Hermeneutika dalam Konteks Penafsiran

Akar kata hermeneutika berasal dari istilah Yunani yaitu dari kata kerja herme-neuien yang berarti menafsirkan dan kata benda herme-neia. Tokoh yang ternama yang muncul dalam hal ini adalah Paul Riceour yang menarik kembali hermeneutika dalam kegiatan penafsiran dan pemahaman teks.

Dalam konteks Penafsiran, hermeneutika sebagai sekumpulan metode, teori dan kefilsafatan yang terfokus pada problem pemahaman teks al-Quran, Sunnah, dan lain-lain. Hermeneutika muncul ketika teks al-Quran sulit untuk dipahami, yang berarti harus dijelaskan, diterjemahkan dan ditakwilkan agar dapat dipahami. Derasnya arus perubahan dan perkembangan zaman sehingga harus segera dilakukan reinterpretasi.

Dilihat dari sejarah, para ulama klasik telah menerapkan hermeneutika tradisional dalam ilmu al-Quran dan ilmu Tafsir dengan berbagai bentuk dekonstruksi dan rekonstruksi, kedua disiplin ilmu diatas menjelma menjadi sebuah metode hermeneutika kontemporer yang mengaitkannya dengan bidang ilmu sosial dan humaniora.

Kajian yang paling menarik dan mendasar sebenarnya kajian hermeneutika awal Islam sudah terbentuk searah dengan perubahan penyampaian pesan dari tradisi lisan ke tradisi tanda. Sekaligus media mengkomunikasikan pesan dalam bahasa lain sebagai penjelas ketentuan Allah.

Abu Zayd menganggap bahwa mengkaji teks-teks keagamaan (al- Qur’an dan Sunnah) harus dilakukan dengan teori-teori mutakhir dalam bidang linguistik, semiotik dan hermeneutika. Mendefinisikan pemahaman objektif tentang Islam, yang terhindar dari kepentingan idiologis. Sebuah pembacaan ideologis dan subjektif atas al-Quran tidak lebih daripada manipulasi makna, yang bertentangan dengan objektivitas ilmiah.

Referensi Makalah®

Kepustakaan:

Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996). Richard E. Palmer, Hermeneutika; Teori Baru Mengenai Interpretasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003).