Pengertian Pendidikan Seks
Pada: March 06, 2013
Secara etimologi, kata pendidikan berarti proses pengubah tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pendidikan dan latihan. Pendidikan sering diterjemahkan dengan paedagogi.
Adapun kata seks berarti (1) perkelaminan; (2) jenis kelamin. Makna seks yang sama dijumpai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu (1) jenis kelamin; (2) hal yang berhubungan dengan alat kelamin, seperti senggama.
Sedangkan menurut C.P. Chaplin, seks adalah perbedaan yang khas antara perempuan dan laki- laki atau antara organisme yang memproduksi telur dan sel sperma, Proses reproduksi, pengembangbiakan. Dan kesenangan atau kepuasan organis yang berasosiasi dengan perangsangan terhadap organ-organ kemaluan (alat kelamin).
Mereka yang tergolong sensitif dan berpikiran sempit terhadap makna kata seks akan langsung menyimpulkan bahwa seks adalah hubungan intim (intercouse) antara seorang laki-laki dan perempuan. Pengertian seks yang sempit tersebut muncul karena pada mulanya hubungan intim adalah alat untuk mendapatkan kepuasan dari hubungan jenis kelamin. Dari pengaruh tersebut, maka pikiran orang apabila memahamiseks lantas tertuju pada hubungan yang menyangkut genetalitas dan organ seks semata.
Pendidikan seks diungkapkan oleh para ahli dalam berbagai variasi, di antaranya:
Menurut M. Bukhori, pendidikan seks adalah pendidikan yang mempunyai obyek khusus dalam bidang perkelaminan secara menyeluruh. Selanjutnya menurut M. Bukhori mengenai arti dari pendidi akan seks ada berbagai pendapat, antara lain:
Menurut Abdullah Nasih Ulwan, pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran dan penerangan tentang masalah-masalah seksual kepada remaja, sejak ia mengenal masalah-masalah yang berkenaan dengan naluri seks dan perkawinan. Sehingga ketika remaja telah tumbuh menjadi seorang pemuda dan dapat memahami urusan-urusan kehidupan, ia telah mengetahui apa saja yang diharamkan dan apa saja yang dihalalkan.
Lebih jauh lagi, ia bahkan mampu menerapkan tingkah laku Islami sebagai akhlak dan kebiasaan hidup, serta tidak diperbudak syahwat dan tenggelam dalam gaya hidup hesdonis.
Menurt Utsman ath-Thawill, pendidikan seks yaitu memberikan pelajaran dan pengertian kepada remaja baik laki-laki maupun perempuan sejak ia mulai memasuki usia baligh, serta beterus terang kepadanya tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan seks, naluri dan perkawinan. Sehingga ketika ia tumbuh menjadi remaja dan memahami masalah-masalah kehidupan, ia telah mengerti akan hal-hal yang halal dan yang haram, dan ia akan senantiasa bertingkah laku yang Islami, serta tidak akan memperturutkan hawa nafsu dan tidak pula menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
Menurut Nina Surtiretna, pendidikan seks yaitu upaya memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dengan kata lain, pendidikan seks pada dasarnya merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika serta komitmen agar tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi tersebut.
Dengan demikian, pendidikan seks ini bisa juga disebut pendidikan kehidupan berkeluarga.
Dalam konteks pendidikan seks, kehidupan seks manusia bukanlah sesuatu yang baru. Bila kita telusuri sejarah perkembangan kehidupan seks dari zaman manusia primitif hingga kini, dapat kita lihat bahwa kehidupan seks tak terlepas dari warisan sosial dan budayanya.
Sementara manusia pada awal sejarah hanya sedikit berbeda dari mamalia tingkat teratas, evolusi sosial mengharuskannya untuk mengadakan perubahan tingkah laku sosial, dari menggauli sembarang pasangan kepada pemilihan pasangan tetap, dan ikatan pasangan yang sama dan tetap ini menjadi semakin jelas pula. Hal ini lama kelamaan menjurus kepada perkembangan unit pasangan pembiak yang terdiri dari satu pria dan satu wanita. Hubungan seks yang tadinya semata-mata suatu dorongan naluriah kemudian berubah secara bertahap dan proses biologis yang hanya untuk penerus keturunan, menjadi hubungan psikis dan seksual yang memiliki beraneka aspek sebagaimana yang terjadi antara pria dan wanita pada saat ini.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002). Noeng Muhajir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Suatu Teori Pendidikan, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1993). Abdul Rahman Saleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005). Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997). Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip- Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, (Bandung: Diponegoro, 1980). Abdul lah Nashih Ulwan, Pendidikan remaja dalam Islam, Jilid II, terj. Jamaludin Miri, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999). Utsman Ath-Thawi ll, Ajaran Islam Tentang Fenomena Seksual, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000).
Adapun kata seks berarti (1) perkelaminan; (2) jenis kelamin. Makna seks yang sama dijumpai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu (1) jenis kelamin; (2) hal yang berhubungan dengan alat kelamin, seperti senggama.
Sedangkan menurut C.P. Chaplin, seks adalah perbedaan yang khas antara perempuan dan laki- laki atau antara organisme yang memproduksi telur dan sel sperma, Proses reproduksi, pengembangbiakan. Dan kesenangan atau kepuasan organis yang berasosiasi dengan perangsangan terhadap organ-organ kemaluan (alat kelamin).
Mereka yang tergolong sensitif dan berpikiran sempit terhadap makna kata seks akan langsung menyimpulkan bahwa seks adalah hubungan intim (intercouse) antara seorang laki-laki dan perempuan. Pengertian seks yang sempit tersebut muncul karena pada mulanya hubungan intim adalah alat untuk mendapatkan kepuasan dari hubungan jenis kelamin. Dari pengaruh tersebut, maka pikiran orang apabila memahamiseks lantas tertuju pada hubungan yang menyangkut genetalitas dan organ seks semata.
Pendidikan seks diungkapkan oleh para ahli dalam berbagai variasi, di antaranya:
Menurut M. Bukhori, pendidikan seks adalah pendidikan yang mempunyai obyek khusus dalam bidang perkelaminan secara menyeluruh. Selanjutnya menurut M. Bukhori mengenai arti dari pendidi akan seks ada berbagai pendapat, antara lain:
- Ilmu yang membahas mengenai perbedaan kelamin laki-laki dan perempuan ditinjau dari sudut anatomi, fisiologi dan psikologi
- Ilmu yang membahas tentang nafsu birahi
- Ilmu yang membahas mengenai kelanjutan keturunan, procreation (hal memperemajaan), perkembangbiakan manusia
- Ilmu yang membahas tentang penyakit kelamin
- Penerangan yang bertujuan untuk membimbing serta mengasuh setiap laki-laki dan perempuan, sejak dari remaja-remaja sampai dewasa didalam perihal pergaulan antar kelamin pada umumnya dan kehidupan seksual kususnya.
Menurut Abdullah Nasih Ulwan, pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran dan penerangan tentang masalah-masalah seksual kepada remaja, sejak ia mengenal masalah-masalah yang berkenaan dengan naluri seks dan perkawinan. Sehingga ketika remaja telah tumbuh menjadi seorang pemuda dan dapat memahami urusan-urusan kehidupan, ia telah mengetahui apa saja yang diharamkan dan apa saja yang dihalalkan.
Lebih jauh lagi, ia bahkan mampu menerapkan tingkah laku Islami sebagai akhlak dan kebiasaan hidup, serta tidak diperbudak syahwat dan tenggelam dalam gaya hidup hesdonis.
Menurt Utsman ath-Thawill, pendidikan seks yaitu memberikan pelajaran dan pengertian kepada remaja baik laki-laki maupun perempuan sejak ia mulai memasuki usia baligh, serta beterus terang kepadanya tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan seks, naluri dan perkawinan. Sehingga ketika ia tumbuh menjadi remaja dan memahami masalah-masalah kehidupan, ia telah mengerti akan hal-hal yang halal dan yang haram, dan ia akan senantiasa bertingkah laku yang Islami, serta tidak akan memperturutkan hawa nafsu dan tidak pula menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
Menurut Nina Surtiretna, pendidikan seks yaitu upaya memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dengan kata lain, pendidikan seks pada dasarnya merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika serta komitmen agar tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi tersebut.
Dengan demikian, pendidikan seks ini bisa juga disebut pendidikan kehidupan berkeluarga.
Dalam konteks pendidikan seks, kehidupan seks manusia bukanlah sesuatu yang baru. Bila kita telusuri sejarah perkembangan kehidupan seks dari zaman manusia primitif hingga kini, dapat kita lihat bahwa kehidupan seks tak terlepas dari warisan sosial dan budayanya.
Sementara manusia pada awal sejarah hanya sedikit berbeda dari mamalia tingkat teratas, evolusi sosial mengharuskannya untuk mengadakan perubahan tingkah laku sosial, dari menggauli sembarang pasangan kepada pemilihan pasangan tetap, dan ikatan pasangan yang sama dan tetap ini menjadi semakin jelas pula. Hal ini lama kelamaan menjurus kepada perkembangan unit pasangan pembiak yang terdiri dari satu pria dan satu wanita. Hubungan seks yang tadinya semata-mata suatu dorongan naluriah kemudian berubah secara bertahap dan proses biologis yang hanya untuk penerus keturunan, menjadi hubungan psikis dan seksual yang memiliki beraneka aspek sebagaimana yang terjadi antara pria dan wanita pada saat ini.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002). Noeng Muhajir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Suatu Teori Pendidikan, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1993). Abdul Rahman Saleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005). Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997). Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip- Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, (Bandung: Diponegoro, 1980). Abdul lah Nashih Ulwan, Pendidikan remaja dalam Islam, Jilid II, terj. Jamaludin Miri, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999). Utsman Ath-Thawi ll, Ajaran Islam Tentang Fenomena Seksual, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000).