Sombong menurut Bahasa dan Istilah
Pada: February 04, 2013
Secara etimologi, istilah sombong dalam bahasa Arabnya adalah kibr. Dalam kitab Lisan al-Arab, disebutkan, al-Takabbur dan al-Istikbar berarti al-Taazhum (mengagungkan diri sendiri, merasa benar), sedangkan dalam Kamus al-Munawwir, berarti kesombongan, kecongkakan. Dalam konteks ketuhanan, al-Mutakabbir mengandung arti yang memiliki keagungan dan kekuasaan.
Secara terminologi, al-Raghib al-Isfahani, sebagaimana dikutip Harifuddin Cawidu mengartikan kibr dan takabbur dengan keadaan atau sifat yang menjadikan seseorang bersikap eksklusif karena merasa bangga dengan dirinya dan memandang dirinya lebih hebat dari orang lain. Menurut Fachruddin, sombong adalah suatu sifat yang buruk, tersembunyi dalam hati, yaitu merasa diri lebih dari orang lain dan tidak ada orang yang melebihinya. Kemudian terbukti dari sikap dan tindakan lahir, yaitu membanggakan dan menyombongkan diri dihadapan orang lain, bahkan memandang orang-orang lain itu rendah semuanya. Lawan dari sombong ialah rendah hati dan ramah tamah. Yang menimbulkan sifat sombong ini biasanya karena merasa diri mempunyai sesuatu yang tidak dipunyai orang lain atau apa yang dipunyainya jauh melebihi dari apa yang dipunyai orang lain dan tidak ada orang yang lebih daripadanya. Karena itu dia menyombongkan diri terhadap orang lain.
Menurut Sayyid Muhammad Nuh, sombong berarti menunjukkan kebanggan pada diri sendiri dengan melecehkan pribadi orang lain dan tidak mau menerima kebenaran yang datang dari mereka.
Imam al-Ghazali dalam Kitab Ihya’ Ulum al-Dîn menyebutkan nikmat yang menyebabkan seseorang menjadi sombong:
- Pengetahuan (ilmu). Alangkah cepatnya sifat sombong itu timbul dalam hati orang-orang yang merasa cukup pengetahuannya.
- Amal dan ibadat. Ini bisa menimbulkan sombong dan karenanya menarik perhatian orang banyak, kalau dia kurang ikhlas.
- Kebangsawanan. Karena merasa dirinya turunan bangsawan, dia menjadi sombong dan memandang rendah kepada orang yang dianggapnya rakyat biasa.
- Kecantikan rupa. Ini lebih banyak pada kaum wanita. Bukan saja membawanya kepada kesombongan, tetapi juga suka mencela, merendahkan dan menyebut aib orang lain.
- Harta dan Kekayaan. Karena merasa diri serba cukup, dia menjadi sombong dan memandang rendah dan melecehkan orang lain, terutama orang-orang miskin.
- Kekuatan dan Kekuasaan. Seseorang bisa menjadi sombong karena di tangannya ada kekuatan dan kekuasaan, memandang rendah dan berlantasangan terhadap orang-orang yang lemah.
- Banyak pengikut, teman sejawat, karib kerabat yang mempunyai kedudukan dan jabatan-jabatan penting.
Kesimpulannya, setiap nikmat yang dirasa oleh seseorang telah dipunyainya dengan cukup bisa menimbulkan kesombongannya. Di samping orang yang menyombongkan diri karena hal yang baik, ada pula orang-orang jahat yang menyombongkan dan membanggakan dirinya, karena banyak mengerjakan dosa dan maksiat, karena dia mengira bahwa itu ada satu kehormatan dan keistimewaan.
Sebab itu bagi mereka yang menyombongkan diri karena tujuh kelebihan yang tersebut di atas, wajiblah diingatinya, bahwa ada orang lain yang sama dengan dia berkenaan dengan apa yang menyebabkan dia menyombongkan diri, bahkan banyak pula orang yang lebih dari padanya. Dengan kesadaran yang demikian, kesombongannya akan hilang dan berubah menjadi tunduk dan syukur kepada Tuhan yang memberikan kurnia kepadanya.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al-Qur’an, 1973). Ibn Manzur, Lisan al-Arab, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994). Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997). Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002). Harifuddin Cawidu, Konsep Kufr Dalam Al-Qur'an Suatu Kajian Teologis dengan Pendekatan Tafsir Tematik, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991).