Keterbatasan Akal; Pengantar
Pada: April 21, 2013
Peran akal bagi manusia sangat urgent bagi kehidupannya dalam membentuk dan merubah dunia. Sehingga sangat relevan jika M. Iqbal menyatakan bahwa semua yang ada pada kita adalah hasil dari apa yang kita pikirkan. Namun, bukan berarti akal tidak memiliki keterbatasan.
Meski digunakan untuk mencari kebenaran yang fundamental, akan tetapi karena perspektif yang digunakan dalam membahas hakikat berbeda, di satu sisi secara filosofis, dan disisi yang lain menggunakan pendekatan wahyu, misalnya agama, maka konklusi yang dihasilkan dari keduanya seringkali berbeda atau terlihat bertentangan.
Oleh karena itu, akal dan agama sering mengalami benturan yang menyebabkan kegoncangan dalam jiwa manusia. Hal ini dikarenakan akal dan agama memiliki ranah yang berbeda. Wilayah akal adalah alam fisik, sedangkan agama berbicara tentang alam metafisik atau wujud yang tidak tampak oleh pandangan mata kita.
Meski akal bersifat rasional, namun, akal juga memiliki keterbatasa, dalam rasionalitas ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
- Rasional, yaitu sesuatu yang terjangkau dan dibenarkan oleh akal, seperti 1+1+1= 3.
- Irasional, yaitu sesuatu yang bertentangan dengan akal, seperti 1+1+1= 1
- Supra-rasional, yaitu hakikat sesuatu yang benar tetapi tidak dapat dijangkau oleh akal, dan disinilah kedudukan agama.
Selain itu, hubungan antara akal dan agama tidak dapat dipahami secara struktural, artinya hubungan atas-bawah, melainkan harus dipahami secara fungsional. Akal sebagai subyek berfungsi untuk memecahkan masalah, sedangkan agama memberikan wawasan moralitas atas pemecahan masalah yang diambil oleh akal, serta untuk mentransformasikan hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh akal.
Dari sini sudah terlihat bahwa akal memiliki keterbatasa, dan dengan agama harus saling mengakui dan tidak boleh dipertentangkan. Begitu keduanya bertentangan, pasti salah satunya ada yang keliru.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Yunasril Ali, Perspektif Al-Quran Tentang Tuhan, dalam Abuddin Nata, Kajian Tematik Al-Qur’an Tentang Ketuhanan, (Bandung: Penerbit Angkasa, 2008). Singkop Boas Boangmanalau, Marx, Dostoievsky, Nietzsche: Menggugat Teodisi dan Merekonstruksi Antropodisi, (Yogyakarta: ArRuzz Media, 2008). Bagus Takwin, Filsafat Timur; Sebuah Pengantar ke Pemikiran-Pemikiran Timur, (Yogyakarta: Jalasutra, 2003).