi, namun memiliki akses terhadap literatur-literatur berbahasa Arab yang di situ terhampar pemikiran-pemikiran cendekiawan muslim klasik yang bersinggungan dengan psikologi, semacam Ibn Sina, al-Ghazali, dan Ibn Arabi
Psikologi Islam oleh sebagian peminat dan pakarnya sering diposisikan sebagai suatu aliran atau madzhab baru dalam kancah psikologi modern. Psikologi Islam disebut-sebut sebagai madzhab kelima setelah mazhab psychoanalysis, mazhab bihaviorisme, mazhab psikologi humanistik, dan madzhab psikologitranspersonal.
Setidaknya ada sejumlah alasan untuk berharap bahwa psikologi Islam yang didasarkan pada pandangan dunia Islam (Islamc world view) ini akan menjadi fajar baru yang prospektif dalam dunia psikologi.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005). Baharuddin, Aktualisasi Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005). Abdul Hayyie al Kattani, Rekayasa Masa Depan Islam: Dengan Revitalisasi Warisan Klasik Islam (Turats) Sebaga Illustrasi, http://www.kmnu.org/. Fuad Nashori, Agenda Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002).