Pengalaman Mistik Muhammad Iqbal
Pada: May 07, 2013
Pengalaman mistik Muhammad Iqbal adalah sebuah fakta pengalaman yang penuh makna, perlu kiranya mempelajari aspek psikologis yang berhubungan dengan ciri-ciri tertentu yang melibatkan jenis kesadaran tertentu dimana simbol-simbol indrawi pengertian-pengertian dari pemikiran pribadinya yang abstrak maupun diskursif tampak dihapuskan.
Mungkin saja ada unsur hiperbolik di dalam bait-bait syairnya, namun fakta tetap menunjukkan bahwa Muhammad Iqbal adalah salah satu mistikus yang mampu menghadirkan pemahaman terhadap berbagai persoalan yang sebelumnya masih samar atau memang disembunyikan.
Muhammad Iqbal menolak postulasi bahwa rasio atau intelek, dengan keyakinannya kepada persepsi-inderawi sebagai satu-satunya jalan pengetahuan, dapat memenuhi kebutuhan manusia. Dia memperingatkan agar waspada terhadap versi-versi mistik yang banyak tersebar seperi sikap anti dunia dan negasi-diri.
Iqbal adalah seorang filsuf yang telah memberikan perhatian pada persolan-persoalan mistik. Disini Iqbal mempunyai keinginan untuk menstrukturkan pengalaman mistik, sehingga akhirnya orang awam pun bisa memahami apa itu pengalaman mistik. Upaya untuk menstrukturkan pengalaman mistik tersebut, ditempuh Iqbal dengan mencirikannya menjadi beberapa sifat khas.
Pertama: pengalaman mistik dialami oleh seseorang secara langsung. Dalam hal ini tidak ada bedanya dengan pengalaman-pengalaman terhadap obyek lain. Seseorang mengenal Tuhan seperti ia mengenal obyek-obyek lain. Menurut Muhammad Iqbal, Tuhan bukanlah kesatuan matematik atau suatu sistem pengertian-pengertian timbal balik yang berhubungan satu sama lain dan tidak ada sangkut pautnya dengan pengalaman.
Kedua: keseluruhan pengalaman mistik tidak dapat diuraikan, tetapi bukan berarti pengalaman tersebut tidak rasional. Menurutnya, suasana mistik dan kesadaran rasional adalah kenyataan yang sama, sehingga yang teruraikan hanya sebagian kecil saja. Ketiga: pengalaman mistik adalah saat penggabungan diri dengan yang Maha Menyeluruh. Untuk sementara dan seketika Dzat yang Maha Menyeluruh tersebut menekan kepribadian subyek yang mengalami. Muhammad Iqbal menyatakan isi suasana mistik sangat obyektif, tidak hanya dipandang sebagai persembunyian ke dalam subyektifitas murni.
Keempat: suasana hubungan langsung dengan hal tersebut lebih bersifat perasaan dari pada pikiran, penjelasan terhadap orang lain hanya bisa sebatas proposisi semata, sedang isi serta suasana pengalaman mistik tidak dapat diceritakan. Seperti dalam al-Quran, berikut ini adalah unsur psikologisnya (yang bisa diceritakan), sedang isi dari pengalaman tersebut tidak dapat diceritakan.
Meskipun perasaan itu bersifat psikologis semata, namun menurut Iqbal pengalaman mistik mempunyai muatan kognisi. Ia menggunakan bahasa analogi untuk memudahkan mengungkap maksud yang ia maksudkan, yaitu perasaan sakit, bila seseorang dipukul keras hingga ia pingsan. Tentu ia tidak merasa kesakitan tapi hal tersebut bisa dimengerti. Setelah orang itu sadar tentu ia akan bilang “uh sakit”. Kata “uh sakit” tersebut adalah penggambaran sebagian kecil dari rasa sakit yang dialami subyek, tidak secara keseluruhan. Dengan dasar itulah maka Iqbal yakin, karena adanya unsur kognisi tersebut pengalaman mistik dapat terpelihara ke dalam bentuk ide.
Kelima: pengalaman mistik bersifat sementara dan segera menghilang. Mengingat keunikan pengalaman mistik tersebut, maka pengalaman mistik tetap berhubungan dengan pengalaman biasa. Dengan kata lain Iqbal ingin mengatakan bahwa pengalaman mistik sama nyatanya dengan pengalaman lain, pengalaman mistik tidak bisa diobatkan hanya karena ia tidak dapat dibawa ke serapan indera.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Kanisius, Yogyakarta, 1995). Dewi Candraningrum “Pengantar Penterjemah” dalam M. Iqbal, Ziaroh Abadi, (Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta, 2000).