Biografi Kahlil Gibran
Pada: May 06, 2013
Nama aslinya adalah Gibran atau Jubran, lengkapnya adalah Gibran Kahlil Gibran atau lebih tepat lagi Jubran Khalil Jubran. Nama Gibran atau Jubran ini sama dengan nama kakeknya, sebagaimana tradisi orang Lebanon waktu itu.
Kahlil Gibran lahir pada tanggal 6 Januari 1883 di kota Beshari, kota yang terletak di punggung gunung Libanon. Berasal dari keluarga yang cukup terpandang meskipun tergolong keluarga yang miskin, keluarga pendatang dari Palestina. Ayahnya bernama Khalil Gibran atau Khalil Jubran, ibunya bernama Kamila Rahme.
Keluarga Gibran adalah keluarga penganut agama Kristen dari sekte Maronit. Ibu Gibran termasuk seorang yang pandai bahasa Perancis, Arab dan musik. Hal inilah yang agaknya membuat Gibran tidak begitu akrab dengan pandangan berpantang dengan kenikmatan duniawi yang banyak dijumpainya setelah pengaruh sekte Jusuit masuk ke daerahnya akibat adanya revolusi Perancis.
Orang pertama yang merupakan guru Gibran, di samping ibunya yang mengajarinya menulis dan membaca adalah seorang guru pengembara bernama Salim Dahir. Salim Dahir ini adalah seorang yang punya pengetahuan luas dalam berbagai bidang seperti astronomi, kimia, fisika, filsafat dan sejarah.
Menjelang usia 12 tahun, Gibran dan keluarganya mengalami kondisi ekonomi semakin merosot, sehingga akhirnya mereka melakukan hijrah ke Amerika, tepatnya pada tanggal 25 Juni 1895. Mereka tinggal di Boston, tepatnya di perkampungan yang kumuh, sebuah kampung Pecinan bernama South End.
Di daerah baru ini kemudian Gibran masuk ke sekolah yang dibuka khusus untuk anak-anak imigran. Di sekolah ini Gibran cepat dikenal karena kemampuannya yang sangat menonjol dalam hal menggambar.
Kemahiran Gibran dalam menggambar itulah yang menjadi awal keterlibatannya dengan dunia seni Boston, sehingga menarik perhatian para pekerja sosial di Denision House, sebuah lembaga sosial yang bergerak di bidang pendampingan para imigran dan anak-anak jalanan.
Namun keadaan ini justru mengkhawatirkan keluarganya. Tbu dan saudara-saudaranya khawatir Gibran akan dicemari dengan pengaruh-pengaruh dari luar. Akhirnya memutuskan untuk mengirim Gibran kembali ke Libanon, yaitu pada bulan September 1898.
Di Libanon Gibran masuk ke madrasah al-Hikmah (sekolah kebijaksanaan) hingga tahun 1901. Kurikulum sekolah itu sangat nasionalistik dengan kajian yang lebih banyak tentang budaya Arab dengan pengembangan kepada ajaran-ajaran al-Kitab. Di sekolah ini, bersama temannya Yusuf, ia menerbitkan majalah al-Manarah (menara).
Selama di Libanon, Gibran bertemu dengan seorang gadis bernama Halla Dahir. Sayangnya keluarga gadis itu menolak kehadiran Gibran. Konon salah satu roman yang berjudul al-Ajnihal al-Mutakassirah yang merupakan salah satu master piece Gibran, kisahnya diilhami pengalaman pahitnya dengan gadis itu.
Pada saat Gibran mengalami kesedihan, datanglah seorang seniman wanita dari Boston yang bernama Josephine Prestone Peabody, yang akhirnya menjadi teman dekat Gibran. Dialah yang banyak mendorong Gibran untuk mengembangkan bakat-bakatnya, termasuk mengenalkan Gibran dengan seniman-seniman Boston yang terkenal. Di samping itu dia juga seorang yang sangat memahami watak dan jiwa Gibran sekaligus pengagum lukisan-lukisan Gibran.
Sayangnya, Gibran harus menelan kesedihan karena Josephine menikah dengan orang lain dan meninggalkan dirinya, ditambah lagi kesedihan karena meninggalnya kakak tertuanya dan juga ibunya.10 Tetapi Gibran tidak larut dalam kesedihan, jiwa dan semangatnya yang berkobar untuk menuangkan ide dan gagasannya baik melalui lukisan atau tulisan, membuatnya segera bangkit dari kesedihan dan mulai berkarya.
Tahun 1904, Gibran bertemu dengan dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya, yaitu yang pertama adalah perkenalannya dengan Mary Elizabeth Haskell. Ia adalah seorang ilmuan yang menaruh perhatian terhadap bidang seni dan pendidikan.
Ia menjadi seorang pendorong dan penuntun bagi Gibran, bahkan dialah yang mengirim dan membiayai Gibran ke Paris untuk melanjutkan pendidikannya. Atas jasa-jasanya ini, pada hampir semua buku karya Gibran, nama Mary Elizabeth Haskell yang biasa disingkat M.E.H., selalu tercantum dalam halaman persembahan.
Kahlil Gibran meninggal pada bulan April 1931 karena penyakit jantung dan liver yang dideritanya, dan jenazahnya disemayamkan di Libanon.
Referensi Makalah®
Kepustakaan: M. Ruslan Shiddiq, “Pengantar Penterjemah” dalam Kahlil Gibran, Sayap-sayap Patah, (Pustaka Jaya, Jakarta, 1996). Ahmad Norma, Kahlil Gibran: Cinta, Keindahan dan Kesunyian, (Bentang Budaya, Yogyakarta, 1997). Anthony R. Ferris, Potret Diri Kahlil Gibran, terjemahan M. Ruslan Shiddiq, (Pustaka Jaya, Jakarta, 1996). Marlin L. Wallf, Anthony R. Ferris, Andrew D. Shervan, The Treasured Writtings of Kahlil Gibran, (Castle, New York, 1985).
Kahlil Gibran lahir pada tanggal 6 Januari 1883 di kota Beshari, kota yang terletak di punggung gunung Libanon. Berasal dari keluarga yang cukup terpandang meskipun tergolong keluarga yang miskin, keluarga pendatang dari Palestina. Ayahnya bernama Khalil Gibran atau Khalil Jubran, ibunya bernama Kamila Rahme.
Keluarga Gibran adalah keluarga penganut agama Kristen dari sekte Maronit. Ibu Gibran termasuk seorang yang pandai bahasa Perancis, Arab dan musik. Hal inilah yang agaknya membuat Gibran tidak begitu akrab dengan pandangan berpantang dengan kenikmatan duniawi yang banyak dijumpainya setelah pengaruh sekte Jusuit masuk ke daerahnya akibat adanya revolusi Perancis.
Orang pertama yang merupakan guru Gibran, di samping ibunya yang mengajarinya menulis dan membaca adalah seorang guru pengembara bernama Salim Dahir. Salim Dahir ini adalah seorang yang punya pengetahuan luas dalam berbagai bidang seperti astronomi, kimia, fisika, filsafat dan sejarah.
Menjelang usia 12 tahun, Gibran dan keluarganya mengalami kondisi ekonomi semakin merosot, sehingga akhirnya mereka melakukan hijrah ke Amerika, tepatnya pada tanggal 25 Juni 1895. Mereka tinggal di Boston, tepatnya di perkampungan yang kumuh, sebuah kampung Pecinan bernama South End.
Di daerah baru ini kemudian Gibran masuk ke sekolah yang dibuka khusus untuk anak-anak imigran. Di sekolah ini Gibran cepat dikenal karena kemampuannya yang sangat menonjol dalam hal menggambar.
Kemahiran Gibran dalam menggambar itulah yang menjadi awal keterlibatannya dengan dunia seni Boston, sehingga menarik perhatian para pekerja sosial di Denision House, sebuah lembaga sosial yang bergerak di bidang pendampingan para imigran dan anak-anak jalanan.
Namun keadaan ini justru mengkhawatirkan keluarganya. Tbu dan saudara-saudaranya khawatir Gibran akan dicemari dengan pengaruh-pengaruh dari luar. Akhirnya memutuskan untuk mengirim Gibran kembali ke Libanon, yaitu pada bulan September 1898.
Di Libanon Gibran masuk ke madrasah al-Hikmah (sekolah kebijaksanaan) hingga tahun 1901. Kurikulum sekolah itu sangat nasionalistik dengan kajian yang lebih banyak tentang budaya Arab dengan pengembangan kepada ajaran-ajaran al-Kitab. Di sekolah ini, bersama temannya Yusuf, ia menerbitkan majalah al-Manarah (menara).
Selama di Libanon, Gibran bertemu dengan seorang gadis bernama Halla Dahir. Sayangnya keluarga gadis itu menolak kehadiran Gibran. Konon salah satu roman yang berjudul al-Ajnihal al-Mutakassirah yang merupakan salah satu master piece Gibran, kisahnya diilhami pengalaman pahitnya dengan gadis itu.
Pada saat Gibran mengalami kesedihan, datanglah seorang seniman wanita dari Boston yang bernama Josephine Prestone Peabody, yang akhirnya menjadi teman dekat Gibran. Dialah yang banyak mendorong Gibran untuk mengembangkan bakat-bakatnya, termasuk mengenalkan Gibran dengan seniman-seniman Boston yang terkenal. Di samping itu dia juga seorang yang sangat memahami watak dan jiwa Gibran sekaligus pengagum lukisan-lukisan Gibran.
Sayangnya, Gibran harus menelan kesedihan karena Josephine menikah dengan orang lain dan meninggalkan dirinya, ditambah lagi kesedihan karena meninggalnya kakak tertuanya dan juga ibunya.10 Tetapi Gibran tidak larut dalam kesedihan, jiwa dan semangatnya yang berkobar untuk menuangkan ide dan gagasannya baik melalui lukisan atau tulisan, membuatnya segera bangkit dari kesedihan dan mulai berkarya.
Tahun 1904, Gibran bertemu dengan dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya, yaitu yang pertama adalah perkenalannya dengan Mary Elizabeth Haskell. Ia adalah seorang ilmuan yang menaruh perhatian terhadap bidang seni dan pendidikan.
Ia menjadi seorang pendorong dan penuntun bagi Gibran, bahkan dialah yang mengirim dan membiayai Gibran ke Paris untuk melanjutkan pendidikannya. Atas jasa-jasanya ini, pada hampir semua buku karya Gibran, nama Mary Elizabeth Haskell yang biasa disingkat M.E.H., selalu tercantum dalam halaman persembahan.
Kahlil Gibran meninggal pada bulan April 1931 karena penyakit jantung dan liver yang dideritanya, dan jenazahnya disemayamkan di Libanon.
Referensi Makalah®
Kepustakaan: M. Ruslan Shiddiq, “Pengantar Penterjemah” dalam Kahlil Gibran, Sayap-sayap Patah, (Pustaka Jaya, Jakarta, 1996). Ahmad Norma, Kahlil Gibran: Cinta, Keindahan dan Kesunyian, (Bentang Budaya, Yogyakarta, 1997). Anthony R. Ferris, Potret Diri Kahlil Gibran, terjemahan M. Ruslan Shiddiq, (Pustaka Jaya, Jakarta, 1996). Marlin L. Wallf, Anthony R. Ferris, Andrew D. Shervan, The Treasured Writtings of Kahlil Gibran, (Castle, New York, 1985).