Konsep Kahlil Gibran tentang Pengalaman Mistik
Pada: May 08, 2013
Konsep Kahlil Gibran tentang pengalaman mistik tidak jauh berbeda dengan pengalaman eksistensial. Ia mengatakan bahwa pengalaman mistik itu menyebabkan pemisahan sementara dari tingkat pengalaman normal, tetapi memungkinkan sang pelaku mistik untuk berkomunikasi lebih efektif. Kegesaran pengalaman ini membawa pada pengetahuan yang intim tentang sesuatu yang lain dari diri tak terbatas dan rasa kebersamaan dengan diri-diri manusia yang lain. Pengalaman ini tidak dapat dianalisis, dan dengan demikian tidak dapat dikomunikasikan.
Penuturan pengalaman mistik, telah banyak dipaparkan dalam satu bukunya; Irama za al-Imad (kota tiang-tiang agung), yang diawali dengan cuplikan ayat suci al-Quran.
Bagi Gibran, bukanlah pengalaman subyektif saja yang benar-benar menghubungkan manusia dengan Tuhan, akan tetapi juga pengalaman adanya kebersamaan dan pemahaman kita terhadap realitas hidup bersama yang lain.
Menurutnya, masalah mistisisme adalah dengan melihat corak pemikiran yang dianut, yaitu dengan berpegangan pada tulisannya tentang sebagian dari imam-imam sufistik, seperti al-Ghazali, Ibnu Farid, Ibnu Sina; yang meskipun percaya dengan sufisme (mistisisme) namun tidak menggelutinya.
Ia juga bersandar pada kecintaannya terhadap para cendikiawan dari timur untuk membuktikan akhir dari suatu pertempuran rohani yang menghubungkan Gibran dengan iklim mistik dunia Timur. Namun pertempuran rohani ini sama sekali tidak menggerakkan Gibran untuk menumbuhkan kecenderungannya terhadap mistisisme, karena ia menolak dalil-dalil filosofis dan cara-cara yang biasa sebagai dasar yang pasti bagi dunia mistik.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
M. Iqbal, Membangun Kembali Pikiran Agama dalam Islam, terj: Ali Audah, (Tinta Mas, Jakarta, 1982). Gahlil Gibran, Mirror of The Soul, (Tarawang Press, Yogyakarta, 2002). Wahid Akhtar, Filsafat Eksistensialisme, (Dalam Jurnal al-Hikmah, Maret-Juni 1990).