al-Qalb (Kalbu) dari Berbagai Perspektif
Pada: March 10, 2013
Kata Qalb dalam bahasa Indonesia disebut kalbu, diambil dari akar kata yang bermakna membalik karena seringkali ia berbolak-balik, sekali senang sekali susah, sekali setuju dan sekali menolak. Qalb amat berpotensi untuk tidak konsisiten. Al-Quran pun menggambarkan demikian, ada yang baik, ada pula sebaliknya.
Qalb (kalbu), dalam pemikiran al-Ghazali, terdiri dari dua aspek, yaitu Qalb dalam pengertin fisik dan metafisik. Qalb yang bersifat fisik adalah daging yang terletak di bagian kiri dada yang merupakan sumber ruh. Sedangkan Qalb (kalbu) yang bersifat metafisik adalah suatu yang amat halus (lathifah) tidak kasat mata, tidak dapat diraba, yang bersifat rabbani ruhani, yang berhubungan dengan kalbu jasmani.
Seperti halnya istilah-istilah lainnya dalam al-Quran, maka istilah Qalb (kalbu) juga digunakan dalam berbagai kesempatan yang berbeda, baik dari segi kelompok ayat, objek, dan makna kata.
Qalb (kalbu) dalam arti fisik adalah jantung yang merupakan pusat peredaran darah ke seluruh tubuh. Akan tetapi dalam pengertian metafisik, maka Qalb adalah suatu dimensi jiwa yang mempunyai kemampuan memahami seperti Aql namun disamping itu ia juga memiliki kemampuan lain yaitu penghayatan dan perasaan, seperti: rasa takut, benci, rindu, cinta dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, bahwa Qalb (kalbu) memiliki dua kecerdasan ganda, yaitu kecerdasan rasional dan kecerdasan emosional. Oleh karena itulah, istilah Qalb dalam al-Qur’an disebut juga dengan istilah: Shadr, Fu’ad, Lubb, dan Syagaf.
Nafs, Aql dan Qalb mempunyai hubungan serta memiliki daya intelektual masing-masing. Aql lebih menekankan pada sisi fikir, sementara Qalb (kalbu) lebih menekankan pada sisi dzikir, selanjutnya nafs lebih menekankan pada kemauan.
Dalam hubungannya dengan dimensi jiwa, maka Qalb (kalbu) memilki dua fungsi, yaitu fungsi rasional dan fungsi emosional. Fungsi rasional diistilahkan al-Quran dengan Tafaqquh, Hilm, Zihn, dan lain sebagainya. Fungsi ini merupakan manifestasi hubungannya dengan dimensi Aql. Sementara fungsi emosional diistilah dengan Dzawq yang merupakan kondisi jiwa yang dapat merasakan kehadiran apa yang dipahami dan dilakukan. Keduanya merupakan ciri khas jiwa manusia, dalam arti bahwa Qalb (kalbu) memberikan warna kemanusiaan jiwa yang sekaligus membedakannya dari makhluk lainya.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Abdullah Hadziq, Rekonsiliasi Psikologi sufistik dan Humanistik, (Semarang: RaSAIL, 2005).