Sejarah Sosialisme
Pada: January 23, 2013
Pada permulaan abad 19 keadaan kaum buruh di Eropa Barat sangat menyedihkan. Kemajuan industri secara pesat telah menimbulkan keadaan sosial yang sangat merugikan kaum buruh, seperti upah rendah, jam kerja panjang, tenaga wanita dan anak-anak yang disalahgunakan, keadaan pabrik yang membahayakan dan mengganggu kesehatan.
Sosialisme sebagai kekuatan besar baru lahir dalam revolusi industri yang muncul dalam gerakan protes. Sebagai filsafat politik, ia timbul dengan melepaskan diri dari sistem ekonomi kapitalisme yang mendukung kredo liberalisme. Kapitalisme abad 19 adalah ekploitasi kasar dan persaingan tanpa batas. Ketidakpuasan dan pergolakan sosial yang ditimbulkan tercermin dalam mazhab sosialisme utopis dan marxism.
Awal kemunculan sosialisme abad ke 19 dinamakan sosialisme utopis yaitu sosialisme yang didasarkan pandangan kemanusiaan (Ii umanitarianisme) dan meyakini kesempurnaan watak manusia. Penganut faham ini bercita-cita menciptakan masyarakat sosialis dengan jalan damai tanpa kekerasan atau revolusi.
Kapitalisme berkembang pesat setelah terjadinya revolusi industri pada abad XVIII di mana dengan revolusi industri produksi barang dilakukan dengan mudah dan murah. Akibatnya terjadi akumulasi modal pada pihak tertentu sehingga memungkinkan pengembangan industri lebih lanjut. Perkembangan kapitalisme menciptakan polarisasi masyarakat yakni golongan majikan dan buruh, atau golongan borjuis dan proletar.
Keadaan ini menggugah hati setiap orang seperti Robert Owen di Inggris (1771-1858), Saint Simon (1760-1825), Fourier (1772-1837) di Perancis untuk memperbaikinya. Mereka terdorong oleh rasa kemanusiaan, akan tetapi tanpa disertai tindakan dan konsepsi yang nyata mengenai tujuan dan strategi dalam memperbaiki sehingga teori-teori mereka dikenal dengan angan-angan belaka. Karena itu mereka disebut sosialisme utopi (Utopi: dunia khayal).
Karl Marx banyak mengecam keadaan ekonomi dan sosial di sekelilingnya, ia berpendapat bahwa masyarakat tidak dapat diperbaiki secara tambal sulam tetapi dengan cara yang radikal melalui pendobrakan sendi-sendinya. Untuk itu ia menyusun teori sosial yang didasari hukum- hukum ilmiah yang dapat dilaksanakan. Untuk membedakan ajarannya dengan Sosialisme Utopis, maka ajaranya dinamakan sosialisme ilmiah (Scientific Socialisme). Sosialisme Ilmiah (Socialism Scientific) merupakan pemikiran yang melawanan segala bentuk utopia idealistik atau bentuk perlawanan terhadap idealisme positif.
Pemahaman Marx terhadap ketimpangan sosial berubah setelah ia menyaksikan revolusi Inggris dan Perancis yang menghantarkanya pada kesimpulan bahwa perubahan mesti dilakukan dengan cara kekerasan (revolusi). Sehingga ada pembagian Marx muda (Marx before was a marxist) periode dimana ia masih berumur 20 tahun sampai pergi ke Jerman (1841-1846) Marx masih dikenal sebagai seorang filosuf yang terpengaruh Hegel yang mengandalkan akal dan budi dalam membangun kesadaran manusia. Idealisme Hegel mempengaruhi Marx hingga ia sadar bahwa ide tersebut tidak hanya membangun kesadaran tetapi untuk merubah keadaan. Marx sejak 1848 tidak hanya berfilsafat saja tetapi mengkritisi Hegel.
Marx tua bersifat praktis mengatakan bahwa kesadaran yang merubah realitas. Arah perhatian Marx adalah penindasan, ekploitasi dan borjuis. Pemikiran Marx muncul sebagai akibat krisis sosial yang disebabkan revolusi industri Marx melihat kemelaratan dan keserakahan di masyarakat. Ia melihat nasib pekerja yang nestapa kontras dengan gaya hidup pemilik modal yang mewah.
Dalam menyusun perkembangan masyarakat ia tertarik pada pendapat George Hegel (1770-1831) filsuf Jerman mengenai dialektik. Dialiektika adalah seni berdebat menurut aturan tertentu, Marx membalik dialektika Hegel dari yang bersifat subjektif menjadi objektif. Filsafat Hegel dimanfaatkan Marx tidak untuk menjadi filosuf tetapi merubah masyarakat secara radikal. Katanya: semua filsafat hanya menganalisa masyarakat, tetapi masalahnya adalah merubahnya.
Hegel adalah seorang guru besar pada universitas Berlin sebagai tokoh mazhab idealisme. Ia berusaha menangkap kebenaran (truth), ia berpendapat apa yang dianggap oleh manusia sebagai kebenaran itu hanya sebagian saja dari kebenaran. Kebenaran hanya dapat ditangkap manusia dengan akal pikiran dialektik (proses dari tesis, antitesis sampai sintensis, kemudian ia mulai lagi dari permualaan dan begitu seterusnya) sampai kebenaran yang sempurna tertangkap. Kebenaran yang menyeluruh dinamakan ide mutlak (Absolute Idea) bila tertangkap maka berakhir dialektis.
Dialektik berkembang terus menerus berubah, gagasan satu sama lain mempuyai hubungan. Marx tertarik dengan gagasan Hegel yang mengandung kemajuan melalui konflik dan pertentangan. Inilah yang diperlukan untuk menyusun teorinya mengenai perkembangan masyarakat melalui revolusi. Untuk melandasi teori sosial ia merumuskan materealisme dialektis (dealectical materialism) kemudian konsep tersebut digunakan untuk menganalisa sejarah perkembangan masyarakat yang dinamakanya materialisme historis (historical materialism). Atas dasar terahir sampai pada kesimpulan dunia kapitalis ilmiah akan mengalami revolusi (revolusi proletar) yang menghancurkan sendi-sendi masyarakat dan meratakan jalan bagi terbentuknya masyarakat komunis.
Sejarah pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat sebagai proses evolusi sosial (one way evolution) yang menceritakan harta kepemilikan menuju sosialisme. Ada empat tahap kemasyarakatan yang dikonsepsikan Marx Pertama, tahap kebudayaan primitif (primitive culture) yaitu ketika kebudayaan manusia dimulai dari berburu dan bercocok tanam sebatas memenuhi kebutuhan keluarga. Kedua, tahap feodalisme fase ini adalah kelanjutan dari budaya primitif pada tahap ini sumber daya alam mulai terbatas dan populasi meningkat. Ketiga, tahap kapitalisme sebagai kelanjutan dari feodalisme seorang buruh dengan pemilik tanah saling bertentangan. Keempat, tahap masyarakat sosialisme dan kapitalisme sebagai puncak konflik fase sebelumnya.
Masyarakat yang dicita-citakan oleh ideologi komunis adalah masyarakat tanpa kelas dan sama rata. Untuk mewujudkan masyarakat yang dicita-citakan itu, hampir semua faktor produksi dikuasai oleh negara dan pemilikan kekayaan oleh individu sangat dibatasi.
Dalam pandangan komunis proses tranformasi sosial menuju masyarakat komunis dilakukan melalui revolusi dengan kekerasan. Mengapa demikian, karena ideologi kelas yang berkuasa (borjuis) menganggap bahwa sistem ekonomi yang berjalan adalah paling adil dan efisien. Mereka berusaha mempertahankan sistem yang berjalan yang berarti mempertahankan penguasaan faktor-faktor produksi di tangan mereka. Karena itulah peralihan faktor produksi dari tangan perseorangan untuk kemudian ditempatkan di bawah penguasaan negara harus dilakukan melalui sebuah revolusi (kekerasan).
Segala masyarakat yang ada sekarang ini merupakan pertentangan kelas “Manifesto Komunis” bahkan pertentangan antara kapitalis dan proletar sudah jelas. Pertentangan itu mengakibatkan konflik dengan tujuan perubahan.
Marxisme adalah ilmu sejarah yang terdiri dari konsep-konsep yang baru yang memberi kemungkinan mempelajari sejarah secara ilmiah. Sedang dulu hanya menjadi ideologi atau filsafat sejarah. Inti sejarah oleh Marx dinyatakan dalam komunis. Sejarah manusia adalah perang kelas yang dipromotori oleh kaum buruh untuk merebut hak sebagai manusia yang bermartabat. Marx dan Engel mengarahkan sejarah secara ilmiah sebagai ekspresi gerakan kaum buruh menghapus kelas. Ilmu sejarah ini sesudah Marx disebut materialisme historis. Pengahancuran negara dan borjuis menjadi agenda yang tidak terlewatkan dalam rangka menciptakan negara komunis.
Teorinya sejarah Marx mencoba meramalkan nasib manusia. Revolusi proletar tentang masyarakat tanpa kelas adalah konsekuensi logis yang niscaya dari kontradiksi yang terkandung dalam sistem ekonomi kapitalis. Kaum sosialis meyakini terjadinya revolusi sebagai mana Hegel yang menganggap sejarah selalu berkembang yang akan menumbangkan keserakahan kapitalisme.
Sosialisme menghendaki campur tangan pemerintah yang luas mungkin dalam bidang ekonomi dan penguasaan bersama dari alat produksi sampai bidang yang sekecil-kecilnya (kolektivisme) Komunisme merupakan salah satu bentuk sosialisme sebagai sosialisme revolusioner yang menghendaki perubahan secara radikal berbeda dengan sosialisme evolusioner yang melakukan perubahan dengan cara damai.
Beberapa karakter yang dibawa ideologi komunis adalah atheisme. Agama dianggap sebagai kebuntuan berfikir manusia. Agama dipandang membawa kekolotan sehingga menghambat kemajuan. Komunisme membawa dogma berlebihan menolak demokrasi, hak asasi individu yang ada adalah hak kolektif (komunal). Karena itu pemilikan perseorang dibatasi dan hampir semua dikuasai negara.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Subagyo, dkk, Pendidikan Kewarga Negaraan, (IKIP Press, Semarang, 2002). Mariam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999). Henry J Schman, Filsafat Politik (Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno Sampai Zaman Modern), Terj. Ahmad Baedowi, Imam Baehaki,Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2002). Muhammad Azhar, Filsafat Politik (Perbedaan Antara Barat Dengan Islam ), (Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997). Zainuddin Malik, Agama Rakyat Agama Penguasa (Konstruksi Tentang Realitas Agama dan Demokrasi), (Galang Press, 2001, Yogyakarta). Joko Suwanto, M. Hum, Dari Aristoteles Sampai Descartes dan Sistem Metafisika Barat, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998). Didik J Rachbini, Pembangunan Ekonomi dan Sumber Daya Manusia, (Grasindo, Jakarta, 2000). Louis O, Kattsoft, Pengantar Filsafat, Terj. Soejono Soemargono, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1989). Brouwer, M.P, Heryadi, Sejarah Filsafat Barat Modern dan Sezaman, Ikapi, Bandung, 1986). Henry D Aiken, Abad Ideologi, Terj. Ali Noer Zaman,Bentang, (Yogyakarta, 2002).