Memahami Apersepsi dalam Pembelajaran
Pada: February 13, 2013
Apersepsi berasal dari kata apperception, yang berarti menafsirkan buah pikiran. Jadi apersepsi adalah menyatukan dan mengasimilasi suatu pengalaman dengan pengalamanan yang telah dimiliki dan dengan demikian memahami dan menafsirkannya.
Leibnitz membedakan persepsi dengan apersepsi. Jika persepsi (perception) adanya perangsang yang diterima seseorang, dari adanya pengamatan. Sedangkan apersepsi dimaksud bahwa seseorang melakukan pengamatan dan apa yang diamatinya.
Herbart menyatakan bahwa apersepsi adalah memperoleh tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang telah ada. Di sini terjadi asosiasi antara tanggapan yang baru dengan yang lama.
Wundt berpendapat bahwa apersepsi bukan hanya asosiasi belaka melainkan dengan sengaja memasukkan tanggapan-tanggapan baru dalam suatu hubungan kategorial atau hubungan yang lebih umum.
Menurut para ahli psikologi modern yang dimaksud apersepsi adalah pengamatan dengan penuh perhatian sambil memahami serta mengolah tanggapan-tanggapan baru itu dan memasukkannya ke dalam hubungan yang kategorial. Tanggapan-tanggapan baru itu dapat dipengaruhi oleh bahan apersepsi yang telah ada. Ini menunjukkan bahwa psike manusia tidak pasif menerima melainkan aktif mengolah setiap perangsang yang diterima. Perangsang atau tanggapan baru tidak masuk begitu saja melainkan harus ditafsirkan dan digolongkan dalam susunan tertentu, karena apersepsi pada hakekatnya termasuk proses berpikir.
Bahan apersepsi diperlukan untuk menafsirkan tanggapan-tanggapan baru. Itu sebabnya anak-anak harus memiliki sejumlah pengetahuan. Sebelum anak bersekolah, ia telah memiliki banyak pengetahuan tetapi belum tersusun logis sistematis. Tugas sekolah adalah menyusunnya menurut kategori tertentu dan memperluas serta memperdalamnya dalam macam mata pelajaran. Pengalaman yang lampau sering kurang lengkap dan senantiasa dapat disempurnakan.
Sebagai contoh, mungkin anak itu mula-mula menganggap polisi sebagai orang yang kerjannya menangkap orang, jadi karena itu harus ditakuti dan dijauhi. Akan tetapi kemudian ia mengetahui bahwa polisi itu juga temannya yang menjaga keamanannya. (Baca: model dalam pembelajaran)
Karena itu, menurut Dewey pengalaman yang lampau harus senantiasa direorganisasi. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan apersepsi, setiap pengajar dapat membuat pedoman sebagai bahan apersepsi, diantaranya adalah:
Referensi Makalah®
Kepustakaan: S.
Nasution, Dikdaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010). Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). Syaiful Bahri Djamaroh dan Aswan Zain, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002).
Leibnitz membedakan persepsi dengan apersepsi. Jika persepsi (perception) adanya perangsang yang diterima seseorang, dari adanya pengamatan. Sedangkan apersepsi dimaksud bahwa seseorang melakukan pengamatan dan apa yang diamatinya.
Herbart menyatakan bahwa apersepsi adalah memperoleh tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang telah ada. Di sini terjadi asosiasi antara tanggapan yang baru dengan yang lama.
Wundt berpendapat bahwa apersepsi bukan hanya asosiasi belaka melainkan dengan sengaja memasukkan tanggapan-tanggapan baru dalam suatu hubungan kategorial atau hubungan yang lebih umum.
Menurut para ahli psikologi modern yang dimaksud apersepsi adalah pengamatan dengan penuh perhatian sambil memahami serta mengolah tanggapan-tanggapan baru itu dan memasukkannya ke dalam hubungan yang kategorial. Tanggapan-tanggapan baru itu dapat dipengaruhi oleh bahan apersepsi yang telah ada. Ini menunjukkan bahwa psike manusia tidak pasif menerima melainkan aktif mengolah setiap perangsang yang diterima. Perangsang atau tanggapan baru tidak masuk begitu saja melainkan harus ditafsirkan dan digolongkan dalam susunan tertentu, karena apersepsi pada hakekatnya termasuk proses berpikir.
Bahan apersepsi diperlukan untuk menafsirkan tanggapan-tanggapan baru. Itu sebabnya anak-anak harus memiliki sejumlah pengetahuan. Sebelum anak bersekolah, ia telah memiliki banyak pengetahuan tetapi belum tersusun logis sistematis. Tugas sekolah adalah menyusunnya menurut kategori tertentu dan memperluas serta memperdalamnya dalam macam mata pelajaran. Pengalaman yang lampau sering kurang lengkap dan senantiasa dapat disempurnakan.
Sebagai contoh, mungkin anak itu mula-mula menganggap polisi sebagai orang yang kerjannya menangkap orang, jadi karena itu harus ditakuti dan dijauhi. Akan tetapi kemudian ia mengetahui bahwa polisi itu juga temannya yang menjaga keamanannya. (Baca: model dalam pembelajaran)
Karena itu, menurut Dewey pengalaman yang lampau harus senantiasa direorganisasi. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan apersepsi, setiap pengajar dapat membuat pedoman sebagai bahan apersepsi, diantaranya adalah:
- Deskripsi singkat dengan memberi informasi singkat tentang isi pelajaran yang akan diajarkan.
- Eksplorasi, mengungkap kembali materi yang telah diajarkan, dengan cara menanyakan perihal materi yang telah disajikan sebelumnya.
- Relevansi materi yang ditanyakan dengan materi yang akan diajarkan.
- Asosiasi, menghubungkan materi yang telah diajarkan dengan materi yang akan segera diajarkan.
Referensi Makalah®
Kepustakaan: S.
Nasution, Dikdaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010). Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). Syaiful Bahri Djamaroh dan Aswan Zain, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002).