Term yang Bermakna Sombong dalam al-Quran
Pada: February 04, 2013
Ada beberapa kata dalam al-Quran yang menunjukan makna sombong secara langsung. Diantara kata tersebut, akan penulis uraikan secara detil, sebagai berikut:
Fakhur
Term fakhur yang muncul lima kali dalam al-Quran, meskipun mengandung makna kesombongan namun. secara kontekstual, merujuk kepada semua manusia, mukmin dan kafir. Fakhr dalam arti kesombongan dalam hal-hal yang berkaitan dengan al-Jah (kemuliaan karena keturunan, pangkat, dan kedudukan), adalah kecenderungan umum manusia yang perlu ditekan agar seseorang tidak terjerumus ke dalam kekafiran, khususnya kufr nikmat.
Sayyid Hasyim al-Rasuli al-Mahallati menyatakan, di antara dosa yang menyebabkan kekafiran dan keingkaran terhadap ajaran-ajaran suci agama ini adalah kesombongan dan tipu muslihat. Menurut Sayid Mujtaba Musawi Lari, bahaya yang paling fatal bagi kebahagiaan, dan musuh terbesar bagi umat manusia adalah kesombongan dan percaya diri yang berlebihan. Kejengkelan orang atas suatu perangai buruk tidak sebesar kebencian mereka atas kesombongan. Yang termasuk kesombongan ini, yaitu rasa berbangga diri, atau merasa dirinya megah, menolak suatu kebaikan yang disodorkan, atau melakukan kesesatan.
Utuw
Term utuw, terulang sepuluh kali dalam al-Quran dan bermakna kesombongan yang disertai kedurhakaan dan penyimpangan dari hal-hal yang harus ditaati Kata ini merupakan salah satu sinonim dari istakbara, dan maknanya kurang lebih luar biasa sombong, berbuat dengan sangat sombongnya, dan dengan preposisi yang menunjukkan sikap berpaling dari sesuatu, maknanya berpaling dengan penuh kedurhakaan dari segala sesuatu yang diperintahkan, durhaka terhadap perintah.
Berdasarkan beberapa contoh penggunaan yang aktual, maka dapat dikatakan bahwa utuw cenderung untuk menunjukkan kenyataan yang kongkret dan lahiriah, entah itu dalam perbuatan atau ucapan, tentang kesombongan, sedangkan istakbara lebih menunjukkan kepada keadaan batin dari kesombongan itu sendiri. Kutipan yang pertama dari beberapa kutipan Qur'an berikut ini akan memperkuat penafsiran tersebut.
Uluw
Term uluw yang merujuk kepada kaum kafir, antara lain, adalah ungkapan kesombongan Firaun dan pengikut-pengikutnya, dalam QS Yunus/1 0:83; al-Mu'minun/23 :46; al-Naml/27: 14 dan al-Qasas/28 :4. Bahkan dalam QS al-Nazi'at/79:24, Fir'aun, di hadapan pembesar-pembesarnya, mengatakan: ana rabbukum al-a'la (akulah tuhanmu yang paling tinggi). Akan tetapi term 'uluww ini tidak selamanya merujuk kepada orang-orang kafir. Term at-Aliyy (Maha Tinggi), merupakan salah satu sifat Tuhan yang muncul sebelas kali dalam al-Qur'an.
Ismal ibn Katsir al-Qurasyi al-Dimasyqi dalam Tafsir al-Quran al-Azim menjelaskan bahwa Allah swt menceritakan bahwa Dia telah mengutus Musa dan saudaranya Harun sebagai utusan Allah kepada Firaun dan kaumnya dengan membawa mukjizat-mukjizat dan hujah-hujah yang melemahkan musuh dan bukti-bukti yang jelas dan pasti. Tetapi Firaun dan kaumnya takabur dan sombong, mereka tidak mau mengikuti keduanya dan menolak apa yang dianjurkan oleh keduanya, hanya karena keduanya adalah manusia biasa.
Sikap Firaun dan kaumnya sama seperti sikap umat-umat terdahulu yang menentang rasul-rasul-Nya, hanya karena para rasul itu terdiri atas manusia, hati mereka meragukannya. Maka Allah membinasakan Firaun dan kaumnya, yaitu dengan menenggelamkan mereka semua dalam hari yang sama. Allah menurunkan kepada Musa kitab Taurat, yang di dalamnya terdapat hukum-hukum Allah, perintah-Nya, dan larangan-Nya. Hal ini terjadi sesudah Allah membinasakan Fir'aun dan kaumnya, dan menghukum mereka sebagai hukuman dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa. Sesudah Allah menurunkan kitab Taurat, Allah tidak lagi membinasakan suatu umat dengan pembinasaan yang menyeluruh, tetapi Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk memerangi orang-orang kafir.
Batar
Term batar yang muncul dua kali dalam al-Qur'an (QS. al-Anfal/8:47 dan al-Qasas/28:58) adalah semacam perasaan bangga dan angkuh yang didasarkan atas kekuatan, kekayaan, dan kekuasaan Misalnya, term batar yang menunjuk sifat kaum musyrik Mekkah yang menyombongkan diri dl hadapan Muhammad dengan menonjolkan kekayaan, kekuatan, dan keberanian yang mereka miliki. (QS al-Anfal/8:47).
Dengan mengutip al-Baydawi maka ditemukan kata ini dengan bentuk nominal, batar. Kata kerja tersebut maknanya lebih kurang bersenang-senang (dengan kekayaannya, misalnya); kata tersebut menunjukkan seseorang yang sangat bersenang-senang sehingga perbuatannya melampaui batas, dengan kesombongan. Al-Quran sendiri tidak memberikan banyak keterangan tentang struktur semantik dan kata ini.
Isma'il ibn Katsir al-Qurasyi al-Dimasyqi, menjelaskan bahwa sesudah Allah memerintahkan orang-orang mukmin untuk ikhlas dalam berjihad di jalannya dan banyak berzikir menyebut nama-Nya, maka Dia melarang mereka bersikap menyerupai perbuatan orang-orang musyrik yang keluar dari negeri mereka dengan langkah-langkah yang angkuh menolak perkara yang hak dan pamer, yakni bersikap sombong dan takabur terhadap orang-orang mukmin.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Ismail ibn Katsir al-Qurasyi al-Dimasyqi, Tafsir al-Quran al-Azim, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1978). Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, (Beirut: Dar al-Fikr, tth). Husayn al-Tabata'i, al-Mizan fi Tafsir al-Qur'an, (Teheran: Muassasat Dar al-Kutub al-Islamiyyat, 1396 H). Sayyid Hasyim al-Rasuli al-Mahallati, Akibat Dosa, Terj. Bahruddin Fannani, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1994). Sayid Mujtaba Musawi Lari, Menumpas Penyakit Hati, Terj. M.Hashem, (Jakarta: Lentera, 2005). Az-Zahabi, Dosa-Dosa Besar, Terj. Mu'amal Hamidy, dkk, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1993). Muhammad Fuad Abdul Baqy, Al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz Al-Qur'an al-Karim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1981). M. Rashid Rida, Tafsir al-Manar, (Kairo Dar al-Manar, 1373 H). Toshihiko Izutsu, Konsep-Konsep Etika Religius Dalam Qur'an, Terj. Agus Fahri Husein, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2003).