Sejarah dan Tujuan Pendidikan Holistik
Pada: February 27, 2013
Pendidikan holistik berkembang sekitar tahun 1960-1970 sebagai akibat dari keprihatinan merebaknya krisis ekologis, dampak nuklir, polusi kimia dan radiasi, kehancuran keluarga, hilangnya masyarakat tradisional, hancurnya nilai-nilai tradisional serta institusinya. Namun sampai saat ini banyak model pendidikan yang membuat siswa sulit untuk memahami relevansi arti dan nilai antara yang dipelajari di sekolah dengan kehidupannya. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan adanya sistem pendidikan yang terpusat pada siswa yang dibangun berdasarkan asumsi komunikatif, menyeluruh dan demi kepenuhan jatidiri siswa dan guru.
Kemajuan yang signifikan tejadi ketika dilaksanakan konferensi pertama Pendidikan Holistik Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas California pada bulan Juli 1979. Enam tahun kemudian, penganut pendidikan holistik mulai memperkenalkan tentang dasar pendidikan holistik dengan sebutan 3 R, akronim dari relationship, responsibility dan reverence. Berbeda dengan pendidikan pada umumnya, dasar pendidikan 3 R ini, lebih diartikan sebagai writing, reading dan arithmetic atau di Indonesia dikenal dengan sebutan calistung (membaca, menulis dan berhitung).
Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas guru untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan guru lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator. Diibaratkan peran guru seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan.
Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan guru bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama lebih utama dari pada kompeti si. Gagasan pendidikan holistik telah mendorong terbentuknya model-model pendidikan alternatif, yang mungkin dalam penyelenggaraannya sangat jauh berbeda dengan pendidikan pada umumnya, salah satunya adalah Sekolah Rumah (homeschooling).
Pendidikan harus mempunyai tujuan yang jelas dan terarah. Tujuan ini diperlukan sebagai panduan bagi berjalannya suatu sistem pendidikan. Tujuan pendidikan holistik, menurut Nanik Rubiyanto dan Dany Haryanto dalam Strategi Pembelajaran Holistik di Sekolah adalah:
1) Membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demokratis dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
2) Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya.
Syarat utama tercapainya tujuan pendidikan holistik adalah lingkungan pembelajaran yang mendukung, atau dalam bahasa Rubiyanto dan Haryanto, lingkungan tersebut mempunyai suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demokratis dan humanis.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005). Ilyas Supena, Konstruksi Pendidikan Islam dalam Tinjauan Filsafat Ilmu, (at-Taqaddum, Volume 1, 2008).